Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Daun Muda dan Dunia Seks

23 Oktober 2020   01:07 Diperbarui: 23 Oktober 2020   01:17 2732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Riaubook.com

Catatan-catatan tentang prostitusi tak pernah habis di bahas. Sebelumnya sudah 3 artikel di ulas dari sisi berbeda. Dari pandangan subjektif hingga objektif. Pun dalam artikel ini, dimana remaja-remaji generasi biru terlibat lebih jauh ke dunia prostitusi. 

Remaja dan seks belakangan menjadi sebuah pandangan yang tak lagi tabuh. Ada moral yang mulai hilang seperti kata Buya Safie Maarif, bahwa krisis utama kita adalah moral. Kita telah menjatuhkan moral ke tanah dan menginjak-nginjaknya. 

Saat ini banyak hal dipertontonkan. Dari sekedar pelukan hingga ciuman yang tak malu di umbar medsos.  Dari data BKKBN 2017, persentase remaja melakukan seks di umur 15-19 ialah, perempuan (59 persen) dan laki-laki (79 persen). Artinya pada umur segitu banyak dari mereka sudah berhungan seks bebas.

Tentunya ini menjadi sebuah catatan kritis bahwa semakin kesini, moralitas, etika dan edukasi dari rumah telah melemah. Segi moralitas misalnya, pelajaran dan edukasi keagamaan sebagai tombak utama moral dan etika tak lagi di berikan.

Orang tua acuh pada kesibukannya dan anak-anak yang merasa kehilangan tersebut, mengkespresikan dirinya di luar lingkungan keluarga yang tak bisa di kontrol.

Pun demikian dengan para remaja yang kebanyakan duduk di bangku SMA. Mereka sudah terjerembab jauh ke dalam dunia prostitusi. Dari awalnya coba-coba dengan pacar hingga menjual diri ke "om-om" .

Usia muda seperti mereka adalah target paling di cari ketimbang yang sudah berpengalaman. Mereka adalah komoditas seks paling laku dari segala usia. Selain itu, gadis remaja adalah obsesi tertinggi para pria hidung belang. Keluguan faktor utama mereka di incar.

*

Artikel ini di awali dari pertemuan singkat dengan salah satu rekan wartawan. Saat itu, dinamika berita sangat kaku. Ekonomi, politik sesekali di isi dengan program pemerintah yang penuh pencitraan.

Di sebuah kedai kopi, kami berdiskusi. Hingga tiba pada sebuah ide untuk sedikit memberikan warna pada rubrik berita yang kaku. 

"Bro, apa kamu tidak merasa bosan meliput ekonomi terus. Inflasi, harga bawang naik, ikan turun, peredaran uang. Bukankah sumber ekonomi itu banyak?" Tanyaku.

"Bosan sih tapi gimana,  redaksi seleranya begitu," Keluhnya.

"Aku ada saran. Kenapa tidak melakukan investigasi sumber ekonomi lain selain sektor rill," Tawarku

"Maksudnya," tanya ia kemudian.

" Prostitusi itu salah satu sumber ekonomi. Dan belakangan marak terjadi. Bahkan semakin di razia pun tak berarti menghentikan praktek tersebut. Kenapa tidak melakukan investigasi bisnis esek-esek ini," Usulku.

"Berarti narasumbernya pekerja seks dong?" Sahutnya.

"No, terlalu umum. Kenapa tidak anak muda. Anak SMA dan seumuran mereka. Apakah dunia itu melibatkan para remaja ini? jika ia kenapa? apa motifnya?, apa kau tidak curiga bahwa sesuatu yang diam selalu menyimpan misteri?" Jawabku.

" Wah mantap itu idenya. Besok saya usul ke dewan redaksi," Sahutnya penuh semangat.

Dua hari kemudian kami bertemu. Usulan diskusi kami di setujui. Dewan redaksi membentuk tim terdiri dari 5 orang. empat berasal dari internal dan saya satu-satunya berada di luar internal.

Investigasi dilakukan selama seminggu. Hasil investigasi kami membuat banyak mata kebalakan. DPR, pemerintah, LSM, dunia pendidikan, aktivis dan berbagai lembaga serta masyarakat. 

Ramai-ramai membuat FGD. Seakan tertampar realita bahwa dunia prostitusi ternyata melibatkan anak muda yang sebagian besar (80 persen) siswi dan siswa aktif. Peran demi peran di mainkan mencoba memecahkan dasar mereka kesitu.

Dunia pendidikan dan pemerintahan lebih sial lagi. Di kritisi habis-habisan karena di anggap gagal membentuk karakter. Terhitung selama dua bulan hal ini di bahas, walaupun pada akhirnya tak ada perubahan yang signifikan.

**

Pukul sepuluh malam, seorang perempuan muda berumur 16 tahun turun dari mobil. Ia mengenakan celana panjang hitam, spokat dan kaos oblong. Rambutnya sebahu.

Sebelum menuju lobi, ia terlihat berbincang dengan beberapa temanya dalam mobil.  Ku hitung, ada tiga wanita lain, dan dua pria. 

Satu dari kami kemudian menyambut ia kedepan. Tak berselang lama, wanita muda ini duduk di hadapan kami dengan mimik wajah yang nampak malu-malu. 

Perkenalan di lakukan, dan ia sendiri sudah tau maksud dan tujuan kami bertemu dengannya. Agar tidak merasa canggung dan tersudutkan, salah satu kawan kemudian memilih keluar hotel dan menemui narasumber lain.

"Dek, maaf ya. Mungkin sudah tau maksud kaka disini," sahutku membuka pertanyaan.

"Sudah kakak, sudah di kasih tau si As (sang germo yang tak lain adalah waria" Ujarnya. Sebut saja Mawar.

Sebelumnya, kesepakatan sudah di lakukan dengan sang perantara. Mereka ini adalah kawan sepergaulan. Dari hasil penelusuran mereka rata-rata pria jadi-jadian, alias waria.

Kesepakatan ini tak terbilang muda. Untuk memulai masuk, kami di benturkan dengan segala aneka tantangan. Hal ini karena, mereka lebih tertutup dan rapi. Setelah dua hari mencari pintu masuk, kami akhirnya menemukan sumber yang berhubungan langsung dengan mereka.

Sumber ini merupakan langganan menggunakan jasa para ABG ini. Setelah nomor kontak di dapat, selanjutnya ialah mengatur alur pertemuan. 

Kewasapadaan cukup di beri jempol. Setelah kuat meyakinkan bahwa kami bukan pihak kepolisian barulah si perantara menerima. 

Kesepakatan berjalan sesuai tarif. Sekali pakai lima ratus ribu-satu juta. Tergantung ukuran kecantikan. Selain itu ada pra perjanjian seperti tidak mengungkap nama narsum dan latar belakangnya. Serta tidak membocorkan praktek mereka ke pihak berwajib.

*

Mawar sendiri merupakan siswi kelas dua di sebuah sekolah negeri. Ia sendiri terlibat dalam dunia esek-esek sejak kelas satu. Terhitung sudah setahun lebih. 

Awalnya, ia adalah gadis rumahan yang tak pernah berpikir bahwa akan terjerumus ke dunia ini. Keputusan menjual diri karena di latarbelakangi rasa hancur pada diri.

 Ia kecewa ketika harus menyerahkan "kesuciannya" pada sang kekasih. Dengan balasan menyakitkan. Setelah merenggut kesucian mawar, sang pria melenggang pergi.

Keadaan itu membuat ia terpuruk. Merasa hancur lebur karena tak lagi suci. Di tambah kondisi keluarga yang tidak memberikan mawar kenyamanan. Ayahnya seorang pejabat daerah. Salah satu orang penting di jajaran Kadis. Sedangkan ibunya, seorang pengusaha yang jarang berada di rumah. Sehingga tak ada wadah bagi mawar menceritakan keluh kesahnya.

Satu-satunya tempag ternyaman ia mencurahkan perasaannya yakni kepada kawan-kawannya. Yang pada akhirnya membawa ia berkenalan dengan sang perantara.

" Kakak,orang tua saya pejabat. Uang selalu ada. Tapi itu tak cukup buat bahagia," Ujarnya.

Mawar pun kemudian mulai jarang di rumah. Setiap kali keluar ia beralaaan tidur di rumah teman. Tetapi itu hanya akal bulus, yang sebenarnya terjadi ialah bergabung dengan teman-temannya yang lebih dulu berprofesi menjual diri. 

" Kami perkumpulan rata-rata anak berada kakak," Ungkapnya.

Melihat teman-temanya begitu enteng menjajakan diri. Ia ternakan penasaran. Selain itu,bujuk rayu dari kawanga begitu kuat. Alhasil, ia pun menerima.

"Tamu pertama itu om-om. Waktu itu saya malu sekali. Apalagi pas telanjang," Ungkapnya.

Saat pertama menjajakan diri ia begitu malu. Bahkan, mawar sempat grogi. Ia bahkan merasa jijik ketika hendak berhubungan badan. Bahkan ketika pulang ke bascame (hotel) ia harus mandi berkali-kali.

Pikirannya pun kemana-mana, ia takut ketika suatu saat jalan-jalan kemudian di kenali. Bahkan uang delapan ratus ribu di kantongnya pun ia buang jauh-jauh.

"Lantas,kenapa masih mau,"?

"Enak kakak. Seks itu enak. Apalagi yang pengalaman.," Ungkapnya.

Mawar pun lantas menjalani profesi itu secara diam-diam. Dan berharap tak ketahuan. Bahkan, tak jarang ia ketagihan. Jika tak ada tamu, maka teman-temanya sudah pasti menjadi sasaran.

" Kami itu kayak kumpul-kumpul. Bahkan, ngeseks juga kami lakukan," Ujarnya.

Saat ditanya uang yang di peroleh di lalukan untuk apa. Ia mengungkapkan bahwa di pakai untuk senang-senang bersama. Beli minuman, rokok, dugem hingga narkoba.

**

Selain mawar, interogasi terus di lalukan. Terhitung, tiga narasumber berhasil di wawancarai. Salah satunya ialah Bunga.

Bunga sendiri memiliki penghubung yang berbeda. Penghubung ini ditemui setelah menerima kontak dari penghubung mawar. Disini saya akhirnya paham, bahwa mereka punya hubungan yang kuat. Dan saling tetikat.

Bunga wanita 17 Tahun. Masih duduk di bangku SMA. Ia menajajakan diri pertama kali saat kabur dari rumah. Tekanan psikologi yang di terima membuat bunga tak tahan. Dihardik, dimarahi, dipukuli bahkan di tuntut lebih utamanya dalam hal prestasi di sekolah.

Ia sendiri sudah berhubungan seks dari kelas 3 SMP dengan pacarnya yang sama-sama satu sekolah. Sejak kabur dari rumah, ia kemudian bergaul dengan beberapa kawan-kawanya yang juga bernasib sama. Ada yang broken home, ada yang diusir dll.

Tempat tinggal mereka di penginapan atau hotel. Selain kumpul kebo yang katanya masi di lakukan, mereka juga menajajakan diri ke pria-pria hidung belang.

" Kalau saya banyak yang pakai dari kalangan pejabat. Bahkan mereka itu orang-orang penting. Sering keluar di koran. Bahkan ada yang sering ke rumah. Dapat tamu mereka enak. Dapat tip," Ungkapnya.

Dalam sekali berhubungan ia mematok harga sejuta. Walaupun bersih di terima hanya 650-750 ribu. Sebab harus dibagi dengan perantara. 

"Saya menikmati. Mau bagimana, sudah terlanjur"ungkapnya

Pekerjaan ini ia lakoni sudah hampir tiga tahun. Bahkan ia mengungkapkan bahwa banyak dari mereka juga sama-sama menajajakn diri. Tentu hal itu di lakukan untuk gaya hidup.

**

Terhitung ada 12 narasumber yang kami wawancarai. Dan latar belakang besar mereka melakukan pekerjaan seperti ini karrna lingkungan yang mereka hadapi. Baik dari lingkungan keluarga hingga pertemanan.

Dari 12 narasumber, sembilan diantaranya adalah anak pejabat atau keluarga berada. Sementara selebihnya keluarga menengah. Selain itu, mereka juga menikmati setiap hubungan seks yang di lalukan. Dan untuk jaga-jaga, mereka sering menelan obat-obat yang didapatkan secara gratis dari perantara. Untuk melayani tamu,dalam semalam di batasi 2-3 orang.

* 

Nb. Paper full dan lengkap hasil wawancara dengan narasumber ditayangkan di salah satu media lokal anak cabang Jawa Post tahun 2014 silam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun