Mohon tunggu...
Oktaviana Lubis
Oktaviana Lubis Mohon Tunggu... -

Pengamat Politik Sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rini Suwandi Operator Sabotase Terhadap Jokowi?

20 Juni 2014   20:49 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:59 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ibarat maju ke medan perang, Jokowi sebenarnya sudah kalah sebelum bertempur. Ia maju tanpa amunisi yang cukup. Tanpa strategi yang memadai. Tanpa pengetahuan yang cukup tentang lawannya.

Kenapa ini bisa terjadi?

Sebelum menjawab ini, ada baiknya diluruskan satu hal berikut ini. Kepiawaian strategi dan kekuatan duit Prabowo tidak boleh diabaikan sebab faktor lain yang hambat elektabilitas Jokowi. Terlepas dari caranya, Prabowo terbukti berhasil melentingkan elektabilitas dirinya.

Kombinasi kekuatan Prabowo mestinya sudah dideteksi dan diantisipasi. Tapi, sayangnya, faktor internal di tim pendukung Jokowi tidak cukup mendukung.

Ketika disebut ‘internal’, langsung teringat gonjang-ganjing soal ketidakpuasan kubu Puan. Ini konon terkait perebutan kursi ketum PDIP pada kongres mendatang (baca beritanya disini http://tinyurl.com/k6aceh3). Ini diperparah dengan adanya orang-orang di sekitar Puan yang juga jadi bagian dari mafia minyak dan menjadi kaki-tangannya Nirwan Bakrie (bacahttp://tinyurl.com/nxqrdh8beritanya).

Bantahannya sudah diberikan. Kubu moncong putih menduga isu ini hasil gorengan kubu Prabowo (http://tinyurl.com/k6jlqou) dan juga bagian dari upaya adu domba (http://tinyurl.com/kf7c6xm)

Mungkin sekali bantahan ini benar, tapi ada baiknya ditelisik fakta lapangannya.

Rini MS Bak Kereta Mogok

Pada pileg, isunya soal iklan yang didominasi oleh Puan meski Jokowi sudah dapat mandat. Kini, iklan Jokowi cukup bertebaran di media massa.  Sepintas, tudingan Jokowi tak lagi diberi amunisi sudah gugur.

Yang dilupakan, kontestasi pilpres dengan dua pasangan seperti saat ini membutuhkan pasokan logistik yang besar untuk aktivitas below the line alias aktivitas untuk pasukan darat.

Inilah masalah utamanya. Relawan maupun struktur partai di tingkat akar rumput boleh di bilang bekerja tanpa logistik yang memadai. Kenapa bisa begini?

Di sini peran bendahara PDIP de facto harus disebut: Rini Soewandi. Rini dikenal luas sebagai petinggi Astra sebelum akhirnya berkiprah menjadi menteri ketika Megawati menjadi presiden.

Sebagai pengola korporasi sekelas Astra yang banyak bermain di sektor ritel, Rini pasti paham sekali pentingnya para pemasar di lapangan untuk menggaet konsumen. Lantas, kenapa dia seperti iprit-iprit mengeluarkan dana untuk kebutuhan operasi lapangan timses maupun relawan Jokowi?

Aksi Rini menahan dana ini sebenarnya nyaris luput dari perhatian. Pasalnya, inisiatif pemilih Jokowi membuat seolah-olah semua aktivitas berjalan. Padahal, untuk menang, Jokowi butuh lebih dari itu. Seperti sudah disebut, Prabowo adalah lawan dengan kekuatan uang yang amat besar dan strategi yang juga tak kalah cespleng.

Kenapa Rini seperti ‘kereta mogok’ ketika keahliannya sangat dibutuhkan?

Bagian dari Sabotase?

Yang banyak dilupa, Rini adalah ‘mak comblang’ Megawati dengan Prabowo pada Pilpres 2009 lalu. Ketika itu, orang-orang dekat Rini seperti Ongky P Soemarno (adik) dan juga seseorang bernama Didit memegang peranan penting dalam struktur kampanye Mega-Pro 2009 lalu.

Bagi orang sekelas Rini, menjodohkan Mega dan Prabowo bukan perkara sulit. Modal utamanya, adalah statusnya sebagai sesama anak pembesar negeri. Di antara mereka, ada ‘kode bahasa’ dan pertemanan di masa lalu dan ‘perasaan sekelas’ yang memudahkan mereka saling ngobrol, merasa dekat dan berkongsi. Sekadar informasi, Rini adalah anak dari Soemarno S, mantan menteri dan Gubernur DKI di era Bung Karno.

Sumber di kalangan pengusaha menyebutkan, Rini tangannya ‘terikat’ karena Rini sudah berjanji akan dukung Prabowo pada 2014 ini. Malah, Rini disebut-sebut sudah menjadi bagian dari lingkaran inti Prabowo. Tapi, satu kaki Rini memang masih di Megawati. Akhirnya, munculah opsi yang justru sangat jitu: menghambat Jokowi dari dalam.

Langkah cerdik seperti ini diakui si pengusaha sangat khas Prabowo. Selama di militer, Prabowo kerap ‘membajak’ orang dari kubu lawan. Ia jadikan mereka sebagai bagian dari operasi sabotase. Prabowo, kata pengusaha ini, juga melakukan itu ketika ‘mengacak-acak’ dan mengakuisi gerakan mahasiswa di era 80-an dan 90-an.

Sumber di internal moncong putih membisikkan, Rini sudah mendapat sinyal dari Puan dan konco-konconya. Sebagai sesama anak pembesar negeri, Rini tentu saja akan berpihak kepada Puan alih-alih kepada Jokowi yang berasal dari kalangan rakyat jelata itu. Itu kode ‘perilaku’ sesama elit yang sulit dipahami nalar rakyat biasa.

Jokowi Sukses Dikerjain

Dus di Pilpres ini Jokowi sepertinya sukses ‘dikerjain’. Ketika Pilgub Jakarta, area tempurnya terbatas. Jadi, gotong royong rakyat bisa menutupi kebutuhan dana kampanye. Apalagi lawannya, Foke, juga tak punya kekuatan duit yang besar. Banyak pengusaha menahan diri atau main di dua kaki.

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini proses ‘menghambat’ Jokowi dilakukan secara lebih ‘halus’ tetapi efeknya jauh lebih mengena. Ini juga bagian dari kecerdikan Prabowo. Ia piawai menempatkan ‘orangnya’nya di kubu lawan.

Apakah kali ini Jokowi bakal kandas? Bisa ya, bisa tidak. Tergantung pada pemilih. Tergantung pada seberapa cepat moncong putih siuman dari jebakan batman-nya Prabowo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun