Mohon tunggu...
Rahman
Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Menulis apa yang saya suka, siapa tahu kamu juga suka. Twitter: @oomrahman.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Hal Terbaik dari Pertanian Indonesia Segera Tiba

21 Mei 2019   20:24 Diperbarui: 22 Mei 2019   13:50 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertanian Indonesia memiliki capaian dan tantangan untuk ditingkatkan. Sumber: Facebook Kementan.

"Soal pangan adalah soal hidup matinya bangsa" -- Sukarno.

Pemenuhan kebutuhan bahan pangan dari sektor pertanian tidak melulu mudah dilakukan. Banyak problematika yang mengiringi negara memenuhi hajat orang banyak soal urusan perut. Sejak merdeka sampai sekarang ada beragam tantangan. Oleh sebab itu, Sukarno dalam pidato peletakan batu pertama Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, kini Institut Pertanian Bogor, pada 27 April 1952 berbicara panjang lebar mewanti-wanti kebutuhan pangan yang terus krusial dari dulu sampai di kemudian hari.

Meski banyak tantangan, setidaknya dalam empat tahun terakhir, Kementerian Pertanian (Kementan) Kabinet Kerja di bawah pimpinan Andi Amran Sulaiman sukses meraih beragam pencapaian. Kementan sukses menurunkan inflasi bahan makanan. Badan Pusat Statistik menyebut, pada tahun 2017 tingkat inflas pangani menjadi yang terendah sepanjang sejarah, yakni 1,26%. Selain tingkat inflasi, andil pengeluaran bahan bahan makanan terhadap inflasi di tahun tersebut hanya sebesar 0,26. Terendah sepanjang 2014-2018.

Dilansir dari pertanian.go.id, kesuksesan pengendalian inflasi ini tidak terlepas dari kontribusi sektor pertanian. Tiga aspek yang dilakukan Kementan, yaitu ketersediaan, distribusi, dan ketermanfaatan menjadi faktor penentu. Aspek ketersediaan dilakukan lewat peningkatan produksi pangan, menjaga luas tanam bulanan sesuai kebutuhan, serta mendekatkan pusat produksi kepada konsumen.

Untuk aspek distribusi, kemampuan menjaga pasokan dan harga pangan dilakukan lewat terobosan mulai tahun lalu, yaitu pengembangan e-commerce Toko Tani Indonesia yang mendorong kemudahan distribusi pangan dan efisiensi tata niaga. Kementan juga secara intensif dan tepat guna mengendalikan pasokan pada hari besar keagamaan nasional, memantau harga pangan harian, melaksanakan operasi pasar bila diperlukan, dan mengembangkan lumbung pangan masyarakat.

Pada aspek pemanfaatan pangan, Kementan mengembangkan pola konsumsi pangan B2SA, yakni beragam, bergizi, seimbang, dan aman. Mereka juga mengampanyekan anti pemborosan makanan dan mendorong pemanfaatan bahan baku dalam industri. Tujuannya supaya terkendalinya pola konsumsi masyarakat dengan menjaga ketersediaan dan kebutuhan pangan.

Kementan turut pula berupaya mendongkrak ekspor pertanian dengan meningkatkan produksi dan produktivitas. Jumlah ekspor beberapa komoditas pertanian melesat ke berbagai negara di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat. Pemerintah terus mendorong membangun kawasan buah dan sayuran berkualitas bagus untuk digenjot ekspor. Misalnya seperti volume ekspor nanas yang naik 8,8% pada tahun lalu dan ditargetkan pada 2019 meningkat mencapai 30%. Ini dilakukan sebagai upaya pemerintah meningkatkan neraca perdagangan, mendatangkan devisa negara, dan meningkatkan nilai tambah petani.

Secara umum, nilai ekspor pertanian meningkat 29,7% dari Rp. 384,9 triliun pada 2016 menjadi Rp. 499,3 triliun pada 2018 dengan total nilai ekspor Rp 1.764 triliun selama 2015-18. Amran Sulaiman menjelaskan, seperti dikutip pertanian.go.id, nilai investasi pertanian meningkat 110,2% dengan total nilai investasi Rp 270,1 triliun selama 2013-2018.

Rendahnya inflasi pangan yang dicapai juga tidak mengganggu kesejahteraan petani. Buktinya, Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat 0,22% dari tahun 2014 sampai 2018. Sementara Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) meningkat 5,39 dalam periode yang sama.

Sektor pertanian juga berkontribusi menekan angka kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di pedesaan menurun dari 10,87% dari 17,74 juta jiwa pada Maret 2013 menjadi 15,81 juta jiwa pada Maret 2018.

"Daya beli petani tetap naik dan kesejahteraan tetap petani semakin meningkat," ujar Amran.

Patut diapresiasi juga bagaimana Mentan Andi Amran Sulaiman selalu berupaya membuat kebijakan pro petani. Ketika ada wacana impor, Amran kerap menolak produk impor masuk, karena bisa menyebabkan harga beli pertanian lokal yang baru panen menjadi jatuh.

Untuk internal kementerian, Kementan berusaha mempertahankan pencapaian dalam meraih opini laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. Selain itu, capaian yang menterang seperti penghargaan anti gratifikasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi juga patut dipertahankan. Tentu saja ini beriringan dengan praktik-praktik pemerintahan yang bersih sebagai bukti implementasi revolusi mental atau reformasi birokrasi yang selama ini menjadi semangat pemerintahan Joko Widodo. Semangat yang patut dilanjutkan dan ditingkatkan demi kesejehateraan rakyat lima tahun mendatang.

Kementan memiliki pencapaian dan tantangan menyoal pangan. Sumber: Penulis.
Kementan memiliki pencapaian dan tantangan menyoal pangan. Sumber: Penulis.
Siap Menyambut Tantangan Era Milenial

Demi terwujudnya pertanian yang semakin produtif, persoalan sumber daya manusia dan peningkatan daya saing menjadi fokus bersama jajaran Kementan. Tidak main-main, target pada 2019, Kementan mencetuskan gerakan satu juta petani milenial berorientasi ekspor, serta peningkatan kualitas dan kapasitas Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) untuk meningkatkan daya saing SDM. Peminat pendidikan vokasi Polbangtan setiap tahunnya meningkat, dari 980 orang pada tahun 2013 menjadi 12.111 orang pada 2018. Tidak lain tidak bukan demi tercetaknya generasi petani milenial berorientasi ekspor sesuai nilai-nilai Pancasila.

Semoga semakin banyak generasi milenial yang sadar betapa pentingnya sektor pertanian. Sehingga mau menekuni bidang pertanian dengan wawasan terkini dalam era kiwari. Tidak malu untuk berprofesi sebagai petani, tentu dengan keahlian yang modern dan canggih sesuai semangat zaman. Perlu ditinggalkan paradigma bahwa pertanian tidak menguntungkan atau kumuh. Jangan malu menjadi petani, karena pemerintah pun telah memberikan bekal pengetahuan dan skema permodalan untuk mencapai target 1 juta petani muda Indonesia.

Ada dua program lain yang jadi sasaran pada 2019. Keduanya diberi nama menarik, karena memakai tagar khas media sosial, yaitu #BEKERJA dan #SERASI. #Bekerja kepanjang dari Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera yang memberi bantuan produktif pada 400.000 rumah tangga miskin (RTM). Dilakukan pemberian 20 juta ekor ayam kepada petani miskin, santri tani, dll. Juga pemberian bantuan benih/bibit tanaman hortikultura dan perkebunan cluster.

Untuk program #Serasi atau Selamatkan Rawa Sejahteran Petani dilakukan pada lahan rawa pasang surut/lebak seluas 500.000 hektare yang difokuskan terbagi rata di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.

Tidak dapat dipungkiri, modernisasi pertanian penting dalam mencapai target swasembada pangan berkelanjutan. Kementan menyadarinya, terlebih sektor pertanian pun memasuki era revolusi industri 4.0 yang lekat dengan kebijakan-kebijakan strategis. Beragam aplikasi telah diperkenalkan untuk membantu usaha tani, seperti Simontadi, Katam, Si Mantap, Smart Farming, Smart Green House, Autonomous Tractor, dan Smart Irrigation.

Aplikasi Simontadi (Sistem Informasi Monitoring Pertananam Padi menggunakan citra satelit beresolusi tinggi untuk membaca standing crop tanaman padi. Sedangkan aplikasi Kalender Tanam Berfungsi untuk mengetahui watu tanam, rekomendasi pupuk, dan penggunaan varietas. Sedangkan Si Mantap bisa memberi bantuan asuransi pertanian bahwa pihak asuransi mampu mendeteksi risiko kekeringan dan banjir, termasuk juga organisme pengganggu tumbuhan.

Tidak kalah penting, aplikasi-aplikasi tersebut juga memfasilitasi generasi muda supaya terjun ke dunia pertanian. Penggunaan internet dan teknologi informasi telah menjadi bagian kehidupan manusia sehari-hari yang telah memasuki era teknologi 4.0. Berpengaruh besar terhadap produksi barang dan jasa, khususnya pertanian bagi negara agraris seperti Indonesia.

Implementasi teknologi 4.0 sangat bermanfaat bagi konsumen dan petani mendekatkan distribusi. Oleh sebab itu perlu ada regulasi dan aturan sebagai payung hukum bagi pelaku usaha dan generasi milenial. Tantangan bagi Kementan.

Dengan segala pencapaian dan strategi atas tantangan yang menyertai, Kementan tidak boleh berpuas diri. Sebab urusan pangan selamanya soal hidup matinya bangsa. Semoga hal yang terbaik dari pertanian Indonesia segera tiba.

facebook: Kementan
facebook: Kementan
“Soal pangan adalah soal hidup matinya bangsa” – Sukarno.

Pemenuhan kebutuhan bahan pangan dari sektor pertanian tidak melulu mudah dilakukan. Banyak problematika yang mengiringi negara memenuhi hajat orang banyak soal urusan perut. Sejak merdeka sampai sekarang ada beragam tantangan. Oleh sebab itu, Sukarno dalam pidato peletakan batu pertama Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, kini Institut Pertanian Bogor, pada 27 April 1952 berbicara panjang lebar mewanti-wanti kebutuhan pangan yang terus krusial dari dulu sampai di kemudian hari.

Meski banyak tantangan, setidaknya dalam empat tahun terakhir, Kementerian Pertanian (Kementan) Kabinet Kerja di bawah pimpinan Andi Amran Sulaiman sukses meraih beragam pencapaian. Kementan sukses menurunkan inflasi bahan makanan. Badan Pusat Statistik menyebut, pada tahun 2017 tingkat inflas pangani menjadi yang terendah sepanjang sejarah, yakni 1,26%. Selain tingkat inflasi, andil pengeluaran bahan bahan makanan terhadap inflasi di tahun tersebut hanya sebesar 0,26. Terendah sepanjang 2014-2018.

Dilansir dari pertanian.go.id, kesuksesan pengendalian inflasi ini tidak terlepas dari kontribusi sektor pertanian. Tiga aspek yang dilakukan Kementan, yaitu ketersediaan, distribusi, dan ketermanfaatan menjadi faktor penentu. Aspek ketersediaan dilakukan lewat peningkatan produksi pangan, menjaga luas tanam bulanan sesuai kebutuhan, serta mendekatkan pusat produksi kepada konsumen.

Untuk aspek distribusi, kemampuan menjaga pasokan dan harga pangan dilakukan lewat terobosan mulai tahun lalu, yaitu pengembangan e-commerce Toko Tani Indonesia yang mendorong kemudahan distribusi pangan dan efisiensi tata niaga. Kementan juga secara intensif dan tepat guna mengendalikan pasokan pada hari besar keagamaan nasional, memantau harga pangan harian, melaksanakan operasi pasar bila diperlukan, dan mengembangkan lumbung pangan masyarakat.

Pada aspek pemanfaatan pangan, Kementan mengembangkan pola konsumsi pangan B2SA, yakni beragam, bergizi, seimbang, dan aman. Mereka juga mengampanyekan anti pemborosan makanan dan mendorong pemanfaatan bahan baku dalam industri. Tujuannya supaya terkendalinya pola konsumsi masyarakat dengan menjaga ketersediaan dan kebutuhan pangan.

Kementan turut pula berupaya mendongkrak ekspor pertanian dengan meningkatkan produksi dan produktivitas. Jumlah ekspor beberapa komoditas pertanian melesat ke berbagai negara di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat. Pemerintah terus mendorong membangun kawasan buah dan sayuran berkualitas bagus untuk digenjot ekspor. Misalnya seperti volume ekspor nanas yang naik 8,8% pada tahun lalu dan ditargetkan pada 2019 meningkat mencapai 30%. Ini dilakukan sebagai upaya pemerintah meningkatkan neraca perdagangan, mendatangkan devisa negara, dan meningkatkan nilai tambah petani.

Secara umum, nilai ekspor pertanian meningkat 29,7% dari Rp. 384,9 triliun pada 2016 menjadi Rp. 499,3 triliun pada 2018 dengan total nilai ekspor Rp 1.764 triliun selama 2015-18. Amran Sulaiman menjelaskan, seperti dikutip pertanian.go.id, nilai investasi pertanian meningkat 110,2% dengan total nilai investasi Rp 270,1 triliun selama 2013-2018.

Rendahnya inflasi pangan yang dicapai juga tidak mengganggu kesejahteraan petani. Buktinya, Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat 0,22% dari tahun 2014 sampai 2018. Sementara Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) meningkat 5,39 dalam periode yang sama.

Sektor pertanian juga berkontribusi menekan angka kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di pedesaan menurun dari 10,87% dari 17,74 juta jiwa pada Maret 2013 menjadi 15,81 juta jiwa pada Maret 2018.

“Daya beli petani tetap naik dan kesejahteraan tetap petani semakin meningkat,” ujar Amran.

Patut diapresiasi juga bagaimana Mentan Andi Amran Sulaiman selalu berupaya membuat kebijakan pro petani. Ketika ada wacana impor, Amran kerap menolak produk impor masuk, karena bisa menyebabkan harga beli pertanian lokal yang baru panen menjadi jatuh.

Untuk internal kementerian, Kementan berusaha mempertahankan pencapaian dalam meraih opini laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. Selain itu, capaian yang menterang seperti penghargaan anti gratifikasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi juga patut dipertahankan. Tentu saja ini beriringan dengan praktik-praktik pemerintahan yang bersih sebagai bukti implementasi revolusi mental atau reformasi birokrasi yang selama ini menjadi semangat pemerintahan Joko Widodo. Semangat yang patut dilanjutkan dan ditingkatkan demi kesejehateraan rakyat lima tahun mendatang.

Kementan memiliki pencapaian dan tantangan menyoal pangan. Sumber: Penulis.
Kementan memiliki pencapaian dan tantangan menyoal pangan. Sumber: Penulis.
Siap Menyambut Tantangan Era Milenial

Demi terwujudnya pertanian yang semakin produtif, persoalan sumber daya manusia dan peningkatan daya saing menjadi fokus bersama jajaran Kementan. Tidak main-main, target pada 2019, Kementan mencetuskan gerakan satu juta petani milenial berorientasi ekspor, serta peningkatan kualitas dan kapasitas Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) untuk meningkatkan daya saing SDM. Peminat pendidikan vokasi Polbangtan setiap tahunnya meningkat, dari 980 orang pada tahun 2013 menjadi 12.111 orang pada 2018. Tidak lain tidak bukan demi tercetaknya generasi petani milenial berorientasi ekspor sesuai nilai-nilai Pancasila.

Semoga semakin banyak generasi milenial yang sadar betapa pentingnya sektor pertanian. Sehingga mau menekuni bidang pertanian dengan wawasan terkini dalam era kiwari. Tidak malu untuk berprofesi sebagai petani, tentu dengan keahlian yang modern dan canggih sesuai semangat zaman. Perlu ditinggalkan paradigma bahwa pertanian tidak menguntungkan atau kumuh. Jangan malu menjadi petani, karena pemerintah pun telah memberikan bekal pengetahuan dan skema permodalan untuk mencapai target 1 juta petani muda Indonesia.

Ada dua program lain yang jadi sasaran pada 2019. Keduanya diberi nama menarik, karena memakai tagar khas media sosial, yaitu #BEKERJA dan #SERASI. #Bekerja kepanjang dari Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera yang memberi bantuan produktif pada 400.000 rumah tangga miskin (RTM). Dilakukan pemberian 20 juta ekor ayam kepada petani miskin, santri tani, dll. Juga pemberian bantuan benih/bibit tanaman hortikultura dan perkebunan cluster.

Untuk program #Serasi atau Selamatkan Rawa Sejahteran Petani dilakukan pada lahan rawa pasang surut/lebak seluas 500.000 hektare yang difokuskan terbagi rata di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.

Tidak dapat dipungkiri, modernisasi pertanian penting dalam mencapai target swasembada pangan berkelanjutan. Kementan menyadarinya, terlebih sektor pertanian pun memasuki era revolusi industri 4.0 yang lekat dengan kebijakan-kebijakan strategis. Beragam aplikasi telah diperkenalkan untuk membantu usaha tani, seperti Simontadi, Katam, Si Mantap, Smart Farming, Smart Green House, Autonomous Tractor, dan Smart Irrigation.

Aplikasi Simontadi (Sistem Informasi Monitoring Pertananam Padi menggunakan citra satelit beresolusi tinggi untuk membaca standing crop tanaman padi. Sedangkan aplikasi Kalender Tanam Berfungsi untuk mengetahui watu tanam, rekomendasi pupuk, dan penggunaan varietas. Sedangkan Si Mantap bisa memberi bantuan asuransi pertanian bahwa pihak asuransi mampu mendeteksi risiko kekeringan dan banjir, termasuk juga organisme pengganggu tumbuhan.

Tidak kalah penting, aplikasi-aplikasi tersebut juga memfasilitasi generasi muda supaya terjun ke dunia pertanian. Penggunaan internet dan teknologi informasi telah menjadi bagian kehidupan manusia sehari-hari yang telah memasuki era teknologi 4.0. Berpengaruh besar terhadap produksi barang dan jasa, khususnya pertanian bagi negara agraris seperti Indonesia.

Implementasi teknologi 4.0 sangat bermanfaat bagi konsumen dan petani mendekatkan distribusi. Oleh sebab itu perlu ada regulasi dan aturan sebagai payung hukum bagi pelaku usaha dan generasi milenial. Tantangan bagi Kementan.

Dengan segala pencapaian dan strategi atas tantangan yang menyertai, Kementan tidak boleh berpuas diri. Sebab urusan pangan selamanya soal hidup matinya bangsa. Semoga hal yang terbaik dari pertanian Indonesia segera tiba.

sumber: pertanian.go.id, kompas.com, detik, liputan6.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun