Mohon tunggu...
Id.Djoen
Id.Djoen Mohon Tunggu... Wiraswasta - ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Anak Bangsa Yang Ikut Peduli Pada Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Geliat Usaha Kecil di Tengah Pandemi Covid

25 Mei 2021   21:23 Diperbarui: 25 Mei 2021   21:41 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Es Chincau (Dokpri)

Covid datang ekonomi ambyar, itu mungkin ungkapan yang tepat saat ini, dimana kondisi ekonomi diberbagai negara didunia mengalami kemerosotan hingga resesi. Ada beberapa negara yang tak seberapa terdampak karena memang pondasi ekonomi mereka sudah kokoh sejak awal, dan ada pula yang pandai melihat celah bisnis guna menambah pendapatan negaranya disaat pendemi Covid 19 datang, baik yang bergerak dibidang industri masker, hand sanitizer, sabun cair, alat test covid hingga produsen vaksin covid 19.

Indonesia tak terkecuali terdampak oleh pandemi covid 19 ini, berbagai industri banyak yang mengalami kemunduran produksi, industri pariwisata yang sempat kolap ditandai dengan tutupnya beberapa penginapan, restoran dan sarana wisata lainnya, industri angkutan begitu pula ikut terdampak, beberapa ritail yang ada juga kolap dan adapula yang berubah bisnis mereka.

Kolapnya berbagai macam industri tersebut tak pelak menciptakan pengangguran akibat PHK. Entah berapa jumlah pengangguran saat ini di Indonesia baik pengganguran lulusan baru ataupun pengangguran akibat PHK. Proyek-proyek infrastruktur pemerintah yang meliputi banyak bidang ternyata tidak mampu menampung para pencari kerja.

Upaya pemerintah dalam mendorong bangkitnya ekonomi rakyat diberikan berbagai macam bantuan dari mulai KUR tanpa jaminan hingga bantuan modal dengan label BPUM. BPUM modal kerja yang telah digelontorkan sejak tahun lalu dengan nominal 2,4 juta rupiah setiap pemilik UMKM yang saat ini tahun ini nominl menjadi 1,2 juta rupiah karena banyaknya peminat/pemohon bantuan modal kerja tersebut.

Seberapa besar bantuan modal kerja 1,2 juta rupiah tersebut mendorong geliat ekonomi UMKM ?

Sebuah pertanyaan yang perlu diapresiasi, sebab selama ini BPUM digelontorkan tanpa disertai dengan validasi atau pemantauan bahwa bantuan modal kerja tersebut memang digunakan untuk memodali usahanya atau untuk kebutuhan lainnya. Selain itu tak ada bantuan skill pada penerima BPUM agar usahanya eksis ditengah pandemi Covid 19.

Kondisi krisis ekonomi tahun 1998 akibat gejolak politik berbeda dengan kondisi ekonomi saat ini yang dilanda pandemi Covid 19, sebab tak ada kejelasan bagaimana Covid 19 kedepan mereda atau semakin mengerikan. Fakta dilapangan muatsi virus covid 19 malah mematikan.

Warung Mie Pangsit (Dokpri)
Warung Mie Pangsit (Dokpri)
UMKM yang diharapkan sebagai ujung tombak ekonomi ternyata mengalami ujian yang tidak ringan. Kalau kita keliling kejalanan suasana PKL penjual kue, gorengan hingga nasi bebek berbeda dibandingkan dengan sebelum covid 19 ada, omzet mereka turun drastis. Ini juga dikarenakan konsumen mereka berkurang dimana beberapa konsumen adalah karyawan industri swasta yang terkena PHK. Saling keterkaitan ini tidak bisa dihindari walaupun disisi lain pemerintah gelontorkan bantuan tunai untuk mendorong daya beli masyarakat agar ekonomi berjalan wajar.

Tantangan lain UMKM adalah maraknya onlinestore, sementara mereka belum mampu dan tidak mengerti agar bisa ikut terjun dalam kancah perdagangan online tersebut. Banyak toko-toko baju dipedesaan yang berdiri dan menjual berbagai macam baju hasil jahitan mereka sendiri, akan tetapi kompetisi dan kurangnya pemahaman bisnis online sehingga usaha toko baju mereka cenderung stagnan atau bahkan bangkrut.

Toko Baju (dokpri)
Toko Baju (dokpri)
Budaya meniru ini juga kelemahan masyarakat dalam membuka usaha, tak heran kalau kita dalam perjalanan antar kota yang lagi booming saat ini warkop (Warung Kopi) berjajar rapat, tak ada yang salah akan tetapi akan timbul persaingan yang tidak sehat, dari mulai permainan harga, layanan hingga hal tak masuk akal bantuan mistik agar laku keras. Budaya meniru ini dikarenakan dalam diri mereka tak ada talenta dalam bisnis sehingga ketika melihat orang lain membuka usaha warung kopi terlihat ramai maka menirunya dengan usaha yang sama.

Dengan bermunculan banyaknya usaha yang sama disuatu lingkungan otomatis akan mengurangi konsumen, sebab dengan jumlah konsumen tertentu diperebutkan banyak pewira usaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun