Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluguan Anak-anak Pesisir

5 Januari 2023   15:59 Diperbarui: 5 Januari 2023   16:14 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak berkerumunan melihat hasil pengambilan video (Dokpri)

Apa yang membuat saya suka ke desa, pedalaman, kepulauan hingga pesisir? Karena tingkah lucu atas rasa penasaran anak-anak desa terhadap pengetahuan baru

Sore itu, di sebuah pulau pesisir, terluar, Mandioli. Tiga jam perjalanan laut dari Bacan Halmahera Selatan.....

Andre ngos-ngosan berlari dari rumah ke ujung kampung. Alas kakinya ia letakan disikut.  Dua anak lain juga ikut bersama, ngos-ngosan. Keringat nampak bercucuran membasahi wajah polosnya.

Anak kecil berumur 8 tahun ini langsung menghampiri kerumunan teman sebayanya yang sudah lebih dulu datang. 

"Wih ...apa itu," ujarnya keheranan semabri bertanya. Ia menunjuk-nunjuk langit seperti menuding. Benda terbang itu serasa asing. Congkak kepalanya tak sedikitpun ia turunkan.

"Itu drone," sahut seorang kawannya yang sudah tau lebih dulu nama alat terbang itu.

"Drone itu helikopter," heran dia lagi.

Tak ada jawaban yang diterima. Semua anak terpaku melihat benda putih kecil itu menari-nari diudara.

Andre rupanya termakan penasaran. Ia terus bertanya heran. Benda apa punya baling-baling kecil itu. Sesekali naik, sesekali turun. Berputar atas bawah. 

"Apakah ada orang di situ," tanya polos kepada yang membuat saya sedikit cekikan.

Baru sekali ini ia lihat benda yang terbang dengan jarak dekat. Selama ini, saya yakin ia dan hanya melihat benda di langit yang bersuara bising seperti pesawat yang numpang lewat. 

Ketika pesawat lewat mereka akan berteriak girang" pesawat-pesawat". Atau burung-burung terbang bebas.

"Kakak itu ada orang di dalam," Andre terus bertanya. " tidak. Itu pakai remote," jawab saya menejalaskan.

"Remote TV," sahutnya. 

Tawa tak mampu di bendung. Saya dan dua teman lagi tertawa sejadi-jadinya.

"Bukan Andre. Itu lihat remote yang di pegang teman kakak," ujarku semabri menunjukan posisi teman berada.

Andre mendekat. Bergeser ke posisi teman berada. Ia menyaksikan dengan seksama bagaimana itu di mainkan dari jarak jauh.

"Keren ya. Kirain ada orang di situ," polosnya ucapan yang keluar dari mulutnya membikin kami lagi-lagi tertawa.

" Ayo semua, loncaaaat," seru kawanku si pilot drone.

Beberapa anak yang sudah siap direkam nampak bersiaga. Instruksi singkat agar keceriaan ditampilkan rupanya sudah dipahami betul.

"Satu...dua...tiga." 

Sekira tujuh anak berlari nyemplung ke laut. Dari jembatan mereka melompat dengan gaya macam-macam. Salto belakang, gaya bom, gaya bebas, gaya bebas semabri melambai dll.

Andre yang tak mau ketinggalan ikut juga. Semua yang dikenakan ia lepaskan. Polos dan polos. Ketika take berikutnya ia sudah larut dalam keceriaan. Lanjut mandi air laut sebelum senja datang mengikat malam berjaga.

*

"Aduh, bang. Ini Andre mau suru beli terbang-terbang. Pusig semalaman nangis," ujar ayah Andre.

"Waduh si Andre di Andre," balasku dengan sedikit gelenggeleng kepala.

Rupanya, sore kemarin telah menjadi cerita bagi anak-anak di kampung. Malam harinya mereka berceritab kepada orang tua dan pagi harinya mereka membicatakannya di sekolah.

Katanya ada benda bisa terbang terus bisa rekam. Cerita itu bikin orang tua pusing. Selain tak tau apa benda yang kami bawa dari kota juga karena puyeng anak-anak minta dibelikan.

"Mohon maaf pak. Tidka bermaksud membikin susah," ujarku sembari menjelaskan beberapa hal kenapa harus membawa alat tersebut.

Menariknya orangtua selalu rasional. Menggap itu hanyalah bagian dari semangat anak-anak. " dibeli juga tidak bisa bawa kami ke kota kan," canda ayah Andre. Suasana mencair.

Pukul satu siang. Ketika kami sedang rehat dari proses pengambilan gambar, Andre dan beberapa anak lain datang berkunjung. 

Rasa penasaran masih lekat di wajah polos mereka. Di sekolah rupanya mereka sudah saling membujuk untuk datang lagi. Jadilah sepulang sekolah mereka bertandang.

"Kakak, tunjukin video kemarin dong,". Andre terdepan menyuarakan. 

Alasan apapun tidak diterima oleh mereka. Pokoknya harus ditunjukan saat itu juga. Jadilah video mereka kemarin ditunjukan. 

Nampak jelas raut keheranan. Namun sesekali mereka tertawa geli sembari menunjuk-nunjuk sosok mereka dalam gambar.

"Itu Andre itu Andre...". Andre tersipu malu. 

Beberapa lainnya juga nampak saling bercanda. Tertawa hingga penasaran jika tak menangkap sosok mereka.

Terhitung tiga kali video diputar sebelum mereka benar-benar puas.

"Kakak. Hebat ya, kirain hanya bisa rekam lewat HP," ujar beberapa anak.

"Iya ade. Ayo sekolah yang rajin. Jadi orang hebat. Biar bisa lihat alat-alat hebat," ujarku memotivasi.

"Itu nanti kami masuk tv," celah Andre. Aih dasar anak ini penuh penasaran.

"Iya nanti Andre masuk TV.," balasku. Andre nampak berpikir tak lagi membalas. Ia mungkin penasaran.

Rasa penasarannya membikin saya curiga. Apalagi nanti yang diminta ke orang tua. Putar tv nonstop kah?....

"Kakak, apakah ada pesawat yang bisa terbang di langit tapi tanpa pilot," tanya seorang lagi.

"Iya ada. Sekarang ada pesawat yang bisa terbang tanpa pilot," jawanku.

Siang itu, kami bertiga seperti dinterogasi. Satu persatu pertanyaan tentang perkembangan dunia teknologi hingga hal aneh-aneh kami jawab. Sesi berakhir ketika kami harus packing untuk kembali menaiki kapal menuju desa lain sore itu.

Mereka memang polos. Jauh dari peradaban teknologi. Mungkin televisi atau gadget sudah menghampiri tetapi secara global masih belum terekam jelas. 

Ketinggalan? Tidak juga. Mereka hanya belum punya kesempatan disajikan kemerataan dan keadilan pembangunan.

Walaupun begitu. Saya sendiri selalu bahagia setiap ke pelosok,pedalaman atau desa. Bertemu anak-anak. Dan menjawab penasaran-penasaran. Melihat mereka penasaran adalah wujud dari belajar.

Penasaran adalah bagian dari belajar. Dari itu, lahir pertanyaan dan pencarian-pencarian. Motivasi. (Sukur dofu-dofu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun