Mohon tunggu...
Ostaf Al Mustafa
Ostaf Al Mustafa Mohon Tunggu... -

MAJELIS KEDAULATAN RAKYAT INDONESIA (MKRI) SULAWESI SELATAN, UNTUK REVOLUSI INDONESIA RAYA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sang Pencerah dalam Pembingungan Tauhid

23 Desember 2011   01:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:52 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Film ini tampil dengan logikanya sendiri yang menyokong gagasan keliberalan yang makin kuat di Indonesia setelah adanya JIL (Jaringan Islam Liberal). Daya hempas liberal pada akidah tauhid makin kuat setelah Tuhan-pun telah dipersekutukan keberadaan-Nya dengan makhluk-Nya. Sang Pencerah menjadi bukti betapa keliberan menyusup sangat jalang di sebuah film. Agama dan film, sebagai suatu media, memang bukan padanan yang cocok satu sama lainnya. Terry Lindvall dalam "Religion and Film", mengutip pandangan Ostwalt (1995) tentang bagaimana agama "terpopulerkan, berserakan dan tersekularisasikan melalu institusi ekstra-agama" seperti halnya media film. Film menantang dan seringkali menggantikan otoritas agama demi perlombaan ketaatan, demikian pandangan Ostwalt.

Otoritas agama sudah menetapkan seperti apa itu tauhid, tapi film telah menjadi institusi ekstra-agama, sehingga bisa membuat cara lain untuk membuat pelencengan ketauhidan. Inilah perlombaan ketaatan antara apa yang disampaikan film dengan otoritas resmi yang diterapkan KH. Ahmad Dahlan ketika membentuk Muhammadiyah. Dien Samsuddin sangat taat pada film ini, karena ia mengaku enam kali menonton Sang Pencerah, namun belum juga bosan. "Kalau tidak percaya cobalah nonton lagi" Begitu ujarnya sebagaimana dikutip dalam Tempo Interaktif(23/9/10). Ya, cobalah nonton lagi, untuk menyaksikan sisi pemahaman keliru pada keberadaan Allah dalam film, yang berbeda dengan realitas sejarah KH. Ahmad Dahlan. Memang perlu lebih dari enam kali menonton film ini untuk memastikan adanya kisah pembingungan tauhid tersebut. Apapun kekeliruan pembingungan tersebut, film memiliki logika tersendiri untuk membuat fiksi tersendiri sebagai institusi ekstra-agama yang melampaui otoritas Muhammadiyah. Muhammadiyah sudah kropos dalam tema akidah tauhid, dipecundangi oleh sebuah film, yang justru sangat diminati oleh Ketua Umum Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin.

Ostaf Al Mustafa, alumnus Fisip Unhas dan anggota IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah)


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun