Oke, gue tahu banget gimana rasanya waktu awal-awal jatuh cinta sama dunia pendakian. Liat foto-foto di Instagram, ada yang lagi ngopi di tenda dengan latar Gunung Rinjani, ada yang berdiri gagah di puncak sambil kibarin bendera. Semua itu emang kelihatan keren banget. Tapi, buat lo yang baru pertama kali naik gunung, serius deh jangan mulai dari Rinjani. Bukan karena Rinjani jelek, justru karena dia terlalu cakep tapi juga terlalu ekstrem buat level pemula. Nah, ini pengalaman pribadi gue dan juga beberapa cerita temen-temen yang akhirnya 'tepar' gara-gara nekad ke Rinjani tanpa persiapan. Jadi, biar lo gak jadi salah satunya, simak dulu 3 alasan utama kenapa Rinjani itu bukan buat pendaki pemula.
1. Jalur Super Panjang dan Melelahkan
Lo pikir hiking ke Rinjani itu kayak jalan santai di taman? Hmm jauh banget!
Kalau lo lewat jalur Sembalun (yang katanya jalur paling 'ramah') lo tetap harus jalan kaki sejauh 8--10 jam cuma buat sampai ke Plawangan Sembalun. Itu belum termasuk summit attack ke puncaknya, yang biasanya mulai sekitar jam 2--3 dini hari dan penuh dengan tanjakan pasir yang licin banget. Dan bukan cuma panjang, tapi medan jalannya juga beragam: dari savana luas yang gersang dan panas, tanjakan-tanjakan curam yang bisa bikin dengkul nyanyi, sampai pasir tebal yang bikin langkah lo mundur satu setelah maju dua. Serius, kalau fisik lo belum terbiasa, ini bisa jadi neraka kecil di bumi. Banyak pendaki pemula yang akhirnya kehabisan tenaga, pingsan di tengah jalan, atau bahkan harus balik turun karena gak sanggup lanjutin. Jadi, jangan anggap remeh trek nya ya.
2. Cuaca Gak Bisa Diprediksi & Suhu Super Dingin
Satu hal yang harus lo tahu: cuaca di Rinjani bisa berubah dalam hitungan menit. Pagi bisa panas menyengat, sore tiba-tiba mendung, dan malam wah jangan ditanya dinginnya! Di atas ketinggian 2.600 meter ke atas, suhu bisa turun drastis sampai di bawah 10C, bahkan kadang mendekati nol derajat kalau musim kemarau. Buat pendaki pemula yang belum terbiasa dengan cuaca ekstrem, hal ini bisa bikin tubuh lo kaget. Lo bisa kena hypothermia kalau gak pakai perlengkapan yang memadai, kayak jaket tebal, sleeping bag khusus suhu dingin, dan tenda tahan angin. Pernah ada cerita temen gue yang baru pertama naik gunung, dan langsung nyoba ke Rinjani. Malamnya dia menggigil di dalam tenda, gak bisa tidur, dan akhirnya drop pas summit. Padahal dia bawa jaket juga, tapi gak cukup. Nah, dari sini gue belajar, pendaki pemula cenderung belum tahu jenis gear yang cocok buat medan berat kayak Rinjani.
3. Mental dan Manajemen Diri Diuji Habis-Habisan
Bukan cuma fisik dan gear, naik ke Rinjani juga butuh mental baja dan kemampuan manajemen diri yang matang. Lo harus bisa ngatur tenaga, minum cukup air, makan di waktu yang tepat, dan tetap waras walaupun capek, ngantuk, atau badan mulai protes. Bayangin lo udah jalan 10 jam, kaki keram, pundak sakit karena tas berat, trus lo sadar lo masih harus summit jam 2 pagi. Di titik ini, banyak orang mulai goyah mentalnya. Ada yang ngamuk-ngamuk ke temen, ada yang pengin pulang, ada yang nangis di tenda karena gak kuat. Serius! Rinjani itu bukan sekadar destinasi, tapi tantangan. Lo akan dihadapkan sama situasi ekstrem yang gak lo temuin di gunung-gunung pendek kayak Papandayan atau Andong. Dan kalau lo belum punya jam terbang yang cukup, kemungkinan besar lo bakal kaget dan overwhelmed.
Tapi Bukan Berarti Lo Gak Boleh Mimpi ke Rinjani!
Tenang, ini bukan artikel yang nyuruh lo nyerah. Justru sebaliknya! Gue nulis ini biar lo siap. Rinjani itu layak banget buat jadi tujuan lo, tapi bukan sekarang. Nikmati dulu prosesnya. Naik gunung-gunung pemula dulu, latih fisik, pelajari gear, bangun mental, dan nikmati semua perjalanan kecil lo. Baru setelah lo merasa kuat dan siap, Rinjani bakal jadi pengalaman yang luar biasa, bukan jadi mimpi buruk.
Kalau lo udah niat banget pengin ke sana tahun depan misalnya, ini beberapa saran dari gue:
Latihan fisik mulai sekarang: jogging, naik-turun tangga, naik gunung kecil sebulan sekali.
Ikut trip bareng EO terpercaya. Jangan nekat solo trip atau cuma ngikutin temen yang juga belum berpengalaman.
Sewa porter. Jangan gengsi. Biar tenaga lo bisa fokus ke jalan, bukan bawa beban.
Pelajari medan dan cuaca. Nonton vlog pendaki lain, baca blog, tanya-tanya di forum.
Investasi di perlengkapan. Minimal punya jaket anti-air, sleeping bag mumpuni, dan sepatu hiking yang udah lo "pecahin" (biar gak lecet di jalan).
Kesimpulan
Gunung Rinjani itu indah, megah, dan sangat layak buat dikunjungi tapi juga penuh tantangan dan resiko. Buat pendaki pemula, lebih baik belajar dan persiapkan diri dulu. Jangan cuma karena pengin dapet foto kece di puncak, lo jadi ngelupain keselamatan dan kenyamanan selama perjalanan. Pendakian bukan soal adu keren, tapi soal tanggung jawab ke diri sendiri dan alam. So, jangan buru-buru ke Rinjani. Latihan dulu, pelajari dulu, nanti juga saatnya akan datang kok!
Gue siap bantu lo buat nyusun rencana pendakian yang aman dan seru dari latihan fisik, gear apa aja yang lo butuhin, sampai rekomendasi open trip yang terpercaya. Gak usah bingung sendiri, tinggal DM aja, kita ngobrol santai kayak di warung kopi.
Siapa tahu, beberapa bulan ke depan, kita udah sama-sama berdiri di Plawangan, liat Segara Anak dari atas. Tapi dengan persiapan yang MATANG!Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI