Mohon tunggu...
Oman Salman
Oman Salman Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Sedang belajar memahami anak dan ibunya...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rusmini dan Anaknya yang Tidak Tahu Bapaknya

22 November 2020   17:35 Diperbarui: 22 November 2020   17:42 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Gambar diambil dari Portfolio Bogor dan diterbitkan oleh Departemen Pariwisata , Pos & Telekomunikasi Indonesia untuk APEC 1994 via wikipedia.org

Meski umurnya baru 12 tahun, pekejaan dan tanggung jawab rumahnya melebihi umurnya. Di saat teman sebayanya bermain, ia masih sibuk mengurusi pekerjaan rumah. Apalagi jika musim tanam dan panen. Bahkan ia terkadang harus bolos sekolah.

"Sin, tolong bawakan kayu putih sini!" Sahut Rusmini sambil menyiapkan baju untuk bayinya. Bayi itu baru saja dimandikan oleh bu paraji.

Sinta melanjutkan  pekerjaannya mengepel lantai. Punggung lengannya sesekali mengusap keringat yang muali bermunculan di dahinya. Setelah ibunya melahirkan adiknya, tugas Sinta di rumah jadi lebih banyak.

Sambil melumuri bayi dengan minyak kayu putih, Rusmini menyuruh Sinta untuk makan dan siap-siap pergi sekolah. Sontak Sinta kaget sebab hari ini adalah Minggu.

Entah karena kecapean, entah sedang memikirkan suaminya yang tak kunjung pulang, Rusmini tak ingat dengan pergantian hari. Sementara di luar rumah terdengar suara mesin motor butut. Itu tandanya Pak Rusmini bersiap berangkat ke sawah dengan arit dan cangkul di motornya.

Rusmini mengelus-elus bayinya yang sedang asyik menete. Matanya menatap kosong. Mungkin ia sedang memikirkan acara penamaan bayinya esok, di hari ke-7 kelahirannya. Selayaknya adat di kampungnya, hari ke-7 adalah hari yang sakral bagi kelahiran jabang bayi. Yaitu dengan diadakannya acara selamatan sekaligus penamaan sang bayi. Jika mampu, langsung menyembelih hewan aqiqah.

Rusmini sampai tak mendengar bu paraji yang telah memanggilnya sampai tiga kali. Hingga ia terperanjat ketika tangan lembut dukun beranak itu memegang bahu kanannya.

"Ya ampun!" Rusmini kaget.

"Oh iya, bu, besok jangan lupa ya, setelah ashar kita mulai acara selmaetannya." Lanjut Rusmini.

"Iya, Rus", bu paraji lalu menarik nafas panjang, "emm...ada kabar dari Jakarta?" lanjut bu paraji.

Hujan semakin sering turun. Tanaman padi sedang hijau-hijaunya. Para petani sibuk ini-itu dalam rangka pemeliharaan tanaman padi mereka. Dan tak lupa, obat semprot anti hama telah mereka siapkan jauh-jauh hari. Persiapan untuk hama yang biasanya mulai muncul saat padi mulai berbuah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun