Mohon tunggu...
Oktav Unik Ardiana
Oktav Unik Ardiana Mohon Tunggu... Guru - Hamba Allah yang tengah menjadi seorang pembelajar. (Mahasiswi dan Guru IPA yang berdomisili di Banyumas dan Cilacap)

Anak perempuan pertama dari 4 bersaudara yang tengah belajar mengabdi pada dunia pendidikan. Masih terus belajar, belajar, dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sirine Tanda Berbuka, Khas Ramadan yang Dirindu Selepas TPA

16 April 2021   14:05 Diperbarui: 16 April 2021   14:34 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: detiknews.com

Ramadan lima tahun yang lalu di sebuah masjid dekat kampus pendidikan di Kota Pelajar,

Mereka duduk melingkar membentuk kelompok-kelompok kecil, sekitar tujuh sampai sepuluh orang setiap lingkaran. Tepat di depan masing-masing sudah tersedia segelas air berwarna kecoklatan dengan asap mengepul tanda bahwa suhunya masih di atas tiga puluh lima derajat Celcius.

Di samping gelas cairan coklat, terdapat sekotak dus berukuran sekitar 20cm x 20cm dan tinggi sekitar 10 cm. Tak ketinggalan, tiga biji buah khas bulan Ramadan bertengger di atas kotak berwarna putih tersebut dilindungi oleh lapisan tipis yang bernama plastik. Jika dihitung, ada sekitar sepuluh kelompok melingkar. Mereka kaum Adam berusia di atas tiga puluh tahunan.

Masih beberapa menit lagi.

Di sisi sebelah selatan disajikan pemandangan yang mencuri perhatian. Makhluk-makhluk kecil dengan tinggi kurang dari 150 cm berjajar rapi bak kereta. Paling depan seolah bertindak sebagai lokomotif kereta.

"Aku belum Bu," sahut seseorang di antara barisan tersebut.

"Aku juga belum Bu," sahut yang lain menimpali.

Seorang ibu paruh baya berdiri di depan mereka dan dengan sigapnya melayani makhluk-makhluk kecil yang mulai cerewet dan agak sedikit membuat gaduh.

Beliau membagikan Kotak-kotak berukuran 20cm x 20cm tersebut dengan tetap berusaha tenang dan seraya berkata, "Sabar Nak, semua pasti kebagian."

Kami duduk tak jauh dari barisan tersebut. Aku, dan kedua temanku. Dua temanku yang lain tengah antri mengambil wudhu. Tepat di depanku sudah tersedia kotak yang sama seperti dimiliki oleh kelompok-kelompok melingkar di sebelah utara. Segelas air coklat muda yang mengebul dan tiga butir buah khas Ramadhan turut menemani kotak tersebut supaya tidak sendirian.

sumber: https://preservingideas.wordpress.com/2018/11/20/ngajartpalyfe-part-1/
sumber: https://preservingideas.wordpress.com/2018/11/20/ngajartpalyfe-part-1/

"nguingggggg...nguinggggggg...nguiingggggg...nguingggggg...nguinggggg" terdengar bunyi khas yang ditunggu oleh makhluk-makhluk kecil penghuni serambi masjid.

Sontak mereka bergembira sambil berteriak "yeayy.. Alhamdulillah"

Setelah itu disusul azan Maghrib berkumandang. Segelas air coklat yang tersaji kami teguk bersama dilanjutkan tiga butir buah khas Ramadan meluncur menuju lambung sebagai tahap awal ritual pembatalan ibadah shaum yang telah kami lakukan sehari penuh.

Sebagian musafir dan warga yang turut berbuka di serambi masjid bersiap melanjutkan ibadah shalat Maghrib berjamaah bersama imam. Sedangkan sebagian lainnya memilih menyegerakan menghabiskan seisi kotak putih yang sedari tadi membuat penasaran isi makanan di dalamnya.

Makhluk-makhluk kecil yang telah selesai berbaris dan duduk membentuk kelompok kecil pun tak kalah berperan. Sebagian yang berpeci melahap nikmat apa yang kini berada di tangannya. Sebagian yang memakai kerudung juga tak menyia-nyiakan kesempatan menghabiskan apa yang kini menjadi hak untuk perutnya.

Pemandangan senja menuju malam di masjid dekat kampusku memang selalu seperti itu selama Ramadan. Terkadang, jika peserta kajian menjelang berbuka yang diikuti oleh Bapak-Bapak dan para musafir cukup banyak, maka makhluk-makhluk kecil yang tak lain adik-adik TPA masjid tersebut akan diamankan di balai atau di gedung TK yang letaknya di sebelah masjid.

Selepas selesai mengaji sore di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) selama bulan Ramadan, sebagian mereka tak langsung pulang ke rumah. Mereka lebih memilih menunggu waktu berbuka di masjid bersama teman-teman satu geng mereka dan tentunya sambil menunggu jatah ta'jil untuk berbuka.

Tak jarang mereka mendekat ke arah kami untuk sekadar mengobrol dan berupaya menahan kami agar turut menemani mereka sampai waktu berbuka tiba.

"Mba, jangan pulang dulu,"

"Us, buka puasa di sini kan?"

***

Entah dua tahun ini suasana di sana masih sama ataukah tidak. Detik-detik menunggu bunyi sirine berbuka ala anak TPA di salah satu masjid dekat kampus itu masih kurindu. Kampus Biru Kota Pelajar di mana aku tinggal sementara untuk mencari ilmu. Terkadang aku masih suka melihat postingan adik tingkat yang masih mengajar adik-adik TPA di sana.

Namun, satu tahun ini tak muncul postingan tentang kegiatan mengaji adk-adik TPA dan kegiatan lainnya. Sepertinya memang efek pandemi masih terasa dan membekas. Mungkin kegiatan rutin mengaji di TPA belum dapat berjalan secara intensif seperti saat pandemi belum terjadi.

Ramadan 2021: Bunyi yang sama di tempat yang berbeda.

Sirine tanda berbuka masih berbunyi. Di tempat yang letaknya 185 km  sebelah barat daya dari kota gudeg. Kali ini dengan kondisi yang lebih menenangkan dari Ramadan tahun lalu. Akan tetapi, rindu dengan tingkah dan kebersamaan makhluk-makhluk kecil yang membaur dan menghidupkan rumah Allah di bulan Ramadan tentunya menjadi rasa yang sulit untuk didefinisikan. Rindu yang sulit untuk dilupa. Mungkin sekarang sirine itu pun masih dibunyikan di sana hanya saja suasana yang dulu pasti tak lagi sama seperti hari ini.

Makhluk-makhluk kecil itu pun pastinya kian bertumbuh. Semoga semangat mereka masih tetap sama. Cerianya mereka menyambut Ramadan juga tetap menjadi khas yang tak akan terlupa. Semoga mereka semakin mendewasa.

Baca Juga:

Ramadan hari keempat di Sudut Kota Bercahaya,

Jumat, 16 April 2020

Oktav Unik Ardiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun