Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Anak Pasar, Meraup Rupiah dari Kantong Kresek

23 Februari 2021   00:11 Diperbarui: 23 Februari 2021   05:57 1800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak penjual kue | kompas.com/wijaya kusuma

Tugas Yadin dan kawan-kawannya ialah membawa barang belanjaan milik konsumen hingga konsumen selesai berbelanja.

Sementara ukuran pendapatan tidak menentu. Jika hanya membeli satu kantong kresek maka mereka maraup hasil 2.000 rupiah. Namun jika ikut menemami konsumen maka standar yang mereka dapatkan tergantung pemberian konsumen.

Kadang 5.000 hingga 10.000. Jika konsumen berbaik hati maka bisa 20.000. Namun yang terakhir ini jarang terjadi.

Bayangkan saja, berapa lama mereka harus menemani konsumen berbelanja. Artinya jika dihitung berdasarkan peluang misalkan dalam 1 jam mereka menjual kantong kresek tanpa menemai dengan asumsi dijual 5 kantong maka mereka sudah menghasilkan 10 ribu. Berbeda dengan ikut menemami yang dibayar tidak menentu duit receh dari sisa belanjaan.

Pekerjaan ini dijalani hingga aktivitas pasar sepi. Jika sudah sepi, mereka biasanya disuru oleh pedagang membuang sampah, membersihkan lapak hingga membantu pedagang membereskan barang. Ya, standar pekerjaan seperti ini dibanderol 5.000 rupiah.

Yadin biasanya pulang pukul delapan atau sembilan malam. Mandi, makan dan tidur. Esok harinya, aktivitas dijalani seperti biasa, sekolah dan ke pasar tampa malu sedikitpun. Dalam sehari paling tinggi ia meraup 20.000 rupiah. 

Pernah suatu waktu saya bertanya, apakah Ia tidak malu? namun jawabannya membuat saya berhenti bertanya. 

"Malu kenapa, kan bukan mencuri. Yang penting halal," ujarnya kala itu

 Yadin hanyalah satu dari sekian anak-anak yang melibatkan diri dalam mencari rupiah di pasar. Masih banyak anak-anak di Indonesia yang terjun bekerja di pasar tradisional di Indonesia dan diberbagai sektor-sektor lain.

Yadin adalah jawaban dari kondisi faktor ekonomi keluarga dan faktor eksedus seperti yang dikatakan Masdiyah di atas.

Konflik sara yang terjadi di tahun akhir 90-an silam membuat ia dan keluarga meninggalkan kampung halaman di Tobelo dan eksedus ke Ternate. Untuk menyambung hidup, ia dan keluarga beraktifitas di pasar. Sang ayah berdagang sayur mayur sementara dia dan kakaknya menjadi penjual kantong kresek dan buru pikul. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun