Mohon tunggu...
Muhammad okan fatah
Muhammad okan fatah Mohon Tunggu... mahasiswa

saya adalah mahasiswa filsafat,saya senang membagian fenomena sekaran dari kacamata filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Fenomena Standar Tiktok dan Problem Eksistensi Manusia Perpektif Filsafat Jean Paul Sartre

23 April 2025   23:20 Diperbarui: 23 April 2025   23:20 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TikTok adalah salah satu platform media sosial terpopuler saat ini, yang menampilkan video-video pendek yang bervariasi. Secara esensi, media sosial hanyalah sebagai sarana komunikasi dan informasi, walaupun tak jarang orang memakainya sebagai hal lain, seperti promosi, berdagang, atau mengekspresikan diri. Namun, belakangan ini muncul sebuah istilah "standar TikTok" yang membuat esensi TikTok bukan hanya sebagai sarana komunikasi atau informasi, melainkan standar kehidupan.

Tak jarang orang terpengaruh ketika melihat sesuatu di TikTok. Sebuah tren baju, misalnya, dapat mempengaruhi kesadaran seseorang dalam memandang estetika. Bayangkan seseorang yang selama ini memandang baju yang ia miliki sebagai sesuatu yang indah, namun ketika melihat video TikTok yang mengandung disrupsi estetika, kesadarannya dapat berubah secara drastis dalam memandang baju tersebut.

Tak hanya soal fashion, standar TikTok juga dapat menjadi tolak ukur seseorang dalam menilai musik. Lebih lanjut, "standar TikTok" tidak hanya mempengaruhi kesadaran seseorang dalam memandang estetika sesuatu, melainkan juga standar kehidupan, standar pria, dan lain-lain. Hal ini sangat mempengaruhi eksistensi orisinal manusia, di mana TikTok sebagai subjek yang mengobjek manusia, padahal esensi TikTok adalah informasi dan komunikasi, bukan sebagai sesuatu yang menjadi tolak ukur.

TikTok yang awalnya sebagai objek justru dewasa ini berubah menjadi subjek yang mengobjek manusia. Manusia seakan-akan menjadi wayang yang dipermainkan oleh dalangnya. Fenomena ini menjadi sebuah tantangan sendiri bagi manusia, bagaimana ia tetap pada pendiriannya sebagai seorang manusia yang bebas dan tidak menjadi objek dari TikTok.Lalu, bagaimana filsafat memandang fenomena ini?

Fenomena "standar TikTok" memperlihatkan bagaimana media sosial, yang sejatinya berfungsi sebagai sarana komunikasi dan informasi, berubah menjadi kekuatan normatif yang memengaruhi kesadaran estetika, selera, bahkan nilai-nilai hidup individu. Dalam kerangka filsafat eksistensialisme Jean-Paul Sartre, kita dapat meninjau dinamika ini sebagai contoh konkret bagaimana "yang bagi-diri" (tre-pour-soi) manusia berhadapan dengan "yang-ada-diri" (tre-en-soi) teknologi dan "pandangan" (regard) sang "Lain" (l'Autre). Melalui analisis ini, akan digali bagaimana TikTok dapat menciptakan bentuk-bentuk mauvaise foi (kesalahdaskaan diri), mereduksi kebebasan individu, dan bagaimana sebaliknya manusia dapat mempertahankan authenticit (keaslian) eksistensinya.

Menurut Sartre, manusia adalah makhluk yang bebas, terlempar (thrown) ke dalam dunia dan bertanggung jawab penuh atas pilihan-pilihannya . Namun, kebebasan ini tidak datang tanpa tekanan: individu berada di bawah sorotan "pandangan Lain" yang menandai dan menilai . Dalam konteks "standar TikTok",Setiap pengguna memandangkan TikTok sebagai wadah diri membangun citra, menyesuaikan gaya berpakaian,meresapi tren musik,atau tipe pasangan.
Hal ini, sejatinya, adalah wujud kebebasan; namun ketika hal ini dipandu oleh algoritma dan norma TikTok, kebebasan itu mulai dipengaruhi oleh kekuatan luar.manusia seharusnya berhak menentukan pilihannya tanpa ada dipengaruhi oleh sesuatu yang eksternal karena ini lah hakikat manusia menurut sartre,yaitu manusia dikutuk untuk bebas.Tiktok menurut sartre cara mengadanya adalah tre-en-soi ada sebagai semana mestinya karena essensi tiktok sudah ada sebelum eksistensi yaitu wadah informasi dan komunikasi.dan manusia cara mengadanya adalah tre-pour-soi  adanya ditentukan oleh dirinya sendiri,karena manusia tak seperti kendaraan,kasur,atau benda lainnya yang kegunaannya sudah ada sebelum keberadaanya.namun ketika manusia dipengaruhi oleh standar tikok hal ini menjadi problem eksistensi manusia karena  manusia seharusnya essensinya tidak ditentukan oleh hal apapun.

Jean-Paul Sartre berkata bahwa, kalau orang lain melihat kita, kita akan merasa jadi objek penilaian mereka. Di TikTok, "konten orang lain "membuat kita seperti diatur oleh mereka,cara berpakaian kita,atau seperti apa kita menjalani kehidupan.akhirnya kita memilih untuk melakukan apa yang mereka sukai bukan apa yang kita sukai,inilah yang menjadikan tiktok sebagai sesuatu yang mengancam problem eksistensialisme bagaimana "konten orang lain" menjadikan kita sebagai objek bukan subjek yang mengobjek.

Di tengah derasnya arus "standar TikTok" yang mendikte cara berpakaian, berbicara, hingga memandang hidup, manusia dihadapkan pada tantangan eksistensial yang tidak ringan: bagaimana tetap menjadi diri sendiri ketika dunia maya terus-menerus menawarkan template tentang siapa yang "ideal". Jean-Paul Sartre menyebut bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk yang bebas dan bertanggung jawab penuh atas pilihannya. Namun kebebasan ini sering kali dikaburkan oleh apa yang ia sebut sebagai mauvaise foi---sikap menyangkal kebebasan dengan mengikuti peran atau identitas yang ditentukan pihak luar. Dalam konteks TikTok, ketika seseorang mengikuti tren hanya demi pengakuan sosial, tanpa mempertanyakan apakah tren itu selaras dengan dirinya, maka ia sedang hidup dalam kebohongan terhadap dirinya sendiri. Ia bukan lagi subjek yang menentukan makna hidupnya, melainkan objek dari Vidio tiktok yang mempengaruhi kesadarannya. Untuk menjaga eksistensi orisinal, manusia perlu kembali pada kesadaran bahwa ia adalah pencipta makna, bukan pengekor makna. Ia harus berani menolak menjadi sekadar pantulan dari layar-layar ponsel, dan mulai menciptakan dirinya melalui pilihan yang lahir dari kejujuran batin, bukan tekanan sosial digital.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun