Jangan heran kalau suatu hari ada kendaraan roda tiga lain muncul, setengah becak setengah skateboard, lalu dibiarkan saja karena dianggap "unik dan lokal".
Transparansi, Jangan Hanya untuk Wisata
Pemerintah DIY melalui akun @humasjogja memang telah menjelaskan dengan rinci alasan pelarangan Bajaj Maxride. Mengutip aturan perundangan, berbicara soal izin operasional, menyebutkan pentingnya TNKB kuning, serta mengingatkan pentingnya keamanan dan keselamatan. Semua terdengar sah dan masuk akal.
Tapi sayangnya, penjelasan yang panjang lebar itu tidak berlaku merata. Karena jika kita berpatokan pada regulasi yang sama, maka Bentor semestinya sudah diparkir permanen di museum, bukan di sepanjang jalan Malioboro yang sesak penuh wisatawan.
Kalau kita serius bicara tentang legalitas, berlaku adillah terhadap semua moda transportasi. Jangan cuma tegas pada yang baru datang, sementara yang sudah lama berkeliaran dibiarkan seperti hantu jalanan.
Solusi atau Sekadar Sensasi?
Apa solusi dari semua ini? Sederhana.
- Evaluasi ulang regulasi kendaraan roda tiga. Dunia terus berubah. Mungkin sudah waktunya aturan itu menyesuaikan dengan realitas transportasi saat ini, bukan sebaliknya.
- Audit total terhadap operasional Bentor. Jika memang tidak memenuhi kriteria sebagai angkutan umum, maka harus ada penertiban. Jika dianggap layak dan dibutuhkan, maka berikan regulasi resmi.
- Buka ruang dialog. Pemerintah tidak bisa terus-terusan bertindak satu arah. Libatkan operator transportasi, pakar transportasi, bahkan komunitas masyarakat untuk merumuskan kebijakan yang adil dan aplikatif.
- Jangan takut terhadap inovasi. Dunia sudah serba digital. Jika ada transportasi baru berbasis aplikasi dan memenuhi kebutuhan masyarakat, mestinya didukung selama memenuhi aspek keselamatan dan tata kelola yang baik.
Yogyakarta Bukan Negeri Dongeng
Yogyakarta bukan negeri dongeng di mana aturan hanya berlaku untuk orang asing. Ia adalah kota yang tumbuh, berubah, dan semestinya siap menerima inovasi, selama itu untuk kebaikan bersama.
Bajaj Maxride dan Bentor hanyalah simbol dari masalah besar yang sering terjadi di negeri ini: aturan yang tidak merata, penegakan yang tebang pilih, dan resistensi terhadap perubahan. Jika kita tidak segera berbenah, maka jangan salahkan siapa-siapa jika suatu saat nanti, jalan-jalan kita dipenuhi kendaraan eksperimental tanpa arah dan tanpa aturan.
Pada akhirnya, kita akan menyadari satu hal: bahwa yang lebih berbahaya dari kendaraan ilegal adalah kebijakan yang tidak adil!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI