Mohon tunggu...
Yosep Mau
Yosep Mau Mohon Tunggu... Penulis - Debeo Amare

Hic et Nunc

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar "Beretika" Emanuel Levinas di Tengah Pandemi Covid-19

22 September 2020   10:03 Diperbarui: 22 September 2020   10:10 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

apakah subjektivitas masih dapat dimengerti sebagai kesadaran atau eksistensi? Ternyata tidak. Subjek bukanlah pour-soi (bagi dirinya), katanya sekarang, melainnkan I' un-pour-I' autre (seorang untuk orang lain). Subjek menjadi subjek karena bertanggungjawab atas orang lain.[3]

Levinas kemudian mempertegaskan lagi konsep pemikirannya bahwa; saya bertanggung jawab atas perbuatan orang lain, malah saya bertanggungjawab atas pertanggungjawaban orang lain.[4]

 konsep etika tanggungjawab inilah yang menjadi dasar bagaimana kita mendalami Covid-19 dari perspektif sosial. Sebagaimana yang diketahui bahwa kebijakan pertama yang diambil oleh pemerintah secara luas dalam menghambat penyebaran Covid-19 adalah dengan tidak berjabatan tangan. 

Dalam hal ini terlihat ada persoalan mengapa, karena masyarakat yang biasa bersalaman bahkan saling berpelukan ketika bertemu teman, kerabat, rekan kerja, dan lainnya kini hanya cukup dengan mengatupkan tangan sebagai gantiya. Berbeda? Pasti. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat dengan rasa kekeluargaan yang tinggi tentu merasa aneh dan ada sesuatu yang kurang jika tidak bersalaman.

Selanjutnya, pemerintah menghimbau warga untuk menerapkan social distancing (pembatasan sosial) sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran virus. Work from home (WFH) dan study from home (SFH) merupakan contoh konkritnya. Kegiatan perkantoran dialihkan ke rumah. 

Para karyawan membawa pekerjaan mereka ke rumah. Bahkan pertemuan atau rapat dilakukan secara online lewat berbagai plafrom video conference yang tersedia. Kegiatan belajar mengajar mulai dari tingkat SD hingga Perguruan Tinggi dialihkan dari pembelajaran tatap muka bersama pengajar ke model pembelajaran online atau e-learning. 

Menyoroti kebijakan study from home, apakah kebijakan ini adil bagi siswa yang tidak memiliki akses internet yang cukup memadai? Penutupan sekolah-sekolah dapat memperburuk kesenjangan akses pendidikan. Siswa dari keluarga miskin merupakan pihak yang paling terdampak dari kebijakan ini karena mereka tidak memiliki sarana dan akses yang menunjang kegiatan belajar, ini menjadi masalah ekonomi yang serius. 

Dikhawatirkan panjangnya waktu belajar di rumah akan membuat siswa sulit menguasai materi belajar sehingga standar capaian belajar siswa yang telah ditentukan oleh pihak sekolah menjadi tidak terealisasi. Jumlah anak putus sekolah pun dapat meningkat akibat kesulitan yang dihadapi anak dan remaja untuk kembali dan tetap bersekolah setelah penutupan sekolah .[5]

Semakin meluasnya daerah penyebaran dan meningkatnya jumlah pasien Covid-19  maka beberapa daerah dengan angka lonjakan kasus yang tinggi seperti Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dll, mulai memberlakukan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).[6] Hal ini membuat masyarakat semakin terisolasi dan terasing dari sesama mereka. Bagi perempuan ini bisa menjadi beban ganda bagi mereka. Di rumah, mereka harus bekerja sekaligus mengurus keluarga dan rumah tangga dalam waktu yang bersamaan. 

Dimasa pandemi Covid-19 masyarakat berlomba-lomba meningkatkan kebersihan dengan lebih sering mencuci tangan dan menjaga imunitas tubuh agar tetap kuat dengan menerapkan pola hidup sehat. Kedua hal ini tentu harus didukung dengan sarana yang memadai. 

Misalnya ketersediaan sabun cuci tangan, hand sanitizer, dan asupan gizi yang cukup lewat makanan yang dikonsumsi setiap hari.  Pemerintah dalam hal ini tanggap terhadap kesehatan masyarakat. Pada kesempatan lain pemerintah juga memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat untuk kelangsungan hidup mereka selama masa pandemi. Sebagai bagian dari perbaikan ekonomi rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun