Mereka para pedagang, kata Bu Ati, bahkan harus menyiapkan dua ikat daun pandan per hari. Satu ikat daun pandan berisi 50 hingga 70 lembar.Â
Harga yang harus dikeluarkan untuk membeli seikat pandan ialah seratus ribu. Harga akan menjadi mahal ketika dua sampai tiga hari menjelang awal Ramadhan seperti saat ini. Bisa di atas seratus ribu.
Dari seikat pandan tersebut kemudian dipotong per helai dan di isi ke kantong kresek kecil. Satu kantong kresek tersebut dijual dengan harga sepuluh ribu rupiah plus air sebotol.Â
Dalam kondisi sekarang, penghasilan mereka bisa mencapai 200-300 ribu. Tergantung banyaknya pembeli. Sebab, terdapat banyak pedagang seperti Bu Ati. Sementara pada kondisi biasa, penghasilan tertinggi seratus ribu.
Menurut ketua RT setempat, jumlah pedagang berkisar 30 orang. Rata-rata penjual berdomisili di area perkuburan. Dan rata-rata melakukan pembelian daun pandan kepada kenalan yang berada di belakang gunung atau di Kecamatan Ternate Pulau atau dari penduduk yang bermukim di dataran tinggi seperti Tongole dan Moya.
Berkah yang didapatkan tidak hanya penjual daun pandan di lokasi perkuburan. Di pasar tradisional, juga demikian.
Ketika saya mengunjungi pasar tradisional Gamalama pagi tadi, banyak juga penjual daun pandan. Ada sekira tujuh pedagang yang nampak berjualan di lokasi yang sudah disediakan.
Pola penjualannya sama yakni daun pandan dipotong kecil lalu di isi ke kantong kresek. Namun yang membedakan ialah mereka juga melakukan penjualan per ikat dan per lembar.
Harga jual dalam kantong kresek tetap sama yakni sepuluh ribu ribu rupiah. Sementara per enam lembar dihargai lima ribu rupiah dan perikat 100 ribu ketas tergantung jumlah daun pandan dalam satu ikat.
Menurut Safia (31 tahun), mereka tidak selalu menjual pandan. Di hari biasa mereka berdagang Barito. Namun menjelang Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, mereka baru berjualan daun pandan.