Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rezeki Penjual Pandan Jelang Ramadhan

10 April 2021   15:31 Diperbarui: 12 April 2021   14:59 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah Satu pedagang Daun Pandan/Dokumentasi pribadi

Tiga hari belakangan, setelah Ba'dah Ashar, salah satu lokasi perkuburuan Islam di Kota Ternate nampak begitu ramai. Warga datang berziarah. Kondisi ini tidak seperti biasanya. 

Ketika memasuki pintu utama perkuburan, sudah nampak keramaian sepanjang jalan. Mobil dan motor yang lalu lalang. Hingga kondisi jalan yang sempit menyebabkan kemacetan. 

Pun demikian dengan para penjual daun pandan; pondak bahasa lokal, dan air yang nampak sibuk melayani peziarah. Lapak-lapak yang berada tepat di pinggir jalan ramai di singgahi untuk pembeli. 

Satu demi satu daun pandan yang diisi ke kantong plastik dan air yang ludes dengan cepat. Para pedagang pun nampak sibuk memotong kecil-kecil daun pandan agar diletakan kembali ke meja.

Daun pandan dan air merupakan dua bahan utama yang dipakai warga untuk menziarah kubur. Jika di Jawa menggunakan daun kamboja dan beberapa campuran, di Maluku Utara menggunakan pandan dan air.

Banyaknya peziarah yang datang bukan tanpa alasan. Sebab, menjelang Ramadhan atau dalam istilah warga setempat minggu terakhir menjelang Ramadhan, banyak warga yang datang berziarah ke kubur keluarga.

Lokasi Perkuburan Islam dan beberapa lapak pedagang/Dokumentasi pribadi
Lokasi Perkuburan Islam dan beberapa lapak pedagang/Dokumentasi pribadi
Perkuburan Islam sendiri merupakan perkuburan terbesar dari seluruh lokasi perkuburan di Ternate. Lokasi perkuburan ini merupakan hasil wakaf dua saudara beretnis Cina dan merupakan lokasi perkuburan terbesar di Kota Ternate. 

Bahkan menurut cerita salah satu penjaga kubur, biasa di sapa Aba, kedua saudara ini mewakafkan lahan mereka lebih dari 10 hektar yang terbagi perkuburan Islam dan Perkuburan Cina bagi agama Nasrani.

Walaupun pada perjalanannya, lokasi yang digunakan khusus perkuburan harus terbentur dengan pembangunan rumah warga. Artinya di lokasi wakaf yang besar itu, sebagian besar berdiri bangunan baik rumah hingga perkantoran.

Kondisi ini bahkan menjadi dilema ketika pemerintah ingin melakukan pembebasan lahan. Warga yang sudah puluhan tahun membangun rumah harus was-was, sementara di satu sisi pemerintah terbentur juga dengan kepemilikan sertifikat tanah yang dimiliki warga di atas lahan tersebut.

*

Masyarakat Berziarah dan sedang membeli daun Pandan/Dokumentasi pribadi
Masyarakat Berziarah dan sedang membeli daun Pandan/Dokumentasi pribadi
Para pedagang daun pandan sendiri dalam beberapa hari ini nampak sibuk. Bahkan menurut salah satu penjual daun pandan yang biasa saya sapa Bu Ati (40 tahun) menuturkan, menjelang Ramadhan tiba, permintaan daun pandan menjadi sangat tinggi ketimbang hari biasa.

Mereka para pedagang, kata Bu Ati, bahkan harus menyiapkan dua ikat daun pandan per hari. Satu ikat daun pandan berisi 50 hingga 70 lembar. 

Harga yang harus dikeluarkan untuk membeli seikat pandan ialah seratus ribu. Harga akan menjadi mahal ketika dua sampai tiga hari menjelang awal Ramadhan seperti saat ini. Bisa di atas seratus ribu.

Dari seikat pandan tersebut kemudian dipotong per helai dan di isi ke kantong kresek kecil. Satu kantong kresek tersebut dijual dengan harga sepuluh ribu rupiah plus air sebotol. 

Dalam kondisi sekarang, penghasilan mereka bisa mencapai 200-300 ribu. Tergantung banyaknya pembeli. Sebab, terdapat banyak pedagang seperti Bu Ati. Sementara pada kondisi biasa, penghasilan tertinggi seratus ribu.

Menurut ketua RT setempat, jumlah pedagang berkisar 30 orang. Rata-rata penjual berdomisili di area perkuburan. Dan rata-rata melakukan pembelian daun pandan kepada kenalan yang berada di belakang gunung atau di Kecamatan Ternate Pulau atau dari penduduk yang bermukim di dataran tinggi seperti Tongole dan Moya.

Berkah yang didapatkan tidak hanya penjual daun pandan di lokasi perkuburan. Di pasar tradisional, juga demikian.

Ketika saya mengunjungi pasar tradisional Gamalama pagi tadi, banyak juga penjual daun pandan. Ada sekira tujuh pedagang yang nampak berjualan di lokasi yang sudah disediakan.

Pola penjualannya sama yakni daun pandan dipotong kecil lalu di isi ke kantong kresek. Namun yang membedakan ialah mereka juga melakukan penjualan per ikat dan per lembar.

Harga jual dalam kantong kresek tetap sama yakni sepuluh ribu ribu rupiah. Sementara per enam lembar dihargai lima ribu rupiah dan perikat 100 ribu ketas tergantung jumlah daun pandan dalam satu ikat.

Menurut Safia (31 tahun), mereka tidak selalu menjual pandan. Di hari biasa mereka berdagang Barito. Namun menjelang Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, mereka baru berjualan daun pandan.

Hal ini karena banyaknya permintaan dengan tujuan berziarah. Daun pandan yang mereka jual juga merupakan hasil dari kebun sendiri. Sementara untuk penghasilan, tidak menentu namun tetap menguntungkan.

Kehadiran para pedagang ini cukup membantu para peziarah. Sebab, di tengah kesibukan warga kota, menyiapkan hal-hal kecil seperti itu hampir tidak bisa dilakukan. Apalagi kesibukan mereka hingga sore.

Selain itu, memasuki bulan Ramadhan seperti ini penghasilan para pedagang pun meningkat. Hal ini tentu sangat membantu, terutama di masa pandemi saat ini. Akhir kata, selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1442 H Kompasianer (Sukur Dofu-dofu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun