Our Unwritten Seoul bukan sekadar drama Korea tentang percintaan klise. Dibintangi oleh Park Bo Young dan Jin Young GOT 7, drama ini menghadirkan kisah penyembuhan dan pertumbuhan diri yang hangat dan menyentuh.
Banyak kisah dan karakter yang relevan dengan masyarakat di kehidupan nyata. Ada orang-orang yang kuat, namun ia rapuh. Ada orang-orang yang terlupa, namun ia tetap berjalan tanpa mengeluh. Ada orang-orang yang kehilangan, namun ia tetap berdiri melanjutkan hidup.
Drama Our Unwritten Seoul juga memiliki banyak pesan kehidupan. Tentang orang-orang yang gagal dan bangkit, tentang proses pemulihan diri, tentang belajar mencintai antara saudara, sahabat, anak angkat, dan juga pasangan.
Sinopsis Our Unwritten Seoul
Drama ini berpusat pada dua saudara kembar identik bernama Yoo Miji dan Yoo Mirae. Orang-orang di sekitar mereka, termasuk ibunya sampai susah untuk membedakan mereka berdua secara fisik. Hanya ayah dan nenek mereka yang bisa membedakan Miji dan Mirae.
Meskipun kembar identik, mereka memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Mirae sebagai seorang kakak mempunyai kepribadian yang perfeksionis, emosional, dan cenderung tertutup. Ia juga sering kali lemah dan bergantung pada obat-obatan. Dari kecil, Mirae dikenal sebagai siswa teladan dan berprestasi. Ia juga berhasil kerja di perusahaan keuangan di Seoul. Namun, ada luka yang disembunyikan Mirae.
Sedangkan Miji memiliki kepribadian yang hangat, ceria, dan optimis. Meski begitu, Miji ternyata tidak seceria dan sekuat yang orang-orang pikir. Dari kecil Miji sering membuat onar. Secara akademik, Miji memang jauh di bawah Mirae. Namun, ia pernah menjadi atlet lari meski harus kehilangan kariernya gara-gara cedera. Ia pun harus mengubur impiannya sebagai atlet. Miji memutuskan bekerja serabutan dan menjalani kehidupan yang bebas dan santai.
Setelah lama tidak bertemu, Mirae dan Miji memutuskan untuk bertukar kehidupan untuk sementara waktu. Hal ini karena Mirae sedang mengalami masalah di tempat kerjanya. Dari situlah mereka menjadi saling mengerti tantangan dan permasalahan satu sama lain.
Mirae yang Mulai Berani Berbicara
Mirae adalah tipe murid teladan yang pendiam, disiplin, dan perfeksionis. Ia juga selalu dibanggakan keluarga dibandingkan saudara kembarnya. Kehidupan Mirae terlihat sempurna. Karena pintar, Mirae berhasil mendapatkan pekerjaan bagus di Seoul. Namun, ia ternyata menyimpan rahasia yang membuatnya tertekan.
Mirae pernah bungkam saat dilecehkan di tempat kerja. Ia memilih diam karena takut kehilangan pekerjaan. Sebagai anak pertama, Mirae sadar jika mengundurkan diri akan menjadi menyusahkan keluarganya. Status dia sebagai tulang punggung keluarga menjadi beban dan memberikan tekanan batin.
Namun, ia sadar jika hanya berdiam saja masalah tidak akan selesai. Mirae mulai berani untuk mengungkapkan keluh kesahnya kepada saudara kembarnya dan juga ibunya. Ia juga berani melawan seniornya yang dinilai tidak pantas.
Perlahan, Mirae menemukan jati dirinya. Ia memang pendiam, namun juga ceria jika bertemu dengan orang yang tepat. Hal itu Mirae rasakan saat bertemu dengan Sejin. Dengan Sejin, Mirae merasa menemukan rumah baru yang aman. Ia menemukan dirinya di tempat yang tenang. Bukan menjadi pekerja kantoran, tetapi menjadi petani strawberry.
Pelajaran dari Mirae: Kamu tidak harus selalu sempurna di depan orang lain. Tidak apa-apa untuk menunjukkan sisi lemah kamu. Jika memang sudah tidak sanggup, berbagilah kepada orang lain. Jangan menanggung semua beban sendiri. Kebahagiaan diri jauh lebih penting daripada pencapaian yang semu.
Miji yang Mulai Berani Membuka Diri
Miji pernah gagal menjadi atlet karena cedera. Padahal, itu adalah satu-satunya harapan Miji untuk bisa berkarier. Karena tidak terlalu pandai, Miji merasa gagal dan mengubur impiannya dalam-dalam. Ia merasa tidak berguna dan takut untuk melangkah keluar rumah.
Berkat sang nenek, Miji kembali bangkit dari keterpurukan. Ia mulai bisa menerima kenyataan. Langkah Miji memang kalah dari Mirae, namun ia tidak menyerah dan terus konsisten. Meski hanya melakukan pekerjaan bersih-bersih di sekolah, Miji tetap semangat. Ia pun mulai berdamai dengan dirinya sendiri.
Namun, ketika saudara kembarnya kesulitan, Miji kembali merasa bersalah. Ia pun bertekad untuk membantu Mirae dengan segala usaha yang ia bisa lakukan. Beruntung Miji memiliki Hosu, cinta pertamanya. Meski keduanya sempat menarik diri karena luka masing-masing, mereka memilih untuk tetap bersama.
Meski sempat gagal beberapa kali, Miji tetap berkeinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan. Di usia ke-30 tahun, Miji baru mulai kuliah. Baginya, tidak ada kata terlambat untuk berubah, asal mau berusaha.
Pelajaran dari Miji: Jika satu cita-cita tertutup, kita selalu punya pilihan untuk membuka pintu yang lain. Terkadang, kita memang harus memutar lebih jauh untuk mencapai hal-hal yang kita inginkan. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baik.
Hosu yang Belajar dari Rasa Kehilangan
Hosu pernah kehilangan ayahnya akibat kecelakaan. Di saat bersamaan, ia juga kehilangan fungsi pendengaran. Salah satu telinganya tidak bisa mendengar dengan maksimal. Akibat kecelakaan itu, ia memilih untuk menjauh dari teman-temannya. Ia merasa minder dan takut menjadi sasaran bully teman-temannya.
Setelah ayahnya meninggal, Hosu harus tinggal bersama ibu tirinya. Banyak penolakan di awal, namun ibu Beon-hong, ibu tiri Hosu, tetap mencintai dia seperti anaknya sendiri. Hosu belajar untuk menerima kasih sayang ibu tirinya.
Hosu adalah anak yang pendiam dan pintar. Ia berhasil menjadi pengacara dan bekerja di sebuah firma hukum di Seoul. Sayangnya, ia tidak sejalan dengan pemimpinnya. Hal itu membuat Hosu keluar dari tempat kerjanya. Sebuah keputusan yang cukup berani mengingat pekerjaannya yang saat itu cukup terjamin.
Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata pendengaran Hosu semakin parah. Ia sempat tidak bisa mendengar apa pun. Hosu sempat terpuruk karena khawatir mimpinya menjadi pengacaran hebat akan gagal. Namun, ia mampu mengatasi kesulitan hidupnya. Hosu memutuskan untuk rutin berobat dan belajar bahasa isyarat.
Pelajaran dari Hosu: Kita harus berani menghadapi trauma, luka, dan juga menerima segala hal yang tidak sesuai kehendak kita. Setiap orang pasti punya kekurangan dan kelebihan. Daripada terus terpuruk dan menyalahkan diri sendiri, lebih baik kita hadapi dan memulai babak baru dalam hidup.
Sejin yang Sabar dan Perhatian
Sejin memiliki kepribadian yang supel, humoris, dan santai. Meski sempat memiliki kehidupan kota dan jabatan mentereng, ia tetap ramah dan rendah hati. Di balik sifatnya yang santai dan receh, Sejin sebenarnya seorang pemimpin yang perfeksionis.
Saat kehilangan kakeknya, Sejin seperti kehilangan rumah. Ia keluar sejenak dari pekerjaannya dan menjadi petani strawberry di kebun milik kakeknya. Di sana, Sejin malah menemukan Mirae dan juga makna "rumah" yang sebenarnya.
Sejin tahu bahwa Mirae bukan Miji seperti dalam lamaran kerjanya. Ia menunggu agar Mirae terbuka dan mau berbagi cerita. Ia hadir untuk mendengarkan Mirae tanpa menghakimi. Ia juga tidak pernah memaksa Mirae untuk pergi bersamanya.
Sikap Sejin ini cukup menyentuh hati Mirae. Keduanya merasa cocok satu sama lain. Mirae yang merasa tidak punya "rumah" karena harus memikulnya sendiri, sementara Sejin yang kehilangan "rumah", yaitu kakeknya. Mereka bertemu dan saling mengisi satu sama lain.
Pelajaran dari Sejin: Terkadang kita butuh istirahat sejak ketika kehilangan seseorang. Ambil waktu untuk menemukan hal-hal baru. Di sisi lain, hargai batasan yang ada dengan seseorang. Jangan ragu untuk minta maaf ketika kita salah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI