Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perjuangan Si Anak Tukang Parut Kelapa

1 Juli 2021   01:51 Diperbarui: 1 Juli 2021   12:39 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | TRIBUNJAKARTA.COM/NOVIAN ARDIANSYAH

Lama saya menceritakan sampai Ia benar-benar yakin bahwa keputusannya tepat.

"Itu hanya sedikit cerita. Semoga saja menjadi landasan hati. Jangan sia-siakan umur. Kadang kita punya kesempatan namun ragu melangkah dan kadang kesempatan dan ragu itu ada namun berani melangkah, itulah perbedaanya," ujarku lagi.

Fahrudin akhirnya sedikit tersenyum. Mimik wajahnya sudah tak selusuh pertama tadi. Ia lalu bercerita banyak hal. Tentang usaha teman-temannya yang meruntuhkan niatnya seperti "Ngapain susah-susah kuliah di Jakarta, mending di sini masih bisa makan enak," hingga anggapan sebelah mata bahwa keinginannya adalah angan-angan senata.

Tak sedikitpulah yang meragukan keputusannya, lantaran keterbatasan ekonomi keluarga dan Ia yang hanya sebagai tukang ojek.

Yap. Fahrudin sendiri adalah tukang ojek. Sejak memasuki bangku perkuliahan di Universitas Khairun Fakultas Ekonomi, Ia jalani sebagian hidupnya dengan berprosi sebagai tukang ojek hingga berhasil meraih gelar sarjana.

Pekerjaan itu dilakukannya untuk membayar biaya semester dan menghidupi kebutuhan sehari-hari karena latar belakang ekonomi orang tuanya sangat lemah.

Orang tuanya berprofesi sebagai tukang parut kelapa dan petani. Sejak kecil dua profesi ini juga sudah dilakoni oleh pria kelahiran tahun 1996 di Kabupaten Sula ini untuk membantu orang tuanya. 

Di masa kecil, selain dua kegiatan di atas, mereka juga mencari sumber pemasukan dari memelihara ternak sapi. Namun ternak-ternak tersebut bukan milik mereka namun milik orang lain yang dipercayakan ke keluarganya untuk dijaga dengan imbalan bagi hasil saat sapi beranak.

Bahkan, saking terbatasnya kondisi ekonomi, Farudin mengaku baru mulai bersekolah di bangku pendidikan dasar pada umur 8 tahun. Sehingga sebelum menginjak bangku sekolah, ia memperdalam ilmu mengaji di kampung.

Beruntungnya, anak pertama dari empat bersaudara ini mendapat dukungan penuh dari orang tua dan keluarganya terutama soal pendidikan. Sehingga setelah mengutarakan niat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2, orang tuanya langsung mengiyakan.

Saya sempat bertanya, bagaimana respon kedua orang tuanya. Apakah Ia sudah meminta izin dll, jawabanya justru luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun