Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Senandung Ketahanan Pangan dari Gerbang Negeri Atas Awan

26 September 2018   16:47 Diperbarui: 26 September 2018   16:41 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tari Kolosal Bentang Ondol (Dokpri)

Sedangkan hari ketiga, 23 September 2018, merupakan puncak acara Kuduran Budaya 2018. Agenda acaranya pukul 12.30 Kirab Ondol dan Jajanan Singkong, 13.00 Bentang Ondol Sewu Meter, dan 14.00 Makan Tumpeng Nasi Jagung Seribu Orang.

Dari seluruh rangkaian kegiatan, Acara Bentang Ondol merupakan acara puncak yang selalu dinanti seluruh warga. Acara ini diawali dari prosesi mencabut singkong di kebun warga. Uniknya, orang yang bertugas mencabut bukanlah warga biasa. Mereka adalah warga terpilih, yakni 17 manusia berambut gondrong yang mempresentasikan jumlah desa yang asa di Kecamatan Wanayasa.

Orang-orang gondrong ini sekuat tenaga harus mampu membedhul singkong yang masih tertanam kuat di perut bumi. Selanjutnya singkong ini akan dijadikan bahan baku pembuatan ondol. Dari bahan baku itu akan dihasilkan puluhan ribu butir ondol yang nantinya akan dikirab dan dibentangkan sepanjang 1000 meter sebelum dinikmati bersama-sama oleh warga.

Lebih lanjut Mas Neono, yang juga sebagai ketua penyelenggara mangatakan bahwa ada pesan khusus yang ingin disampaikan lewat Bentang Ondol ini. Pertama bentuk ondol yang bulat melambangkan tekad warga dalam meraih cita. 

Kedua, pengikatan puluhan ribu ondol yang dibentang sebagai simbol semangat persatuan dan kegotongroyongan warga masyarakat. Harapannya, semangat kegotongroyongan ini akan senantiasa terjaga erat.

Ketiga, pesan yang tak kalah penting adalah ajakan memperkuat ketahanan pangan lokal. Singkong sebagai bahan dasar ondol merupakan sumber karbohidrat yang dapat digunakan sebagai peganti pakan pokok. Demikian juga dengan jagung. Lewat acara makan bersama tumpeng nasi jagung, terselip pesan agar makanan pokok itu tidak harus dari beras. Singkong dan jagung merupakan alternatif pengganti beras.

Jika di setiap daerah dapat memanfaatkan potensi pangan lokal, maka ketahanan pangan suatu daerah akan terjaga. Dampaknya pemeritah tidak lagi disibukkan dengan urusan impor bahan pangan pokok yang berjilid-jilid. Pesan itu juga tersirat dalam senandung lagu yang dinyanyikan oleh Grup musik Rengeng-rengeng (Sendawa). Berikut potongan syairnya:."Ora kudu mangan sega beras, sega jagung iya enak, ..."  (Tidak harus makan nasi beras, nasi jagung juga enak)

Di samping acara inti berupa bentang ondol, selalu ada tampilan baru setiap gelaran Kuduran Budaya. Pada Kuduran Budaya X kali ini, panitia menyuguhkan format yang berbeda dari tahun sebelumnya. Acara yang biasa digelar di Kebun Budaya Kinara-kinari dialihkan ke lapangan Sepakbola Kertiyasa. Acara pendukungnya juga cukup banyak dan bervarisasi. Salah satunya Wedding Vaganza yang menyedot perhatian pengunjung. 

Yakni, kontes rias pengantin dengan menampilkan model-model dari Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia Karangkobar (HARPIKA).  Demikian juga acara sedekah nada yang menampilkan alunan musik klasik dari Sekolah Menengah Musik Yogyakarta (SMM Yogyakarta). Dan, puncaknya penampilan tari kolosal Bentang Ondol yang dibawakan oleh 250 pelajar SMKN 1 Wanayasa yang cukup wow ..

Wedding Vaganza (Dokpri)
Wedding Vaganza (Dokpri)
.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun