Mohon tunggu...
Rohman Aje
Rohman Aje Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Alhamdulillah, Hopefully I am better than yesterday

Seorang opinimaker pemula yang belajar mencurahkan isi hatinya. Semakin kamu banyak menulis, semakin giat kamu membaca dan semakin lebar jendela dunia yang kau buka. Never stop and keep swing.....^_^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesadaran Bukan di Masa Lalu atau Masa Depan

18 April 2021   10:28 Diperbarui: 18 April 2021   10:36 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Memori masa lalu merupakan bagian dari perjalanan hidup kita yang tak terpisahkan. Berbagai peristiwa yang telah terjadi menciptakan kenangan demi kenangan. Ada yang indah, bahagia dan menyenangkan. Ada pula yang membuat takut, sedih, pahit dan tidak mengenakan.

Kadang ingatan-ingatan masa lalu hadir tanpa diminta. Ia melintas di dalam otak begitu saja, meski kita tidak sengaja memikirkannya. Biasanya karena ada pemicu-pemicu yang tak sengaja dilihat, didengar atau dicium. Seperti melihat film kartun Doraemon, Ninja Hatori, Ksatria Baja Hitam jadi inget masa kecil. Dengerin lagu Ariel, pikiran langsung melintas ke masa-masa sekolah SMP atau SMA ketika jatuh hati untuk pertama kali. Mencium bau bunga kamboja jadi ingat masa yang telah lama berlalu ketika nonton layar tancep (bioskop tradisonal terbuka) di wilayah pekuburan (dah gitu film-filmnya horor semua).

Perisitiwa yang sudah lewat disebut masa lalu. Sedangkan, segala hal yang akan terjadi dinamakan masa depan. Tentu saja kita tidak bisa terlepas untuk memikirkan masa depan. Oleh sebab itu kita berencana. Baik sebagai tindakan antisipasi atau menciptakan peluang keberhasilan.

Memikirkan masa lalu dan masa depan berakibat positif juga negatif. Yang positif tentu saja baik. Namun ketika kita memikirkan masa lalu dan masa depan yang akhirnya berujung negatif, apa yang harus kita lakukan?

Seperti halnya masa lalu yang pahit membuat kita trauma. Atau ketika kita menghadapi masalah yang membuat kita stres kemudian mengingat masa lalu yang bahagia dan menyenangkan yang justru jadi perangkap dan berdampak buruk.

Begitupun masa depan yang selalu kita pikirkan demi menggapai harapan yang menyenangkan dan membahagiakan. Itu boleh-boleh saja. Namun, masa depan terkadang bisa mendatangkan kecemasan dan kekhawatiran jika dicampuri rasa pesimis yang berlebihan.

Sekali lagi, bila kita merasa sedih akan masa lalu yang pahit atau suramnya masa depan, solusi apa yang harus kita temukan?

Berikut ini adalah kisah-kisah nyata hidup manusia yang erat kaitannya dengan persoalan di atas. Semoga saja ada hikmah yang bisa jadi solusi.

Pada tahun 1871, ada seorang mahasiswa kedokteran dari Montreal General Hospital. Dia pernah merasakan kesedihan dan kekhawatiran akan masa depannya. Apakah Dia bisa lulus ujian, bagaimana membuka praktek, dan bagaimana mencari nafkah untuk hidup? Dia khawatir dan sedih karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Namun 40 tahun kemudian, Dia berbicara di depan para mahasiswa Yale University. Dia berkata bahwa banyak orang mengira, bahwa dirinya memiliki "otak cemerlang berkwalitas istimewa", karena dia telah menjadi profesor di empat universitas dan berhasil menulis buku yang populer. Tapi, ternyata itu tidaklah benar. Sebab, teman-teman karibnya tahu betul, bahwa otaknya tergolong otak "berkualitas sedang".

Dialah Sir Wiliam Osler, seorang dokter yang termahsyur yang mengorganisir sekolah kedokteran di dunia, 'John Hopkins School of Medicine'. Dia juga mendapat gelar pangkat kedokteran tertinggi yang dianugerahkan oleh kerajaan Inggris sebagai suatu kehormatan, yaitu Regius Professor of Medicine di Oxford.

Lantas apa rahasia dibalik keberhasilannya? Dia mengatakan bahwa hal itu berkat prinsip hidupnya, yaitu hidup dalam "jangka waktu terbatas". Apa maksudnya? Selamatkan hari untuk hari ini.

Kuburlah masa lalu karena ia telah mati. Beban hari esok ditambah beban hari yang telah lalu menambah berat beban hari ini sehingga hari ini gontai, tak mampu berdiri tegak karena menanggung beban yang terlalu berat.

Tutuplah masa depan rapat-rapat. Masa depan sama dengan hari ini. Energi yang boros, mental yang menderita, sedih dan gelisah akibat memikirkan masa depan. Karenanya, tutup rapat gerbang depan dan belakang. Mulai biasakan diri untuk hidup baru dengan prinsip hidup 'Jangka Waktu Terbatas'.

Apakah dengan begitu dr. Osler beranggapan kalau kita tidak perlu merencanakan masa depan? Tentu saja tidak! Dia hanya ingin menegaskan bahwa cara terbaik untuk menyongsong masa depan adalah dengan melaksanakan tugas-pekerjaan hari ini sebaik mungkin dengan senang hati serta menggunakan seluruh kemampuan yang Anda miliki. Hari ini harus jadi hari yang baik. Itulah satu-satunya cara yang mungkin dapat Anda pakai untuk mempersiapkan masa depan.

Dari kisah nyata di atas mengajarkan bahwa kita perlu sadar dengan hidup. Bukan kesadaran hidup di masa lalu atau masa depan, malainkan hidup dengan 'jangka waktu terbatas' yang bisa kita sadari setiap hari. Hiduplah selalu dengan kesadara hari ini, saat ini atau sekarang!.

Referensi:
Dale Carnegie, Petunjuk Hidup Tentram dan Bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun