Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Bola

Messi, Evita dan Madonna

18 Juni 2018   12:19 Diperbarui: 18 Juni 2018   13:10 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh kalian sudah memberikan permainan yang cantik. Aku saja sampai terpana dengan kurungan kalian selama dua kali empat puluh lima menit. Kalian sudah memberikan yang terbaik. Gojekan yang bikin kepala geleng-geleng.

Messi seperti jendral lapangan yang bermain dengan sudah cukup maksimal. Liukan tubuh licin bak belut. Kakinya yang menggiring bola dan dilindungi dengan maksimal oleh kedua kakinya. Kiri dan kanan kakinya hidup. Sungguh itu suatu talenta yang jarang ada orang memilikinya.

Sepakbola adalah drama. Ibarat drama yang kini lagi  jozz  gandozz  di Indonesia dan juga mungkin di negara-negara lain seperti  Korean  Drama.

Sepakbola bukan tambah-tambahan 1+1 = 2 tetapi sebuah drama yang tanpa plot dan sulit untuk ditebak akhirnya. Walau katanya konon ada raja judi yang bisa mengatur skor pertandingan. Tapi ya semoga saja itu tak terjadi di Piala Dunia Rusia 2018 ini. Sungguh kalau itu juga terjadi, paling tidak itu drama yang sempurna.

Apa kurangnya Argentina pada Islandia. Semua dimiliki oleh Argentina. Tidak ada yang kurang dari Argentina. Semua sempurna yang ada di Argentina. Kalau mereka tak sempurna tak mungkin mereka mengurung Islandia.

Sebuah kemenangan sudah diujung mata pun pupus, ketika Sang Jendral gagal mengeksekusi 12 pas. Sungguh itu..., mata seakan tak percaya. Tapi ya itu memang benar, layar kaca tak bohong, Messi gagal pinalti. Apalagi ada gambar  super  slow  motion.

Apa hebatnya Islandia, cuma satu kok. Mereka pantang menyerah. Mereka  fight  hingga detik terakhir. Mereka tahu, mereka bukan siapa-siapa. Mereka punya itu. Pantang menyerah itulah yang berlebih, meluber-luber pada setiap diri pemain Islandia. Dan itu ditunjukkan di lapangan.

Dan penonton yang ada di Rusia, aku kira wajar memberikan  standing  applause  untuk Islandia. Beruntunglah, Indonesia yang pernah melakukan pertandingan persahabatan dengan Islandia, awal tahun 2018. Jadi kita bisa belajar banyak.

Bagi kami penonton, ya selalu buat mulut ini mengunyah agar tetap melotot di depan layar kaca. Salah satunya bisa dengan jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda. La, kalau nggak nguyah ya mata terlelap molor.  So, kopi dusun pun perlu disiapkan menemani si kacang.

Setelah melotot, jangan takut bermimpi. Tapi mbok ya, mimpinya tentu diikuti dengan usaha yang maksimal super cadas agar kita punya tim yang disegani di  Asean   dan  Asian. 

Terakhir, aku menutup dengan sebuah lagu, dari Maradona, eh salah Madonna,  Don't  Cry  for  Me  Argentina.  Semoga dengan lagu yang mendayu syahdu itu, Messi dan kawan-kawan dapat terdongkrak semangatnya layaknya Evita, untuk memenangkan dua pertandingan sisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun