Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Virgin Coconut Oil dari Tangan Emak-emak Desa

17 Agustus 2020   14:17 Diperbarui: 17 Agustus 2020   21:53 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tangan emak-emak desa, apa saja bisa disulap jadi bernilai. Lewat tangan-tangan terampil dan dibalut oleh kearifan lokal, mereka menjadi sangat kreatif dalam bermasyarakat. 

Virgin coconut oil (VCO), alias minyak kelapa adalah produk turunan buah kelapa yang memiliki nilai perdagangan cukup tinggi ketimbang turunan kelapa lain seperti Kopra. 

Dalam perdagangan internasional, Virgin coconut oil memiliki harga perdagangan mencapai yang tinggi dan merupakan produk turunan kelapa yang memiliki permintaan tinggi di pasar lokal maupun dunia. 

Lantas bagaimana cara pembuatannya? 

Ada dua cara yakni secara moderen dan tradisional. Nah, pada artikel ini akan membahas cara tradisional yang dipraktekan turun-temurun di Maluku Utara, terutama di Desa saya sendiri, Mateketen Kabupaten Halmahera Selatan. Setiap daerah berbeda cara pembuatan, tapi tidak terlalu berbeda secara spesifik. 

Cara tradisional ini dibalut unsur budaya Indonesia alias Babari dan Bokyan. Dua penggalan kata ini memiliki makna dan arti yang sama; gotong royong. 

Pembuatan virgin coconut oil; ah susah kali nyebutnya. Oke pakai bahasa Indonesia aja, minyak kelapa secara tradisional sudah turun temurun dilakukan di daerah saya. Walaupun ada beberapa pergantian alat produksi yang terus berevolusi, akan tetapi 80 persen cara produksi tidak mengalami perubahan.

Pertama-tama, warga yang hendak membuat minyak kelapa sudah terlebih dahulu mengumpulkan buah kelapa. Ada tanda-tanda masyarakat akan ramai membuat minyak kelapa yakni akan masuk musim produksi kelapa menjadi kopra.

Selain musim produksi, warga juga mengumpulkan (Tabi-tabi) sedikit demi sedikit. Setiap hari mereka akan mengumpulkan 1-2 ngele. Ngele sendiri adalah ukuran sebagai dasar hitungan berapa liter yang akan mereka hasilkan. Satu ngele sama dengan 4 biji buah kelapa.

Proses pengumpulan bisa 1-2 bulan, sebab tidak semua hasil produksi kelapa dijadikan minyak kelapa, sebab akan mengurangi volume produksi Kopra. Warga juga bisa mendapatkan kelapa dari buah kelapa milik warga yang didapatkan ketika sedang mencari pala atau sedang ke kebun.(Baca artikel Menabung hasil memungut buah kelapa)

Satu dua buah kelapa yang ditemukan kemudian dibawa pulang dan ditampung hingga mencapai target. Umumnya pembuatan minyak kelapa akan dimulai ketika hasil pengumpulan sudah mencapai 25, 50 sampai 100 ngele. Dalam hitungan matematisnya, 100, 200 sampai 400. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun