"Kak, Put akhirnya tau bagaiamana kondisi papa dan mama. Betapa susahnya mereka. Mulai sekarang, Put akan sekolah dengan gigih, belajar dengan sunguh-sungguh untuk membantu mereka kelak,".
Inilah pesan yang saya baca dengan sedikit berkaca-kaca. Pesan teks mesengger yang ia kirimkan setelah pulang ke Kota.Â
Dalam obrolan kami, ia menjelaskan dengan detail bagaimana kondisi kedua orang tuanya, rumahnya yang bolong bahkan untuk makan saja sangat susah. Belum lagi, mereka hidup di pulau yang masih tertinggal pembangunannya.
Selama sebulan lebih, dalam masa liburan karena pandemi, Ia menghabiskan waktu bersama. Mengarungi laut dari satu pulau ke pulau lain mengikuti sang ayah dan kakaknya berjualan minyak tanah. Menantang gelombang yang kadang tak menentu.Â
Jika tidak ikut ayahnya, Ia akan membantu Ibunya memasak, mencuci baju, mengangkat pasir untuk bahan bangunan, memancing untuk lauk dan dijual serta pekerjaan lain.
Keputusan menemui mereka setelah keluarga yang mengasuhnya berharap agar Ia tak melupakan siapa sosok ayah dan ibunya. Ia didorong agar liburan sekolah dimanfaatkannya dengan mengenal detail kehidupan yang dijalani kedua orang tuanya agar dapat termotivasi bersekolah.
Putri adalah gadis remaja berusia 14 tahun dan baru duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Gadis remaja ini sudah diasuh; lebih tepatnya adopsi oleh sebuah keluarga yang masih sanak famili dengan ibunya.Â
Pada umur tiga tahun, Putri diboyong ke Kota oleh ibu bersama kakaknya. Dalilnya ke kota berbelanja. Tanpa diketahui gadis kecil itu bahwa seminggu kemudian Ia akan hidup dalam sebuah keluarga baru yang asing. Sementara ibu dan kakaknya harus pergi mengendap-ngendap di pagi hari.
Tentu Putri kecil belum mampu memikirkan itu semua. Saat bangun tidur Ia tak menemukan sosok yang hangat dipeluknya. Menangislah Ia menjadi-jadi. Kata orangtua asuhnya, Ia bahkan menangis berhari-hari.
Anak kecil ini menjalani hidup didalam keluarga barunya hingga Ia tumbuh menjadi remaja cantik saat ini.