Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Potensi Produksi Kenari di Maluku Utara

24 Agustus 2021   09:40 Diperbarui: 24 Agustus 2021   14:06 3499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prose tidu, pembukaan kulit kenari | Dokumentasi pribadi

Para-para adalah terbuat dari bambu atau papan dan terletak beberapa centi dibawah atap rumah. Sebuah metode penghatan yang masih ada sampai saat ini.

Kenari akan dibuka cangkang kerasnya ketika harga sedikit naik. Selama ini harga tertinggi menyentuh angka 80 ribu. Terendah 45 ribu. Petani jeli menunggu perkembangan harga.

Kenari akhir setelah proses, penjemuran dan tidu ke dua | Dokumentasi pribadi
Kenari akhir setelah proses, penjemuran dan tidu ke dua | Dokumentasi pribadi

Mereka tidak menjual ke kota, melainkan kebanyakan ada pengepul keliling yang datang langsung membeli ke desa.

Kedua ketika ada sanak keluarga di kotabyang meminta buah ini. 

Satu yang pasti, setiap pohon kenari yang dipetik tidak lantas menghasilkan pendapatan yang tinggi. Sebab, dalam satu pohon baik besar maupun kecil, jumlah produksi tertinggi hanya 10 kg.

Dalam satu karung besar (50 kg) mentah di atas, mentoknya ketika dikeringkan hanya mencapai 3-4 kg. Sudah terjadi penyusutan.

*

Buah kenari atau calmut atau almondnya Indonesia sudah turun temurun menjadi bagian dari petani khusunya di Maluku Utara. Tetapi proses pengembangan agar layak menjadi produk unggulan dan menguntungkan bagi petani masih jauh dari pemanfaatan serta perhatian.

Belakangan fenomena alih fungsi berlaku. Pohon kenari ramai ditebang dan diganti tanaman lain. Padahal, dari sisi ekologis pohon ini penting untuk serapan air. Sementara dari sisi ekonomi, dapat menjadi keunggulan komparatif sebuah wilayah. (Sukur dofu-dofu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun