Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanggapi Trik "Ajaib" Kompasianers dalam Mendapatkan K-Rewards Bernilai Fantastis

27 Oktober 2021   21:01 Diperbarui: 20 Januari 2022   14:28 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika terbukti mereka melakukan pengelembungan viewers, sekali lagi saya tanya, apa ini adil? Apakah kalian yang selama ini niat lurus nulis sambil mengharapkan K-Rewards sudah merasa diperlakukan dengan setara?

(MUNGKIN INI) SOLUSI TERBAIK

Pandemi memberikan dampak yang besar terhadap sebagian besar hidup masyarakat di Indonesia. Saya termasuk yang terkena imbasnya. Tak ingin bercerita panjang lebar bak menampilkan satu season kisah sedih drama Korea, dapat saya sampaikan bahwa, sama seperti (sebagian dari) kalian, saya juga menghadapi situsi sulit itu. Namun, tetap, saya ingin menjalani hidup ini dengan kepala tegak. Sebagaimana nilai-nilai yang saya jadikan prinsip hidup dewasa ini.

Saya ingin mencari rezeki tanpa melukai orang lain. Sebab, ada nilai keberkahan dari rezeki yang saya kejar dari setiap sen uang yang masuk.

Saat saya menuliskan ini, belum ada jawaban dari Kompasiana terhadap protes yang saya sampaikan. Jika dapat berandai-andai. Pertama, jika ternyata Kompasiana memutuskan jika apa yang dilakukan oleh beberapa kompasianers itu sebagai pelanggaran, maka ke depan, Kompasiana harus lebih jeli dan tegas untuk memantau tindakan curang tersebut.

Mungkin terlalu ekstrem jika Kompasianers tersebut akunnya dibekukan, diminta permohonan maaf apalagi jika sampai harus mengembalikan K-Rewards yang sudah didapat SEBAB aturan baku pelarangan melakukan pengelembungan viewers memang tidak tertulis jelas selama ini. Aturan itu (mungkin) baru (akan) muncul setelah protes yang saya (dan beberapa Kompasianers lain lakukan). Kelak, Kompasiana dan kita semua dapat melakukan kontrol jika menemukan akun-akun yang jumlah viewersnya terlihat tidak wajar. Saya, dan juga kamu, dapat melaporkan itu kepada Kompasiana untuk kemudian dicek lebih lanjut.

Kedua, jika ternyata Kompasiana menyatakan itu bukan sebuah pelanggaran dan Kompasiana mempersilakan oknum-oknum itu untuk terus mengelembungkan jumlah viewersnya, apa boleh buat. Saya hidup "menumpang" di kanal Kompasiana ini. Dan, apapun aturannya akan saya patuhi terlepas rasa tidak adil (atau rasa iri, you named it) yang saya rasakan. Saya akan tetap berada di Kompasiana sampai kapan pun. Sambil berharap nantinya akan ada perubahan kebijakan yang lebih baik yang dilakukan oleh pimpinan tertinggi Kompasiana di masa yang akan datang.

Menulis tulisan ini bukan satu hal yang mudah. Ada banyak hal yang saya pertaruhkan yang rasanya akan panjang sekali jika saya jabarkan. Namun, dengan pertimbangan kegelisahan dan menyuarakan rasa tidak adil (sebagian teman merasakan ketidakadilan yang sama, tapi anggap saja tulisan ini murni dari saya sendiri), maka tulisan ini saya putuskan untuk dibuat dan diunggah di Kompasiana.

Jika keputusan kedua ini yang diambil, saya punya usulan bagus. Bagaimana jika Kompasiana merekrut Kompasianers ini bekerja menjadi tim inti di kantor pusat (bisa juga bekerja dari jauh, toh mereka bisa melakukan pengelembungan suara itu bahkan dari rumah mereka sendiri). Serahkan tanggung jawab perolehan viewers kepada mereka. Kasih mereka upah 2, 3 atau 5 kali lebih besar dari K-Rewards yang mereka dapatkan setiap bulannya.

Jika ini yang terjadi, maka akan jadi win-win solution. Kompasiana akan diuntungkan dari segi bisnis, Kompasianer-kompasianer yang selama ini memakai cara "ajaib" dalam mendulang viewers akan mendapatkan penghasilan yang sama atau bahkan lebih besar, dan juga para kompasianers lainnya seperti saya tetap dapat menulis dalam bingkai kesetaraan dan persaingan yang sehat.

Siapa yang menulis dan berstrategi dengan baik (selama tidak melakukan pengelembungan viewers dengan cara "ajaib") dapat memperoleh K-Rewards yang sepadan, sesuai kerja keras mereka. Lagian, jika pengelembungan viewers ini mendapat pemakluman, bukankah lebih baik tim marketing Kompasiana sendiri melakukan hal yang sama? Mending tulisan yang dibuat oleh admin/content writer Kompasianalah  yang viewersnya digelembungkan. Maka, tidak akan menciderai Kompasianers lain yang "bertarung" sehat dalam mendapatkan K-Rewards.

TULISAN SENSASI MENGEJAR K-REWARDS DAN OPINI PEMBACA

Saat menulis tulisan ini, tentu saya tidak tahu reaksi semacam apa yang akan saya terima dari kalian, para pembaca khususnya Kompasianers. Pasti akan ada Pro dan kontra. Itu biasa, namun saya harap dapat disampaikan dengan bahasa yang baik. Silahkan saja. Saya juga tidak tahu apakah tulisan ini akan booming atau malah akan senyap. Tujuan saya menulis ini untuk menyarakan kegelisahan dan rasa tidak adil yang saya rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun