Saya pertama kali gabung/mendaftar di Kompasiana itu tahun 2013. Saya sendiri lupa kenapa bisa sampai mendaftar di Kompasiana karena di saat yang bersamaan, saya sudah memiliki 2 blog pribadi yang cukup bikin keteteran untuk diurus sehingga Kompasiana ini terasa dianak-tirikan hehehe.
Sempat terlupakan lama, saya bahkan ngeh jika punya akun di Kompasiana itu saat beberapa tahun lalu dihubungi oleh Kompasiana Pusat dan diundang untuk mengikuti kegiatan nangring-nya di Palembang. Saat itulah, untuk pertama kalinya saya bertemu dengan Mas Isjet dan para Kompasianers lain yang kemudian, pasca pertemuan itu, berkumpul dalam satu wadah yang kemudian dikenal dengan nama KOMPAL : Kompasianer Palembang.
Kumpul Seru Bareng Geng Kompal
Sejak itu, berbagai kegiatan dan pertemuan rutin diselenggarakan. Dari pertemuan "receh" yang santai macam halal bihalal atau sekadar nongkrong di satu warung pempek, hingga kemudian pertemuan serius seperti saat diselenggarakanya Diskusi Seru Kompasiana di mana saya didapuk menjadi salah satu pembicaranya.
Suasana kekeluargaan sangat terasa di Kompal. Satu hal yang bikin saya nyaman, di Kompal tidak ada struktur kepengurusan. Hmm, mungkin secara tidak langsung ada sosok-sosok yang kami -para kompalers, ini "tuakan" dan secara tidak langsung sosoknya menjelma sebagai leader, misalnya saja Dokter Posma, Umek Elly atau Pak Dues. Namun, karena mereka sosok-sosok yang asyik, jadi saya pribadi tidak merasakan gap saat berinteraksi dengan mereka.
Nah, 2 tahun belakangan, ada pertemuan rutin yang Kompal adakan sesaat sebelum memasuki Ramadan. Jika tahun lalu pertemuan diadakan di pinggiran Danau Jakabaring, Palembang, tahun ini pertemuan dilakukan di salah satu restoran Jepang di sebuah mall berdasarkan #kode para Kompalers ke Dokter Posma yang mendapatkan K-Reward paling cetar.
Di saat itulah, saya akhirnya mengetahui bahwa di Ramadan kali ini, Kompasiana mengadakan lomba menulis bertajuk Tebar Hikmah Ramadan/THR yang diadakan sebulan penuh. Hadiahnya, sebuah gawai bermerek terkenal dengan ikon apel kegigit yang harganya fantastis.
Motivasi Saya Ikutan
Bukan... saya bukan tipe calon pegawai yang akan menjawab, "saya ingin mengembangkan bakat dan ilmu saya di perusahaan ini," saat ditanya, "apa motivasi Anda melamar pekerjaan di perusahaan kami."
Haha, itu jawaban yang terlalu basa-basi. Dulu, saat saya diwawancara ketika melamar pekerjaan, saya dengan tegas menjawab, "saya ingin berpenghasilan tetap, Pak!" terdengar oportunis memang, tapi itu jawaban yang paling jujur. Jelas dong, yang namanya melamar pekerjaan tentu saja ingin mendapatkan gaji, kan? Ntah apakah karena faktor jawaban itu, yang jelas, saya kemudian diterima bekerja di sana.