Mohon tunggu...
Kopral Jabrik
Kopral Jabrik Mohon Tunggu... Dosen - diisi apa?

Menjadi wartawan sejak pertengahan dekade 1970an. Mulai dari reporter Harian Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta, di bawah bimbingan Hadjid Hamzah (almarhum). Sempat aktif di Gelora Mahasiswa (UGM), menulis di Majalah Q (Bandung), Majalah Psikologi Anda (Jakarta), menjadi wartawan Kompas (tahun 1980an, dibimbing oleh AM Dewabrata), redaktur pelaksana Harian Jayakarta, kepala biro Harian Suara Pembaruan (dekade 1990an), produser pemberitaan di SCTV, dosen jurnalistik dan manajemen di Universitas Sahid, Universitas Pelita Harapan dan Universitas Bhayangkara.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Investasi Bodong

31 Januari 2017   12:29 Diperbarui: 31 Januari 2017   12:49 2358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Angket Misleading

Tidak hanya itu. Kompeng juga meminta beberapa utusannya mengedarkan angket kepada masyarakat. Isinya menanyakan (1) apakah masyarakat menginginkan penyelesaian krisis dan (2) apakah perlu dibentuk perwakilan masyarakat guna ikut menyelesaikan krisis itu. Tentu saja, jawaban masyarakat terhadap pertanyaan seperti itu sudah bisa ditebak dari awal. Yakni, masyarakat setuju penyelesaian krisis dan masyarakat merasa perlu dibentuk perwakilan guna ikut membantu menyelesaikan krisis.

Hasil angket yang jawabannya sudah bisa ditebak itu, dijadikan alasan oleh Kompeng buat membentuk perwakilan masyarakat. Kompeng dan para pengikutnya berdalih agar ada wakil masyarakat yang ikut membantu mereka dalam mengatur desa dan mengawasi para ahli waris. Alasannya, supaya masing-masing anak betul-betul terjamin mendapat bagian warisan yang utuh dalam satuan Miliar dan dalam porsi sesuai yang diwasiatkan almarhum sang ayah sehingga pembagian Rp 19 M itu bisa dituntaskan.

Motivasi Mulia

Setelah berhasil menakuti-nakuti Lurah sehingga Lurah lengser, maka Kompeng mendaulat diri menjadi penguasa desa sekaligus likuidator dan kurator urusan harta warisan Lelaki. Sementara Pengusaha sibuk mengatur segala sesuatu dari perhitungan bisnis, Komunikator mencari pasar bagi kursus-kursus motivasi yang digelutinya. Secara bergilir, masyarakat dilatihnya bermotivasi. Diberinya pemahaman tentang motivasi guna mencapai tujuan hidup. Ada motivasi gaya kuda yang penuh ambisi dan nafsu, motivasi gaya kalajengking yang soliter namun mematikan, motivasi gaya tikus yang menggerogoti sedikit-demi-sedikit tapi tidak kentara, serta motivasi gaya kodok yang selalu menginjak ke bawah dan menjunjung ke atas.

Pengusaha dan Komunikator bahu-membahu. Kompeng betul-betul bertindak sebagai dewa penolong, dan mengumumkan mereka hanya akan mengambil sisa pembagian waris jika nilainya kurang dari atau sama dengan Rp 1M. Jika sisa pembagian waris lebih dari Rp 1M, maka kelebihannya akan disumbangkan secara ikhlas bagi perwakilan masyarakat. Sungguh tampak mulia tindakan Kompeng berdua.

Lagi-lagi keputusan dan pengumuman itu dianggap sebagai kabar baik dan angin surga. Sebagian besar masyarakat menyambut gembira pengumuman itu dan menilai Kompeng atau Pengusaha dan Komunikator adalah utusan para dewa yang dikirim ke dunia. Lagi-lagi Joko Bodo berusaha mengingatkan agar masyarakat tetap bersikap kritis mengawal segala kebaikan yang ditawarkan Kompeng.

Pengumuman dan sikap mulia Kompeng disambut para para penggembira  dengan tepuk tangan riuh-rendah. Para anggota kelompok yang dipercaya sebagai wakil masyarakat pun ikut gembira, karena mereka merasa diberi kepercayaan oleh utusan dewa. Anak-anak Lelaki yang menjadi ahli waris juga setuju dengan rencana-rencana Kompeng yang dianggap hebat itu. Buat para ahli waris, yang penting warisan segera dibagikan karena mereka sudah sangat terdesak oleh keperluan uang.

Berhasil

Maka dengan disaksikan oleh kelompok perwakilan, para mahasiswa, para orangtua, stakeholders dan seluruh masyarakat; Kompeng berdua mulai membagi harta warisan yang kini berjumlah Rp 20 M. Kompeng meyakinkan semua pihak bahwa mereka akan membagikan warisan sesuai pesan almarhum Lelaki:

  • 1/4 utk anak pertama,
  • 1/2 utk anak kedua,
  • 1/5 utk anak ketiga.
  • Syaratnya pun akan dipenuhi: nilai yang diterima masing2 anak harus genap dan utuh dalam satuan miliar. Tidak boleh dipecah.

Dan Kompeng menegaskan bahwa mereka hanya akan mengambil sisa pembagian waris dengan nilai maksimum Rp 1M. Jika ada kelebihan, akan disumbangkan buat kegiatan kelompok perwakilan dan para orang miskin. Tentu saja sikap mulia Kompeng disambut gembira dan Kompeng diabggap betul-betul utusan dewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun