Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Teras Ekonomi Pesisir Maluku Utara (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi "Millennial" Sumbuh Pendek

6 Desember 2017   06:21 Diperbarui: 6 Desember 2017   15:17 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dalam menerima informasi, terkadang kita terlalu terburu-buru untuk bertanya, menghakimi bahkan menyimpulkan"

Tulisan ini berawal dari kiriman video seorang teman di Whatsaap. Video tersebut berdurasi 1 menit, tanpa menunggu lama saya memutuskan untuk membuka. Baru detik ke 10 saya sudah mulai bertanya dimana kejadianya" kok bisa sampai segitunya" . Bahkan, ikut menghakimi. Kata kawan saya "lihat keterangan di akhir video".

Karena saking penasaran, saya memutuskan untuk menyimak sampai akhir. Pada detik ke 30, segala hal yang pernah saya ketik dan kirim ke teman saya "salah" 180 derajat. Ternyata video tersebut adalah video lelucon yang diawali dengan kondisi Emergency.

Kejadian seperti ini, banyak sekali terjadi pada interaksi di WA. Terutama di group-group yang tingkat anggotanya beragam. Seringkali, berita-berita yang di share ke group hanya di baca pada awalan paragraf dan akhir paragraf. Sehingga, komentar komentar yang akan dia berikan benar-benar cacat. Ada pula, seseorang benar-benar tidak membacanya sama sekali dan hanya ikut berkomentar, menghakimi dan berkesimpulan.

Maka kondisi seperti ini merupakan kondisi generasi millenial "sumbuh pendek". golongan ini sangat cepat menyimpulkan karena bertindak tanpa penyelidikan. Biasanya, kekurangan niat membaca dan menyelidi menjadi landasan. Proses menerima berita maupun informasi yang di terimanya hanyalah bagian dari angin lalu sehingga menelan mentah-mentah informasi tanpa mencernah.

Proses penyebaran informasi secara langsung pada generasi ini dapat menciptakan kumpulan informasi-informasi hoax. Bahkan karena kurangnya minat baca dan menyelidiki, maka sering terjadi kesepakatan yang sebenarnya adalah kebohongan. Misalnya, di beranda-beranda facebook. Sering kita jumpai berita "like,share and coment" yang sebenarnya adalah kejadian hoax. Bahkan tidak jarang kita  di arahkan untuk mengetik kata "Amin" pada doa bedasar agama yang kadang dalil dan sumbernya tidak jelas.

Padahal, jika kita menyelidiki kenapa harus ada caption-caption seperti itu, kita dapat menemukan bahwa hal tersebut semata-mata bisnis. Yang like, comment dan share mencapai sekian ribu - sampai juta maka rekening-rekening akun tersebut bisa gendut.

Terlalu cepat menerima informasi menjadikan generasi millenial sumbuh pendek ini ikut memainkan perang kegadukan baik di medsos maupun lingkungan sosial. Di lingkungan sosial, sering kita jumpai berbagai macam kejadian yang bermula dari kesalah pahaman dan berpikir pendek. Masih segar di ingatan kita kejadian penggrebekan dua pasang kekasih yang kemudian di arak telanjang. Pada kemudian hari, ternyata mereka tidak melakukan kesalahan seperti yang di tuduhkan.

Atau ketika kita membaca berita baik cetak maupun media sosial hanya beberapa kalimat  dengan isi yang menyudutkan, syarat sara, politik dan "sampah" bahkan di ragukan kebenaranya dan banyak yang ikut, beretorika seenaknya.  Padahal bisa saja kita hanyalah korban untuk memancing kelompok-kelompok lain bertindak anarkis dan tidak terpuji.

Lemahnya penggunaan sifat" meyelidiki dan mendalami" membuat berimplikasi pada tidak tertatanya tingka laku yang mencerminkan lemahnya wawasan dan intelektual seseorang. Tidak jarang, kondisi bersepakt lebih awal dan menangis lebih akhir menjadi tepat.

Jika kondisi ini terus menerus di abaikan dengan sadar atau tanpa sadar. Maka, generasi millenial sumbuh pendek hanya akan mengurangi quantitas produktivitas pada era demografi nanti. Sebab, penguatan wawasan dan sikap yang berlandaskan pada pengetahuan yang dalam, tanpa cepat menyimpulakan harus telah di tanam dari awal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun