Mohon tunggu...
Odi Shalahuddin
Odi Shalahuddin Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat hak-hak anak dan pengarsip seni-budaya

Bergiat dalam kegiatan sosial sejak 1984, dan sejak tahun 1994 fokus pada isu anak. Lima tahun terakhir, menempatkan diri sebagai pengepul untuk dokumentasi/arsip pemberitaan media tentang seni-budaya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bertemu Angkie Yudistia, Pengarang Buku “Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas”

31 Oktober 2012   07:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:10 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebetulan ada acara di Jakarta, 29 Oktober, pagi, saya mengontak Angkie Yudistia untuk memastikan kembali waktu untuk bertemu. Sebelumnya, saat berada di Mbay, Nagekeo, NTT (catatan perjalanan ke Mbay bisa dilihat di SINI), tanpa sengaja saya menyaksikan wawancara dirinya di stasiun Metro TV dalam acara Young On Top (13/10/12). Spontan saya mengirimkan sms kepadanya, mengucapkan selamat dan menyatakan ada rencana ke Jakarta.

“Heyyyy… ayo kita ketemuan,” balasnya melalui sms.

Lantaran ada rencana bertemu dengan kawan-kawan lain, saya menjadwalkan untuk menemuinya sore hari. Tapi sayang, ia sudah memiliki jadwal. Akhirnya diputuskan bertemu pada malam hari.

Cilakanya, pertemuan baru berakhir sekitar pukul 18.30. Saya mengontak rekan lain yang memiliki janji untuk bertemu pula di tempat lain pada pukul 20.00, menyampaikan permohonan maaf, bila akan datang terlambat.

13516701031273540413
13516701031273540413
Bersama dengan dua orang kawan (Hening Budiyawati dari Semarang dan Dede Suhendri dari Lampung, keduanya juga tercatat sebagai kompasianer), kami bergerak dari Ancol menuju Senayan pada pukul 19.00 lebih, yang diperkirakan bisa memakan waktu lebih dari satu jam dengan memperhitungkan kemacetan jalan, beruntungnya yang terjadi di luar perkiraan. Perjalanan melewati grogol ternyata sangat lancar sehingga tidak sampai setengah jam sudah sampai.

Di salah satu mall, lantai enam, itulah tempat kami bertemu. Dua orang kawan sudah menunggu di pintu masuk. Frenia dan Ryan, keduanya aktivis pekerja sosial di PKBI Jakarta.  Angkie sudah berada di dalam bersama kawan-kawannya. Ia menyambut kami dengan ramah.

Setelahnya kami mencari tempat duduk yang kosong. Ia menyusul kemudian bersama seorang kawannya.

”Sombong..sombong..sombong...” katanya sambil menunjuk kami satu persatu.

”Wah, kalau kami yang di luar kota, ya harus dimaklumi. Loh, yang di Jakarta, juga gak pernah ketemu?” komentarku disambut Frenia dengan mesem.

[caption id="attachment_214011" align="alignleft" width="502" caption="Foto bersama Angkie Yudistia"]

13516702961396658179
13516702961396658179
[/caption]

Angkie Yudistia, perempuan cantik kelahiran 5 Juni 1987, adalah sosok muda inspiratif, energik, pekerja keras dan berjiwa sosial. Pernah menjadi finalis None Jakarta Barat pada tahun 2008,  berhasil terpilih sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008, serta Miss Congeniality dari Natur-e, Angkie banyak terlibat memberikan motivasi kepada para difable (different ability people).

Bersama rekan-rekannya, ia mendirikan perusahaan dengan orientasi bisnis dan sosial yang diberi nama ”Thisable Enterprise yang berkantor di daerah Senayan, yang membantu penyaluran program CSR dari perusahaan lain untuk kepentingan para difabel.

”Memang kami tidak memberikan pendampingan secara langsung mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Kami memberikan motivasi kepada mereka yang telah difasilitasi orang atau lembaga lain. Motivasi penting agar mereka bisa memiliki keyakinan diri,” katanya memberikan penjelasan mengenai perusahaan yang didirikannya.

Kepedulian yang tinggi terhadap para difabel lantaran Angkie juga menjadi bagian dari mereka. Sejak umur 10 tahun ia telah menderita tunarungu. Namun semangatnya untuk membuktikan kemampuan, dijalani dengan mengikuti pendidikan formal di sekolah umum hingga berhasil meraih gelar S2 dalam bidang Marketing Communication pada usia muda.

13516880431287780794
13516880431287780794

Berbagai pengalaman hidupnya dituangkan dalam sebuah buku yang diterbitkan sendiri pada akhir tahun 2011, dengan judul ”Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas”.

”Bukunya sudah habis,” katanya. Ia sendiri menyatakan belum berpikir tentang cetak-ulang. Ya, sayang sekali, padahal saya belum sempat mendapatkannya.

”Angkie itu luar biasa, seperti tidak pernah lelah, selalu semangat dalam bekerja. Saya sering terkejut kalau dikontak atau mengontak dirinya pada tengah malam, ia masih pada posisi bekerja,” cerita Dini, sahabat Angkie yang menemani pertemuan ini.

Sayang pertemuan dengan Angkie tidak bisa berlangsung lama, walau ada keyakinan ia pasti dengan senang hati berbincang-bincang dengan kawan-kawannya. Saya sudah memiliki janji dengan beberapa kawan yang sudah berkumpul di tempat lain. Oleh karenanya kami langsung berpamitan.

Padahal sebelumnya ada rencana melakukan wawancara untuk menulis tentang berbagai kegiatan dan pandangannya tentang kehidupan.

”Ya, kita komunikasi melalui email saja,” katanya, ”di sini juga terlalu ramai,”

Sukses selalu untukmu Angkie.

Yogyakarta, 31 Oktober 2012

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun