"Ikan-ikan di sini sudah habis. Bahkan saya tak pernah melihat lagi ikan-ikan yang main di pinggiran. Sekelas giant travely pun sekarang jarang di temukan," Ujar Sofyan sembari mendayung perahu menuju spot mancing.
Penyampaian Sofyan membuat kesal. Pantas saja, dua hari kemarin saat mancing di pinggiran, tak ada satu pun sambaran yang dihasilkan. Padahal, dua tahun lalu, kita tak perlu repot-repot mendayung perahu. Cukup dari pinggiran sudah panen strike.
Kondisi ini sebenarnya sudah sering menjadi perhatian saya sejak lama. Di mana praktik pengambilan material untuk bahan bangunan utamanya bahan konstruksi proyek cukup masif.Â
Sembari mendayung Ia pun terus mengungkapkan bahwa masih banyak ikan-ikan yang berada di terumbuh karang juga tidak lagi kelihatan.
Bahkan ketika Ia menyelam sekalipun, sangat jarang menemukan ikan-ikan bermain. Ini juga yang kemudian membuat saya sedikit memungut ingatan, di mana sepanjang perjalanan menuju spot tadi tak kelihatan ikan ikan bermain bahkan sekelas ikan hias.
Saya tak habis pikir dengan semua informasi yang saya terima di atas laut. Dengan kondisi haus strike.Â
Benar saja, hampir empat jam kami terombang-ambing di atas lautan dan  hanya berhasil mendapatkan empat ekor ikan. Padahal, spot ini selalu menjadi favorit karena potensial strike cukup tinggi.
Begitupun dengan hari-hari berikutnya. Baik mancing dari pinggiran hingga memancing ke tengah laut. Jika dihitung, tak sampai sepuluh ekor ikan dalam empat hari.
Sayapun penasaran dengan apa yang terjadi. Sebab, menurut informasi, setahun belakangan tak ada proyek infrastruktur dari pemerintah. Dengan demikian, pengambilan material tak masif dan pasti ada sedikit perbaikan.Â
Ditambah informasi bahwa pemerintah desa sudah melarang pengambilan material karang dan batu di depan kampung sudah di larang.
Fenomena ini kemudian membuat saya tergerak untuk menginvestigasi. Mencoba mencari sebab dari akibat hilangnya ikan-ikan.