Lukut is far better than Selangor, in fact, it can be likened to a European district. It seems rather strange that such a situation can be found in the middle of the forest …. The palace of Raja Juma’at is built on a hilll and has a strong fort. – [Capt. MacPherson]
Laporan Captain Ronald MacPherson yang dibaca selintas di salah satu sudut Muzium Lukut ini sedikit mencerahkan otak yang berputar mencari jawaban tanya yang dihembuskn Acen,”Kenapa disebut Kota dan Muzium Lukut ya?” saat berpanas ria meniti tangga menuju komplek Kota dan Muzium Lukut, Negeri Sembilan. Ternyata di tempat yang kami jejak ini dulunya adalah sebuah kota yang indah di tengah belantara.
[caption id="attachment_5227" align="aligncenter" width="486" caption="Iring-iringan rombongan MTH2013 di Seremban - Port Dickson jelang Lukut (dok. koleksi pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_5222" align="aligncenter" width="486" caption="Selamat datang di Kota dan Muzium Lukut, ternyata di atas sana ada pemandangan yang menggiurkan. Sayang tak sempat meniti anak tangga ke puncak Bukit Gajah Mati (dok. koleksi pribadi)"]
MacPherson, Residen Inggris di Malaka pada 1858 – 1860 adalah sahabat Raja Juma’at bin Raja Jaafar yang telah membuat Lukut berjaya dan menjadi pusat perdagangan pada masa pemerintahannya. Raja Juma’at seorang Bugis putra Raja Riau datang ke Lukut pada 1846 untuk mengelola tambang timah milik ayahnya. Usaha tambang timah di Lukut mulai dirintis oleh Raja Busu pemimpin Lukut pada 1815. Sebagian besar pekerja tambang pada masa itu adalah orang-orang Cina Malaka.
Pada 1834 Raja Busu mengambil tindakan yang berakibat fatal ketika memberlakukan pajak sebesar 10% terhadap semua hasil timah yang diekspor dari Lukut. Hal ini membuat para penambang Cina lokal dan investor mereka dari Malaka marah. Satu malam di bulan September 1834, sekelompok orang Cina menyerang dan membakar istana yang berujung pada terbunuhnya Raja Busu. Kekacauan menjalar ke perkampungan di sekitar Lukut yang ikut dijarah dan mengakibatkan banyak penduduk terbunuh. Sepeninggal Raja Busu, Raja Juma’at terpilih untuk memimpin kota Lukut.
[caption id="attachment_5224" align="aligncenter" width="486" caption="Denah kota Lukut yang berbentuk bujur sangkar dengan luas kota 200 x 170m persegi. (dok. koleksi pribadi)"]
Kota Lukut berada di atas Bukit Gajah Mati, menghadap ke Sungai Lukut dan Selat Malaka; salah satu destinasi wisata di Port Dickson, Negeri Sembilan yang dikunjungi peserta Malaysia Tourism Hunt 2013 (MTH2013) sebelum Muzium Tentera Darat. Di Lukut inilah historical hunt pertama dilakukan peserta MTH2013 sambil bersesak-sesak di dalam musium yang lantainya dilapisi karpet sehingga pengunjung diwajibkan untuk melepas kasut sebelum melangkah ke dalam ruang musium.
Kota dan Muzium Lukut Lot 730 Kota Lukut 71010 Port Dickson Negeri Sembilan Darul Khusus
Jam operasional : Setiap hari pk 09.00 – 18.00 (tutup pada Lebaran Pertama dan Idul Adha), Tiket Masuk : GRATIS
[caption id="attachment_5226" align="aligncenter" width="486" caption="Ornamen pada meriam tembaga yang ditemukan 1995 saat eskavasi kapal dagang Inggris Caroline yang tenggelam pada 1886 di Port Dickson (dok. koleksi pribadi)"]
Raja Juma’at meninggal pada 1864 dan dimakamkan di puncak Bukit Gajah Mati. Kejayaan Lukut meredup setelah kepemimpinan dipegang oleh Raja Bot bin Raja Jumaat, putra Raja Juma’at. Sisa-sisa kejayaan Lukut berikut kisah sejarahnya dapat kita jumpai di Muzium Lukut, Port Dickson, Negeri Sembilan di bagian Selatan Malaysia. Salam sejarah [oli3ve].