Mohon tunggu...
Id.Djoen
Id.Djoen Mohon Tunggu... Wiraswasta - ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Anak Bangsa Yang Ikut Peduli Pada Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sudah Gelontorkan Dana Kok Warga Desa Belum Makmur, Mungkin Ini Sebabnya

31 Desember 2019   21:41 Diperbarui: 31 Desember 2019   21:47 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu sempat kita dengar berita Presiden keluh kesah tentang dana desa yang belum mampu membuat warga desa makmur. Dana desa yang digelontorkan pemerintah pusat dari APBN cukuplah besar, hingga terdengar adanya berita santer "desa hantu" yang dikabarkan terima dana tersebut.

Mencermati keluhan presiden ada sebuah pemandangan menarik ketika hari minggu pagi coba bersepeda keleliling desa untuk mencari udara  segar dikawasan desa. Saat meleewati sebuah jalan desa yang menyusuri persawahan ada sebuah pemandangan menarik dan saya jepret pake kamera hape dengan hasil foto seperti dibawah ini.

Sebuah pemandangan yang biasa kalau kita tidak cermat mengamatinya, jalanan paving ditengah persawahan yang sedang ditanami tebu dan padi. Jalan semula berbentuh tanah dengan rumput tumbuh disekitar, berdebu saat kemarau dan becek saat penghujan.

Kini jalan tersebut telah menjadi rapi dan nyaman karena telahdibangun dipaving yang anggaran pembiayaan pembangunan dari sebagian dana desa yang telah diterima pemerintah desa dari APBN pemerintah pusat.sarana transportasi tersebut kini membuat nyaman penduduk untuk berlalu lalang kelahan sawah atau bepergian kewilayah lain diluar desanya.

Sekarang kita zoom dan perhatikan dengan cermat dari foto tersebut akan kita dapat gambar dibawah ini :

dokpri
dokpri
Terlihat ibu-ibu berjajar menjajakan kue-kue makanan ringan hingga nasi sarapan pagi memanfaatkan moment minggu pagi saat banyak orang-orang dari tua hingga muda berjalan pagi, bersepeda dihari libur untuk mencari udara segar. Ibu-ibu tersebut menjajakan makanan demi menambah penghasilan dan keberlangsungan ekonomi keluarganya. Dengan alat seadanya meja, kursi, wadah kue mereka pajang dagangan mereka. Kalau kita cermati dan bayangkan kalau hujan apa tidak kehujanan atau kalau kemarau apa tidak kepanasan ?.

Dari dua gambar diatas bisa kita lihat apa penyebab dana desa yang besar belum mampu memberikan kemakmuran warga desa.

Jalan paving yang bagus memang memberikan kenyamanan bagi warga untuk berlalu lalang akan tetapi belum tentu menambahh kesejahteraan warga sebab jalan tersebut hanya sarana ekonomi bukan pekerjaan ekonomi. Kondisi ibu-ibu yang berdagang makanan dengan alat seadanya itulah pekerjaan ekonomi yang patut jadi perhatian.

Dan selama ini orang-orang macam ini belum tersentuh oleh dana desa. Mungkin dengan menkoordinir memberi bantuan modal dan memberi fasilitas sederhana seperti tenda, atau kios semi permanen agar mereka bisa mencari uang dengan nyaman tanpa harus kabur saat hujan dan bubar saat siang terik datang.

Salahnya dimana ? salahnya pemerintah mengucurkan dana desa tanpa disertai dengan aturan dan kebijakan penggunaan dana desa untuk apa saja terutama fokus pada ekonomi warga. Sehingga yang terjadi dana desa digunakan untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan ekonomi warga. Ada yang gunakan dana desa untuk memerindah balaidesa, ada yang gunakan untuk mempermak jalan masuk desa bahkan untuk kepentingan pribadi pejabat desa.

Jalan desa bagus, balaidesa bagus, gapura desa indah penuh dengan lampu hias, akan tetapi warga desa ada yang kesulitan dalam memenuhi ekonomi keluarga. Dari pengamatan saya disitulah letak sebab kenapa sudah ada dana desa yang besar warga desa belum makmur.

Semoga manfaat tulisan ini....suwun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun