Mohon tunggu...
Muchamad Umar Chatab N
Muchamad Umar Chatab N Mohon Tunggu... Freelancer - Keturunan Betawi, Sunda, Arab & Indo-Eropa

Sarjana Sastra Inggris. Freelance translator & interpreter. Penggemar science, dunia psikologi, psikiatri dan ilmu-ilmu kedokteran dan kesehatan. Gemar akan ilmu sosiologi, sejarah, teologi dan ilmu-ilmu apa saja yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mantan Hamba Teknologi yang Munafiq

10 Februari 2014   00:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:00 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barusan saya tadi makan nasi goreng di perempatan jalan Pertamina Raya, Pondok Ranji. Tiba-tiba ada seorang kawan lama yang rumahnya tidak begitu jauh dari tempat saya. Cuman 7 blok. Negor saya dari belakang dan berbicara basa-basi. Lalu setelah itu ia duduk di warung kopi sambil menyeruputnya dan mencari posisi duduk yang enak disana. Selesai makan dan bayar ke tukang nasi goreng, lalu saya menghampiri dia yang sedang duduk disana. Tak disangka selama 1/2 jam dia cuekin saya tanpa berkata apa pun sambil menikmati Tabletnya (browsing-browsing ga jelas). Terus saya tanya apa di rumahnya ga dapat jaringan internet, dia bilang dapat dan sama kuatnya pas dia online di warung kopi ini. Saya muak dan segera meninggalkan dia ketika menghabiskan teh hangat saya. Et! Pas saya pulang dia tanya basa-basi, "Kemana Ye? Buru-buru amat?!" Pengennya saya jawab,"Malas gw kongkow ama loe, dicuekin 1/2 jam lebih gara-gara loe sibuk mainin tablet browsing-browsing ga jelas." Tapi saya jawab dengan bijak aja, "Mau tidur, soalnya besok gw ada kerjaan dari pagi di luar."

Begitulah kira-kira sikap seorang manusia yang otaknya sudah jadi hamba teknologi, dimana dia ga bijak dalam mengkonsumsi Hi-Tech. Bayangin aja! ada teman disebelahnya pengen ajak ngobrol karena dah lama ga ketemu. Eh dia malah asik sama gadget-nya dan lebih ngutamain chating sama orang jauh disana daripada ngobrol sama teman disebelahnya yang nyata eksistensinya. Saya merasa eksistensi/keberadaan saya ga dianggap. Apakah anda akan merasakan kesel jika digituin sama teman anda jika dihadapkan oleh posisi yang sama ketika saya tidak dianggap keberadaan saya oleh temen yang lebih sibuk mengakses gadget-nya?

Pernah saya main-main ke rumah teman dan semua teman disana pada diam semua karena sibuk akses BB-nya. Ketika saya ajak ngobrol, ga ada satupun yang respon pembicaraan saya. Karena muak, yah saya cabut aja. Eh terus mereka ngomong, "Kok buru-buru pulang Mar?" Pengennya saya jawab, "Ngapain gw ngumpul ama loe semua disini, kalau gw dicuekin karena loe pada sibuk BBM-an dengan teman nun jauh disana, tapi nyuekin gw yang eksis/ada di depan loe?" Tapi saya jawab aja mereka dengan berbohong, "Oh ga! gw ada urusan dulu di rumah."

Saya punya seorang teman dekat yang dulu kami begitu dekat sejak semester pertama kuliah. Dulu dia selalu mencak-cak dihadapan saya ketika membicarakan teman-teman sekelas kami yang punya BB/Smart-Phone. Dia bilang "Itu si anu, si fulan kayak orang autis aja ketak-ketik BB melulu, kalau gw ngomong ke dia selalu cuekin. Mar! orang-orang yang kegandrungan BB, Smartphone atau gadget mewah itu 'HAMBA YANG DIPERBUDAK TEKNOLOGI,' jadi jangan sampai Mar kita diperbudak teknologi. Gw aja ga akan pernah mau beli BB karena gw ga mau diperbudak teknologi."

1/2 tahun berlalu dia ternyata beli BB second yang harganya Rp. 3.000.000,- itu juga dibeliin sama abangnya. Setelah itu s/d sekarang perilakunya berubah. Dia jarang balas sms saya dan teman-temannya. Alasannya malas lah, ga ada pulsa tuk sms lah. Oh ternyata dia jadi miskin setelah beli BB, karena dia lebih cenderung mengalokasikan sebagian besar dananya tuk isi pulsa Full Sevice Blackberry ketimbang mengisi pulsa telepon minimal lah Rp. 5000,- tuk bisa menjawab sms teman-temannya yang ga punya BB. Selain itu dia jadi agak sombong sama saya. Sering kalau saya ngobrol dengan dia, dia selalu ngebantah saya. Padahal dulu sebelum dia punya BB, kita berdua kalau ngobrol selalu hangat dan menghargai pendapat satu sama lain. Sekarang dia jadi sombong, belagu, dan selalu menasehati saya dengan lagaknya kayak orang kaya aja. Bahkan selalu menyindir saya dihadapan teman-teman saya, "Jadi kapan loe Mar beli BB/Smartphone?"Ini contoh orang munafiq. Padahal dia dulu benci sama teman-teman yang pakai BB dan selalu bilang mereka autis dan hamba teknologi. Padahal kalau dia BBM-an, itu bukan BBM-an masalah kerjaan, pendidikan atau hal-hal yang penting. Dia sering BBM-an kenalan sama cewek, ngobrol sama cewek baru di Wechat, Line atau apalah namanya. Yang diobrolin sama cewek juga hal-hal basi dan ga bermutu. Bukan masalah hidup dan mati/hal penting. hehe :-D Nah ini gw kadang dicuekin ama dia kalau ngobrol di depannya.

Anda pasti pernah nonton iklan Smartphone yang disponsori oleh Samsung. Di dalam iklan tersebut ada yang namanya Joni, dia di bully oleh teman-temannya karena dia pakai Basicphone alias HP yang bukan kategori smartphone. Teman-teman Joni selalu membandingkan kelebihan smartphone mereka dibandingkan HP Joni yang jadul. lalu di ujung iklan, teman-temannya Joni meledek sambil ketawa, "Jadi kapan beli HP baru Jon?"Si Joni kecewa sambil menggaruk-garukkan kepalanya tanda telah dihina oleh teman-temannya. Coba bayangkan! Berapa banyak generasi muda yang rusak kehidupan sosial dan etikanya karena tak bijak dalam mengelola gadget/smartphone, tablet, dll? Bukan salah teknologinya, tapi salah mereka yang tak bijak dalam memakainya. BB, Smartphone/tablet tidak bersalah. Yang salah pemakainya.


Saya memang tidak punya gadget canggih bukan karena tak mampu membelinya. Tapi karena saya lebih mengalokasikan dana saya untuk kebutuhan primer. Apalagi ayah yang sedang sakit dan kadang saya pakai uang saya untuk membantu pengobatan ayah saya jika uang saya cukup.

Sebagai epilog. Marilah kita baca pesan Albert Einstein berikut. "Yang saya takutkan suatu hari nanti adalah ketika teknologi jauh melampaui interaksi manusia yang dimana akan tiba masanya ketika dunia akan menghasilkan generasi yang idiot."

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun