Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

JK dan HL 717: Romantisme Jelang 2024

28 Januari 2022   08:20 Diperbarui: 28 Januari 2022   10:55 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SABTU, 22 Januari 2022, kelompok kajian strategis Hang Lekir (HL 717) dengar pendapat dengan Wakil Presiden dua kali (2004-2009 dan 2014 -2019) Jusuf Kalla selama hampir dua jam di Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Berbagai masalah dibahas dalam dengar pendapat antara JK dan tujuh orang awak HL 717. Sebelum pertemuan dengan HL 717, JK menerima sembilan jenderal purnawirawan TNI di tempat yang sama.

Nampaknya JK akan menjadi salah satu tokoh yang akan banyak ditemui orang-orang atau lembaga yang punya minat membahas suasana sosial politik jelang pemilu 2024.

Masalah awal yang dibahas antara HL 717 dengan JK adalah tentang pemilihan umum 2024 mendatang.

Menurut JK yang siang itu tampil segar bugar, situasi politik menghadapi pemilihan umum dan pemilihan presiden boleh disebut "romantis" dan "tidak jelas" atau tidak menentu".

Romantis, maksudnya berbagai pihak yang ingin mencalonkan diri jadi presiden/wakil presiden atau sejumlah partai politik  saling mencoba mengadakan pendekatan.

"Dalam dunia cinta asmara, orang yang terlibat dalam cinta asmara selalu saling mengadakan pendekatan, suasana ini yang disebut suasana romantis," ujar JK.

Tidak semua hal dalam pertemuan ini bisa dituangkan dalam tulisan ini, karena ada beberapa hal yang confidensial.

Mengenai suasana romantis dari situasi politik jelang 2024 ini, kata JK, antara lain ditandai ada calon yang disebut oleh lembaga survei punya ekstabilitas tinggi tapi tidak didukung partainya (baca pimpinan partainya) ada yang yang diperkirakan dicalonkan oleh partainya (pimpinan) tapi ekstabilitasnya dibawah dua persen.

"Ada yang kuat finansialnya tapi dalam survei cuma di bawah satu persen. Ada yang ekstabilitasnya tinggi sekali karena punya faktor relasi dengan partai besar. Namun bila sang calon ini tidak dicalonkan oleh partainya maka daya pikatnya pada pemilih bisa merosot," ujar JK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun