Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bijak Membaca Nilai Rapor Anak

23 Juni 2021   10:40 Diperbarui: 23 Juni 2021   11:03 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap akhir tahun pelajaran orang tua yang menyekolahkan anak akan mendapat buku rapor dari sekolah. Dahulu ketika saya SD nilai rapor yang kurang ditandai dengan tinta warna merah. Namun dalam perkembangannya baik nilai kurang maupun memenuhi standar semua ditulis dengan tinta hitam.

Apalagi jika melihat nilai rapor anak sekolah saat ini. Jika dibaca sekilas, seakan tidak ada nilai kurang. Nilai yang tertulis semua baik-baik saja. Bahkan ada yang nilai sempurna, 100. Luar bisa!

Sebagai orang tua kadang saya bertanya-tanya, apakah anak-anak sekarang sudah pandai-pandai? Atau, apakah guru sekarang yang begitu "murah" mengobral nilai untuk anak didiknya?

Tetapi zaman dan peraturan sudah banyak berubah. Begitu pula tentang penulisan nilai pada rapor. Setiap perubahan kurikulum biasanya diikuti pula dengan perubahan rapor.

Pada Kurikulum 2013, yang berlaku saat ini angka-angka yang  muncul dalam rapor meliputi nilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Di samping dalam bentuk angka ada pula deskripsi yang menyertainya.

Akibatnya, sebagian orang tua bingung ketika membaca angka-angka yang tertuang pada rapor. Sementara sebagian lainnya justru tak ambil pusing dengan angka-angka itu. Yang terpenting anaknya naik kelas dan tingkah lakunya di sekolah masih dalam batas kewajaran. Maka, begitu rapor diterima ditandatangani langsung dikembalikan ke sekolah.

Di sisi lain, saya sebagai guru ketika menulis rapor dihadapkan pada sebuah dilema. Di satu sisi ingin melaporkan nilai apa adanya kepada orang tua. Namun di sisi yang lain ada yang namanya Kriteria Kentuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.

Akibatnya nilai rapor yang tertulis pada buku belum mencerminkan kemampuan anak yang sesungguhnya. Apalagi di masa pandemi di mana proses pembelajaran tidak bisa berlangsung secara tatap muka seutuhnya. Sebagian dengan belajar di rumah (daring) dan sebagian lagi dengan tatap muka terbatas (luring).

Sedangkan ketika tatap muka saja kadang target-target kurikulum tidak bisa tercapai keseluruhan. Apalagi jika sudah disibukkan kegiatan lomba-lomba. Baik yang bersifat akademis maupun nonakademis.

Lantas bagaimana seharusnya orang tua menyikapi nilai rapor anak? Orang tua hendaknya bersikap bijak. Ketika mendapati nilai anak tinggi hendaknya dilihat Kriteria Kentuntasan Minimal (KKM)-nya. Begitu pula jika nilai anak rendah. Berapa pun nilai rapor yang dicapai anak, orang tua harus bisa mengapresiasi dan memotivasi agar prestasi anak terus meningkat.

Dan yang perlu diingat bahwa setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda. Angka-angka yang tertuang dalam rapor hanya rekaman dari guru berdasarkan penilaian dan pengamatan selama di sekolah. Tentu yang lebih paham adalah orang tua yang setiap saat mendampinginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun