Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Mau Disebut Miskin

20 Agustus 2018   16:17 Diperbarui: 20 Agustus 2018   18:51 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Once we do this, there are 5.3 million Americans who are absolutely poor by global standards. This is a small number compared with the one for India, for example, but it is more than in Sierra Leone (3.2 million) or Nepal (2.5 million), about the same as in Senegal (5.3 million) and only one-third less than in Angola (7.4 million). Pakistan (12.7 million) has twice as many poor people as the United States, and Ethiopia about four times as many (sumber: NYTimes).

Bank Dunia sebenarnya tidak hanya mengeluarkan standar kemiskinan 1,90 USD per hari secara global tetapi juga mengeluarkan standar kemiskinan untuk negara-negara berpenghasilan menengah bawah dan menengah atas di tahun 2015.

Untuk negara berpenghasilan menengah bawah, standar penduduknya disebut miskin jika berpenghasilan kurang dari 3,20 USD per hari dan negara berpenghasilan menengah tinggi disebut miskin kalau penduduknya penghasilan kurang dari 5,50 USD per hari. Lihat World Bank.

Bahkan laporan Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia PBB walaupun Amerika Serikat merupakan negara maju yang memiliki teknologi tinggi serta cepat dalam pemanfaatan inovasi teknologi, kemiskinan masih ada di Amerika. Ada sekitar 40 juta jiwa warga Amerika Serikat yang masuk dalam garis kemiskinan (sumber: OHCHR).

Bingungkan melihat data kemiskinan di Amerika Serikat, ekonom Oxford menyebut ada 5,3 juta jiwa penduduk yang miskin absolut sedangkan OHCHR PBB menyebut ada 40 juta jiwa penduduk yang miskin.

Sebaliknya kalau menggunakan data standar Bank Dunia di angka 1,9 USD maka kemiskinan di Amerika Serikat hanya 3,2 juta warga Amerika yang miskin. Semua memiliki alasannya dan metodenya untuk melihat penduduk miskin di Amerika Serikat. Mereka tidak hanya asal njeplak, silahkan di lihat di link yang sudah ditautkan.

Pemerintah Amerika membuat banyak program untuk penduduk miskinnya. Mereka punya jaring pengaman sosial. Jaring itu antara lain, The Social Security Act (1935 oleh President Franklin Roosevelt's); Unemployment Insurance (1935 oleh President Franklin Roosevelt's); Head Start (1964 President Lyndon B. Johnson declared The War on Poverty in his State of the Union speech); Supplemental Nutrition Assistance Program (1964); Medicare/Medicaid (1965); Supplemental Security Income Program (1972); Women, Infants and Children (1972); Federal Pell Grant Program (1972); The Earned Income Tax Credit (1975); Temporary Assistance for Needy Families (1996); Children's Health Insurance Program (1997); The Affordable Care Act (2010 oleh Barack Obama).

Lalu bagaimana dengan Indonesia, apakah punya jaring pengaman sosial juga untuk penduduk miskin? Silahkan dilacak. Program Keluarga Harapan misalnya. Kartu Indonesia Sehat dan juga Kartu Indonesia Pintar adalah dua diantara jaring pengaman sosial tersebut.

Sudah balik lagi nih, ke Indonesia, ke Punggung Bukit Barisan Sumatera, yuk mampir ke sekolah-sekolah setingkat SMU. Eit daku ke Palembang dulu, datanglah ke sebuah SMU yang dekat kuburan maka akan terlihat bagaimana halaman sekolah tak mampu menampung motor. Bahkan beberapa rumah di sekitar sekolahan membuka penitipan kendaraan bermotor.

Lalu bagaimana di perdesaan, di dusun. Daku lebih terkejut lagi. Di ibu kota kabupaten, temanku mengaku untung banyak dari anak-anak sekolah. Ada sekitar dua ratusan motor setiap hari yang diparkirkan di halaman rumahnya.

Masuk ke dalam lagi ke SMU di ibu kota kecamatan, daku lagi-lagi terkejut. Sungguh ternyata sama saja dengan anak-anak SMU di ibu kota kabupaten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun