Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Orang Ganteng yang Sukanya Berlari

5 Oktober 2016   23:30 Diperbarui: 16 Oktober 2016   11:07 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: blog-iswanda.blogspot.com

Ke belakang, orang ganteng itu makin rajin menampakkan diri guna memukau warga dengan kegantengannya. Ia kadang berlari. Ya, dia senang berlari katanya. Entahlah, bila yang dimaksudkannya ia hendak berlari dari masalah.

Yang jelas orang ganteng senang berlari, dan saking besarnya niatnya untuk berlari,  ia pun mengeluhkan tidak adanya trotoar di Jakarta supaya dia bisa berlari.

Heran juga memang, kok baru sekarang dia protes tentang trotoar. Memangnya dulu dia nggak sering berlari? Dulu dimana dia berlari? Di trotoar juga?

Kalau mau pamer ganteng sebetulnya tidak perlu di trotoar, dan juga tidak perlu sambil berlari. Kecuali memang modalnya hanya itu tadi, ganteng dan lari.

Dan juga, sebenarnya Pilkada DKI ini kontes kegantengan atau apa sih? Kok kegantengan ikut dibawa-bawa? Memangnya masalah Jakarta bisa selesai dengan kegantengan?

Apalagi dengan membawa-bawa orang tua yang merasa ganteng. Jelas keliru!  Jakarta memilih gubernur, bukan orang ganteng, apalagi orang tuanya. Berhentilah menjual wacana kegantengan, itu tidak ada urusannya dengan Ibukota.

Jakarta adalah Ibukota negara, sekaligus Ibukota dari semua masalah  di negeri ini.  Jadi, percuma bicara ganteng ke warga Jakarta, ketika Jakarta sedang  serius menimbang-nimbang pemimpinnya untuk lima tahun ke depan.

Membuat Jakarta Lebih baik, tidak semudah memoles wajah seseorang menjadi ganteng, saya saja perlu puluhan tahun untuk bisa memenuhi kriteria sebagai orang ganteng. Nah, apalagi menawarkan orang ganteng untuk menyelesaikan masalah Jakarta. Itu hanya lelucon, dan ini Pemilukada, Pilkada, bukan Pilganteng.

Jakarta beda dengan pesawat yang bisa dikendalikan dengan autopilot. Mungkin saja masih ada yang mengira Jakarta bisa jalan dengan autopilot seperti dulu pernah kejadian di suatu negara. Itu pastilah karena nasib baik. Boleh jadi banyak penduduknya yang terus berdoa supaya tetap selamat sampai masa autopilot tamat.

Percayalah,  itu tidak mungkin bisa di Jakarta. Lalai sedikit saja, Jakarta bisa didatangi siluman. Apalagi dibiarkan jalan sendiri karena sibuk berlari dan mengurusi kegantengan, apa jadinya Jakarta?

Macet yang tidak mudah diurai, banjir yang setiap saat masih mengincar, belum lagi trik mengelola anggaran yang besarnya ampun-ampun supaya tepat sasaran dan tidak habis  diserap,  ditambah  birokrat yang bekerja bukan karena kesadaran dengan hati yang rela. Entahlah, mau jadi apa Jakarta bila diserahkan kepada orang ganteng yang senangnya berlari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun