Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pesugihan: Jerat Kekayaan Dunia Dalam Perspektif Iman Kristen

17 Februari 2025   05:52 Diperbarui: 17 Februari 2025   14:24 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Perdukunan (PIXABAY.COM/Eva Michlkov )

Pesugihan adalah praktik mencari kekayaan dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran moral dan agama, termasuk melalui persekutuan dengan kuasa gelap atau ritual-ritual mistis. 

Dalam berbagai kebudayaan, termasuk masyarakat Jawa, pesugihan sering dikaitkan dengan perjanjian gaib yang mengharuskan seseorang memberikan tumbal sebagai imbalan atas kekayaan yang diperoleh. Meskipun tampak menggiurkan, praktik ini bertentangan dengan ajaran Kitab Suci dan membawa konsekuensi spiritual yang serius.

Alkitab dengan tegas melarang segala bentuk praktik yang melibatkan kuasa gelap atau pemujaan selain kepada Tuhan. Dalam Ulangan 18:10-12, Allah memperingatkan umat Israel agar tidak terlibat dalam ilmu sihir, spiritisme, atau praktik yang berhubungan dengan roh jahat. 

Ayat ini menegaskan bahwa siapa pun yang melakukan hal-hal tersebut dianggap keji di hadapan Tuhan. Pesugihan, yang sering kali melibatkan perjanjian dengan roh-roh jahat, termasuk dalam kategori praktik yang dilarang ini.

Dalam 1 Timotius 6:9-10, Rasul Paulus menasihati agar orang percaya tidak tergoda oleh keinginan untuk menjadi kaya dengan cara yang tidak benar. Paulus menyatakan bahwa cinta akan uang adalah akar segala kejahatan dan dapat menjerumuskan seseorang ke dalam berbagai dosa serta penderitaan. 

Pesugihan, yang berlandaskan keinginan memperoleh harta secara instan, jelas bertentangan dengan prinsip ini, karena menempatkan kekayaan sebagai tujuan utama hidup dan bukan Tuhan. Salah satu contoh dalam Alkitab yang menggambarkan dampak buruk dari mengejar kekayaan dengan cara yang tidak benar adalah kisah Ahab dan Naboth dalam 1 Raja-raja 21. 

Raja Ahab, yang menginginkan kebun anggur Naboth, terjerat dalam keinginan tamak yang akhirnya membuatnya bersekongkol dengan Izebel untuk membunuh Naboth. Meskipun tidak secara langsung terkait dengan pesugihan, kisah ini menunjukkan bagaimana ketamakan dapat membawa seseorang pada kehancuran moral dan spiritual.

Praktik pesugihan juga berlawanan dengan pengajaran Yesus dalam Matius 6:24, yang menyatakan bahwa seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan, yaitu Tuhan dan Mamon (kekayaan duniawi). Mengutamakan kekayaan di atas segala-galanya adalah bentuk penyembahan berhala yang dapat menjauhkan seseorang dari iman yang benar. 

Dalam konteks masyarakat Jawa, pesugihan sering kali dianggap sebagai jalan pintas untuk keluar dari kemiskinan. Namun, cara ini justru membawa konsekuensi yang lebih besar, baik secara spiritual maupun sosial. 

Selain menjerumuskan pelakunya ke dalam dosa, pesugihan juga sering kali merusak hubungan keluarga dan menimbulkan ketakutan yang berkelanjutan akibat perjanjian dengan kekuatan gelap.

Dalam Alkitab, Mazmur 37:16-17 mengajarkan bahwa lebih baik memiliki sedikit dengan kebenaran daripada memiliki banyak tetapi dengan ketidakadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun