Mohon tunggu...
Oki Sukirman
Oki Sukirman Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat Fatsoen Politika Institute, Konsultan Komunikasi Politik

Pembelajar tiada akhir.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prospektus Partai-partai Baru Menyongsong Pemilu 2024

2 November 2021   14:55 Diperbarui: 2 November 2021   19:21 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahapan dan syarat-syarat verifikasi faktual tersebut bukanlah hal mudah. Pasca lolos verifikasi faktual KPU pun, partai-partai baru tersebut harus bekerja keras agar lolos ambang batas PT sebesar 4%.

Jika diliat dari partai-partai baru yang muncul saat ini, para tokoh yang menggerakan dan mendirikannya memang tidak asing  Partai Ummat misalnya yang merupakan "pecahan" dari PAN yang diprakarsai oleh Amien Rais dengan Ridho Rahmadi sebagai Ketua Umum yang juga memantunya.  

Kemudian ada juga Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal yang menginisiasi berdirinya Partai Buruh. Dan Terbaru ada Partai Pandai yang diketuai oleh Farhat Abas dan rekan-rekan lawyer lainnya seperti Elza Syarief. Tentu jangan dilupakan juga ada Partai Gelora yang digawangi oleh Anis Matta dan Fahri Hamzah.

Lalu bagaimana prospek dan peluang partai-partai baru tersebut. Apakah dengan modal ketokohan yang populer cukup untuk mengantarkan partai-partai baru tersebut ke senayan? Sejauh mana kekuatan yang dibangun agar bisa bersaing pada Pemilu 2024?

Dalam analisis penulis, setidaknya ada 3 catatan penting terkait eksistensi partai-partai baru pada Pemilu 2024 mendatang. Pertama, partai-partai baru yang saat ini sudah mendeklarasikan diri perlu effort yang sangat besar. 

Dari mulai membangun popularitas partai, kemudian meyakinkan konstituen untuk meneguhkan pilihan terhadap partai mereka sampai ketersediaan logistik yang kuat.

Seperti diketahui, nyatanya tidak ada diferensiasi yang cukup signifikan antara partai lama dan baru yang muncul saat ini. Irisan idiologi maupun program jika tidak mau dikatakan sama, malah condong seperti partai satelit dari partai yang sudah ada. 

Contohnya Partai Gelora dan Partai Umat yang keduanya adalah partai yang didirikan karena para Founding Fathers partai tersebut adalah tokoh-tokoh yang mundur  -jika tidak mau dikatakan tersingkir- di partai sebelumnya. Anies Mata yang mundur dari PKS dan Amien Rais dan gerbongnya yang kalah pada kongres PAN di Kediri pada tahun 2020 kemarin.

Oleh karenanya, partai-partai baru ini selain membutuhkan logistik yang cukup besar untuk mengdongkrak partainya juga perlu usaha besar untuk bisa keluar dari bayang-bayang induknya.  

Kedua, sebelum bertarung dan jadi peserta pemilu 2024 dengan Parliamentary Threshold (PT) sebesar 4%, partai-partai baru pun sangatlah kesulitan untuk minimal bisa menjadi peserta pemilu melalui tahapan verifikasi faktual oleh KPU. Apalagi jika sudah ditetapkan menjadi peserta Pemilu 2024, partai-partai baru pun haru bersaing dengan partai-partai non parlemen saat ini (yang tidak lolos di Pemilu 2019).

Penulis ambil satu contoh bagaimana Perindo dalam pemilu 20219 kemarin. Dengan dukungan logistik dan publikasi media yang masif, masih belum cukup untuk meloloskan partai tersebut . Hary Tanoe sudah mencurahkan semua daya politik yang dia milik. Namun nyatanya, Perindo hanya mendapatkan suara 2,67 dan menjadi juara harapan 1 pada pemilu 2019 kemarin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun