Ada sekian banyak orang menjadi kepala daerah dan membuat tanda hitam di atas putih sebagai suatu janji dan persetujuan dengan segala program yang akan ia jalani. Tetapi yang terjadi hanyalah kepalsuan. Sebuah kertas kembali menjadi yang utama akan perjanjian tetapi kita yang membuat janji menjadi yang terbelakang dari keberadaan yang sesungguhnya. Kita selalu bergerak kemanapun, sesuai keinginan kita. Kita selalu berbicara sesuai dengan keinginan kita dan kita selalu berpikir sesuai dengan setiap motivasi hidup kita. Tetapi kita jarang sekali untuk menepati apa yang telah kita setujui, kita ucapkan dan kita pikirkan.Â
Sangat benar jika ada orang yang mengatakan, suara yang keluar akan bertebaran bebas di udara dan tidak dapat ditarik pulang. Tetapi apa yang tertulis akan tetap tertulis dan akan terus dilihat dengan keadaan yang demikian. Sebuah janji akan menjadi absurd bila hanya dikatakan, tetapi akan menjadi nyata ketika janji itu dibuat kemudian ditulis diatas kertas putih yang adalah diri kita sendiri. Sehingga tidak dapat dihapus oleh siapapun.
Kertas putih yang dimksud adalah kebersihan dari diri kita (jiwa dan raga). Kita tidak perlu mencontohi sebuah kertas sebab kita adalah manusia dua dimensi badan dan jiwa. Kita memiliki kekuatan tetapi di satu sisi kitapun memiliki kelemahan. Kita dapat bangkit di saat kita terjatuh tetapi tidak dengan kertas. Kita adalah sebuah kertas yang tidak memiliki garis batas. Kita akan terus digunakan sampai Sang pembatas itu datang mengambil kita. Oleh sebab itu, sebelum Sang pembatas datang menghampiri kita, hendaknya kita mengisi hidup kita dengan apa yang baik dan benar yang bukan noda dan borok-borok kehidupan kita. Biarkanlah hidup kita menjadi lukisan indah yang terbentuk untuk menghiasi indah dan kelamnya dunia ini.