Masalah kebahagiaan diukur dari kondisi emosi (senang/tidak senang) saat disurvei dan evaluasi pengalaman hidupnya. Ini pendekatan ilmu psikologi, bisa jadi orang saat ini kurang nyaman dirinya tetapi ketika ditanya dia mengevaluasi bahwa hidupnya baik.
Kondisi eksternal juga diukur seperti tingkat pendapatan, kesehatan, kesempatan kerja, perhatian sosial seperti menyumbang (generosity) dan tatakelola negara.
Pada tingkat pendapatan yang termasuk golongan miskin orang cenderung tidak bahagia
Kemerosotan kesehatan jiwa juga diukur sebagai tidak bahagia
Kemauan menyumbang (generosity) menjadi indikator kebahagiaan karena orang yang menyumbang umumnya merasa senang.
Yang menarik korupsi yang tinggi dan pemerintah yang amburadul mempengaruhi tingkat kebahagiaan seseorang
Indonesia dikatakan mempunyai pengalaman yang baik dalam kasus Aceh. Â Meskipun daerah itu mengalami perusakan hebat dalam harta dan nyawa akibat tsunami tahun 2004, masyarakat ternyata merasa lebih puas setelah bencana alam itu. Rupanya karena konflik di Aceh sudah dapat diselesaikan masyarakat mempunyai kesempatan untuk bergotong royong membangun kembali daerahnya. Sebaliknya, penelitian di Srilangka tidak mendapatkan hasil seperti itu.
Premis pengukuran kebahagiaan, bahwa warganegara yang secara emosi merasa bahagia, merasa hidupnya memuaskan dan hidup dalam lingkungan masyarakat yang bahagia akan menjadi sehat, produktif dan mempunyai bela rasa. Pengukuran kebahagiaan rakyat sebuah negara menjadi pendekatan baru setelah bertahun tahun suatu negara diukur dari tingkat pendapatan per kapita (GNP).
Richard Easterlin menyatakan bahwa pendapatan per kapita warga AS meningkat dengan sangat pesat dalam beberapa dekade namun bila diukur dengan tingkat kebahagiaan warga negara itu hanya meningkat relatif sedikit. Pendekatan baru mengatakan bahwa kebahagiaan bukan semata-mata milik individu dan kebahagiaan itu bisa diukur.
Seorang  warganegara yang bahagia dan puas akan hidupnya menunjukkan informasi yang penting tentang keadaan masyarakat pada umumnya. Informasi itu bisa dipakai untuk mendorong perubahan kebijakan dalam suatu negara. Pengukuran pendapatan per kapita dipandang mengabaikan pengukuran dampak sosial dan dampak lingkungan hidup yang akhirnya akan mengurangi kualitas hidup manusia.
Pengukuran kebahagiaan ini masih sejalan dengan usaha menghapuskan kemiskinan yang membuat orang tidak bahagia. Lima negara paling bahagia tahun  2017 masih  menjadi milik negara kaya seperti Finlandia, Denmark, Norwegia, Swis, Islandia. Sedangkan negara miskin seperti Burundi, Republik Afrika Tengah, Tanzania, Yaman, Sudan Selatan menjadi penghuni peringkat terbawah.