Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentakosta Melenyapkan Bahasa Perbedaan

31 Mei 2020   16:58 Diperbarui: 31 Mei 2020   16:49 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa

Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi,  dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa  seluruh bumi  dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi, (Kitab Kejadian Bab 11).

Narasi kuno ini, mungkin telah ada sejak 3000 tahun sebelum masehi, dipercayai sebagai asal mulanya terjadi perbedaan bahasa dan ras di Bumi. Itu terjadi karena gagalnya pembangunan menara yang disebut Menara Babel, (suatu daerah kuno di Irak sekarang); kegagalan yang menjadikan manusia terpisah-pisah sesuai bahasa dan dialek mereka. 

Pentakosta salah satu Hari Raya Gerejawi. Lima rangkaian ibadah serta perayaan Utama pada umat Krisen dan Katolik; yaitu (i) Kelahiran Yesus atau Natal, (ii) Jumat Agung atau Kematian Yesus di Salib, (iii) Paskah atau Kebangkitan Yesus, (iv) Kenaikan Yesu ke Surga, dan 10 Hari kemudian ada perayaan (v) Pentakosta atau Turunnya Roh Kudus.

Narasi Pentakosta

Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul  di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.

Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh  dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata:

"Mereka semua orang-orang Galilea. Tapi mereka berkata-kata dalam bahasa yang kita pakai di negeri asal kita. Kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, orang Yahudi, penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab. Kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, (Kitab Kisah Para Rasul Bab II)."

Dokumentasi Pigeon
Dokumentasi Pigeon
Cipanas, Jawa Barat | Saya pernah bertanya kepada seorang teman, yang juga Guru Besar Bahasa Indonesia, "Kapan bahasa ada atau dilahirkan?" Sang Profesor menjawab tenang, "Sejak manusia ada; bahasa lahir bersamaan dengan kehadiran atau adanya manusia." Saya pun melanjutkan, "Ya, tapi kapan?" Teman saya pun menjawab, "Tergantung siapa yang mau menjawab. Orang beragama akan menjawab, 'Sejak manusia diciptakan;' sedangkan yang lain akan menjawab, "Sejak manusia masih sebagai manusia kera, mereka sudah memiliki bahasa."

Jelas. Bahasa, apa pun bentuknya, telah ada bersamaan dengan kehadiran manusia di Dunia; dan sebagai alat komunikasi dan interaksi satu sama lain; dengan itu, bahasa terbentuk dan digunakan di/dalam komunitas sosial.

 Namun, karena adanya mobilitas manusia, (lihat narasi pemisahan bahasa), maka mereka juga menggunakan 'bahasa baru' lingkungan masing-masing. Sehingga yang terjadi adalah, bahasa sebagai salah satau tanda keterikatan di/dalam komunitas; sekaligus alat pembeda dengan yang lainnya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun