Mohon tunggu...
Fitrotul Barokah
Fitrotul Barokah Mohon Tunggu... -

praktisi pendidikan di sebuah sekolah terpencil di Banjarnegara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jelang Kenaikan Harga BBM, Rakyat Mau "Disuap" dengan BLSM

14 Mei 2013   22:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:34 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam rangka hajat besar kenaikan harga BBM.  Pemerintah mencoba menyuap rakyat.  Iming-iming yang bakal diterapkan antara lain Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM),  Beasiswa Miskin,  dan Program Keluarga Harapan (PKH).  Koalisi "Setgab" akhirnya sepakat tanpa pengecualian.

Apa yang akan diterapkan pemerintah pasca kenaikan harga BBM tentu tidak sesuai harapan masyarakat.  Pemerintah tidak layak untuk menyamakan Indonesia dengan negara lain.  Dilihat dari harga daging sapi.  Indonesia adalah negara dengan harga daging sapi termahal di dunia.  Sebaliknya harga BBM di Indonesia termasuk yang paling murah.

Malaysia mematok harga premium 30 ribu rupiah per liter.  Tapi harga daging sapinya cuma 45 ribu rupiah per kilogram.  Artinya harga daging sapi hanya 1,5 kali dari harga premium.  Sedang di Indonesia,  harga daging sapi mencapai 90 ribu rupiah dan harga premium 4500.   Maka harga daging sapi 20 kali lipat dari harga premium.

Apa hubungan antara daging sapi dengan premium.  Jika di Malaysia harga dagingnya murah tapi premiumnya mahal,  masyarakat Malaysia hanya "dipepet" dengan satu masalah.  Tapi di Indonesia,  harga premium dinaikkan dan harga dagingnya tetap mahal sama saja "dipepet" dua masalah.

Tidak perlu menyuap masyarakat dengan BLSM.  Ini bukan solusi tapi bibit permusuhan.  BLT di masa lalu menyebabkan kerukunan antar warga menurun.  Kepercayaan terhadap ketua RT,  RW dan pemerintah desa anjlok.  Kecurigaan antar warga berkobar di mana - mana.  Demikian pula dengan beasiswa.  Penyaluran beasiswa tidak tepat sasaran dan tidak tepat penggunaan.  Dana beasiswa malah lebih banyak habis untuk jajan,  membeli pulsa, dan membeli barang konsumsi.

Pemerintah seharusnya menstabilkan harga kebutuhan pokok.  BBM boleh saja mahal,  tapi harga beras lebih murah daripada BBM.  Harga daging sangat terjangkau.  Tranportasi masal mudah dijangkau, cukup dan murah.  Jalan raya nyaman dilalui.  Jumlah lapangan kerja mencukupi.  Pendidikan gratis sekaligus berkualitas di seluruh penjuru nusantara.  Barulah Pemerintah dapat mengambil keputusan menyamakan harga BBM dengan Malaysia.  Tanpa perlu mengobrak abrik tatanan masyarakat dengan BLSM.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun