Mohon tunggu...
Ocyid
Ocyid Mohon Tunggu... Lainnya - In the Age of Information, being unknown is a privilege

Lun Yu 1.1: Sekalipun orang tidak mau tahu, tidak menyesali; bukankah ini sikap seorang Jun Zi - Kun Cu? - Lukas 12.57: Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? - QS 8.22: Indeed, the worst of living creatures in the sight of Allāh are the deaf and dumb who do not use reason

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Indonesia Berdasarkan Buku Klasik (Bagian 2): San-bo-tsai dalam Catatan Willem Pieter (WP) Groeneveldt

23 Maret 2024   01:27 Diperbarui: 3 Mei 2024   01:11 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Chan-pi" yang diduga sebagai "Jambi" dan Palembang yang disebutkan dalam catatan sejarah Cina tentang San-bo-tsai/Google Map

Gambaran Willem Pieter Groeneweldt diambil dari situs Wikidata berbahasa Rusia: Груневелдт, Виллем
Gambaran Willem Pieter Groeneweldt diambil dari situs Wikidata berbahasa Rusia: Груневелдт, Виллем

Keterangan tentang San-bo-tsai dalam buku meester Groeneveldt dapat dilihat pada halaman 62-76 atau sebanyak 14 halaman dibawah subjudul San-bo-tsai. Nama kerajaan ini sendiri tercatat dari mulai sejarah dinasti Sung (Song, 960-1279) hingga terakhir pada catatan "Tung Hsi Yang K’au" (buku III) bertarikh 1618. 

Narasi tentang kerajaan ini menandakan secara sederhana, sebagaimana yang dijelaskan dalam catatan-catatan tersebut, adanya interaksi yang sebetulnya terjalin dengan baik antara kerajaan di Sumatra dengan kekaisaran Cina selama kurang-lebih 700 tahun. Namun, pun demikian, ada jeda sekitar 400 tahun di mana keterangan tentang hubungan ini sempat menghilang dari catatan sejarah Cina. Akan tetapi, pun dengan interaksi yang terjadi, letak kerajaan-kerajaan di nusantara ini sesungguhnya tidak diterangkan secara jelas dan umumnya didapatkan melalui “proses” identifikasi. “Proses” inilah yang seharusnya kita mengerti.

Kerajaan pertama yang disebutkan, yang menurut meester Groeneveldt berada di pesisir timur Sumatra, bernama Kandali dan tertulis dalam catatan sejarah dinasti Liang (502-556). Dan, sebagaimana penulis telah sebutkan sebelumnya, nama kerajaan ini sebetulnya tidak lagi ditemukan, sampai catatan dinasti Ming mengidentifikasi kerajaan ini sebagai kerajaan San-bo-tsai yang berada di Sumatra. Kerajaan San-bo-tsai sendiri disebutkan oleh dinasti yang berkuasa sebelum dinasti Ming, yaitu dinasti Sung (Song) yang berkuasa pada tahun 960-1279. 

Karenanya, walau kerajaan San-bo-tsai dikenali oleh dinasti Sung, hubungan antara kerajaan San-bo-tsai dan kerajaan Kandali baru disebutkan kembali pada masa dinasti Ming atau sekitar 89 tahun sejak akhir dinasti Sung (Song). Dinasti Sung sendiri sebetulnya tidak menyebutkan hubungan dua kerajaan ini - yang ada justru keterangan bahwa raja di tempat ini bernama atau disebut (is styled) “Chan-pi”. Nama ini, oleh meester Groeneveldt, diinterpretasikan sebagai “Jambi” (Djambi)

Meester Groeneveldt sebenarnya menjelaskan lebih jauh tentang nama atau sebutan ini, tetapi kita akan tinggalkan dulu bahasan ini untuk sementara. Sebab, pertanyaannya sampai di sini adalah: lalu, apakah kerajaan San-bo-tsai memang dulunya merupakan kerajaan Kandali? Sekali lagi, mungkin tidak (atau belum) ada cara pasti untuk memastikan hubungan antara Kandali dengan San-bo-tsai, yang bisa kita lakukan pada saat ini hanyalah semata bergantung pada keterangan-keterangan tersebut. Tetapi, mungkin, pertanyaan yang lebih relevan adalah: apakah kerajaan ini, pada dasarnya, adalah kerajaan Sribhoja yang kita cari?


Penyebutan
Penyebutan "Chan-pi" yang diinterpretasikan sebagai "Jambi" oleh meester Groeneveldt/Springer

Ada satu kesamaan antara identifikasi Takakusu sensei dengan meester Groeneveldt, walaupun keduanya sebetulnya mengidentifikasi “nama” kerajaan yang berbeda. Keduanya menghubungkan baik nama “Sribhoja” (sensei Takakusu) maupun “San-bo-tsai” (meester Groeneveldt) dengan “Sarbaza” (sedikit catatan, meester Groeneveldt  sebetulnya menyebut “pulau Sarbaza” dan bukan “kerajaan”). 

Jika menilik dari nama, memang sebetulnya ada kesamaan antara “Sribhoga” dengan “Sarbaza”, tetapi sensei Takakusu jelas tidak sekadar mencocokkan kedua nama ini saja, tetapi juga banyak hal lainnya – sebagaimana yang telah penulis jabarkan dalam artikel sebelumnya. Sedangkan meester Groeneveldt, beliau merasa yakin bahwa “San-bo-tsai” merupakan nama yang sama dengan “Sarbaza” yang disebutkan oleh para penjelajah Arab pada abad ke-9 Masehi, walau menurut beliau, keduanya mungkin bukan dengan transkripsi (penulisan ejaan) yang tepat (hal. 62). 

Meester Groeneveldt menjelaskan lebih lanjut bahwa penjelajah Arab juga menyebutkan tentang kerajaan Sarbaza yang berada di bawah kekuasaan raja Zabedj atau Ya-ba-di atau Jawa. Jadi, di sini, hubungan yang ada antara San-bo-tsai dengan Sarbaza sebetulnya bukan hanya terletak pada kesamaan nama-nama belaka, tetapi juga hubungan nama-nama ini dengan Jawa

Pun demikian, kesamaan nama-nama inilah yang paling ditekankan, bahwa nama Sribhoja (Sribhoga), Sarbaza, dan San-bo-tsai yang disebut-sebut berada di Sumatra merujuk pada kerajaan yang sama. Dari sini jugalah, kita menemukan hubungan antara Sribhoja dan San-bo-tsai, yaitu melalui perantaraan Sarbaza

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun