Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tempat Berteduh Sang Anak

26 Juli 2022   20:08 Diperbarui: 26 Juli 2022   20:13 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar https://pinterest.com

Jemari kecil itu sibuk menghitung hujan
Tangis tertutup alibi-alibi yang deras
Pasal-pasal kekerasan tak pernah lunak
Berpihak serta mendesak

Disana, di bawah langit anak-anak masih berlarian
Bukan bermain, apalagi mengejar layang-layang lepas
Tapi memang langit dibuat mendung
Serta beton tertancap dalam di lapangan

Bola ditendang
Kaki berlarian
Sorak girang bergema
Itu saat kota belum dewasa seperti ini

Sedangkan Ibu berulangkali tanya kepada senja
"Anakku belum pulang, kau simpan dimana?"

Semua terdiam, dan beton-beton semakin berlumut
Barangkali anak-anak sudah mengeras
Seperti beton-beton diatas kepala mereka
Diatasnya lagi lalu lalang kekerasan masih pergi pulang

"Jadi kemana anak-anak itu?"

Semua terdiam, suara hujan merengek
Saya tidak tahu apakah itu tangisan
atau permintaan untuk sekedar berteduh


SINGOSARI, 26 Juli 2022
Sumber gambar https://pinterest.com  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun