Mohon tunggu...
Nyayu Fajrina
Nyayu Fajrina Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat buku dan film

There is no friend as loyal as a book

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasib Industri Kesenian dalam Bayang-bayang Sistem Komunikasi Daring

10 Januari 2021   10:59 Diperbarui: 10 Januari 2021   11:29 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah menjadi pengetahuan umum jika pada akhir tahun 2019 lalu, dunia digemparkan dengan munculnya suatu wabah di kota Wuhan, China, bernama Covid-19. Siapa sangka, akibat penyebarannya yang begitu cepat, virus ini dapat dengan singkat menjangkit ke hampir seluruh dunia. Bahkan hanya dalam waktu beberapa bulan, status wabah ini sudah masuk pada tingkat pandemi.

Akibat penyebarannya yang cepat, segala kegiatan yang berpotensi mengumpulkan banyak orang pun pada akhirnya dilarang. Sebut saja seperti kegiatan belajar-mengajar di sekolah, pertunjukan kesenian, dan lain-lain. Bahkan di awal-awal masa pandemi, kegiatan perkantoran sempat dihentikan sementara, dan segala macam kegiatan itu beralih menggunakan sistem daring.

Daring merupakan salah satu kata yang paling marak digunakan akhir-akhir ini. Terutama sejak era digital. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata daring bermakna dalam jaringan, terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya.

Walaupun sistem komunikasi daring terkesan baru muncul di era 2000-an ini, nyatanya sistem komunikasi daring sudah dimulai pada tahun 1969, di Amerika Serikat. Hal itu bermula ketika ditemukannya protokol untuk pengiriman pesan antar komputer yang disebut dengan ARPANET oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Awalnya protokol ini digunakan untuk keperluan militer sehingga komputer-komputer yang tersebar di berbagai tempat dapat terhubung satu sama lain. Barulah pada Oktober 1972, protokol ARPANET diperkenalkan secara resmi.

Di Indonesia sendiri Internet atau layanan sistem komunikasi daring mulai dikembangkan di Indonesia pada awal 1990an sebagai sebuah proyek hobi. Pada tahun 1994, muncul lah penyedia jasa internet komersial pertama di Indonesia, yaitu Indonet. Setelah itu, berbagai jaringan penyedia layanan berita muncul seperti Republika Online pada tahun 1995, disusul Tempo Interaktif. Trend itu pun semakin berkembang, sampai masuklah era digital, dimana segala macam informasi dapat terdistribusi dengan sangat cepat.

Semakin berkembangnya teknologi digital di masa kini membuat perubahan besar terhadap dunia. Lahirnya berbagai macam teknologi digital yang semakin maju telah banyak bermunculan dan mendorong pergeseran yang disebut sebagai transformasi digital. Berbagai kalangan kini dimudahkan dalam mengakses suatu informasi melalui banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas dan terkendali.

Terlebih di masa pandemi, dimana kegiatan sosial antar sesama manusia kian dibatasi. Hal tersebut melahirkan berbagai macam kegiatan baru yang sistem kerjanya menggunakan sistem komunikasi digital/daring. Sebut saja, kegiatan belajar mengajar daring, Kerja Dari Rumah (KDK), webinar, dan lain-lain. Di mana kegiatan tersebut dapat dilakukan di rumah masing-masing, tanpa mengharuskan bertemu antara satu dengan yang lain.

Dunia kesenian pun menjadi salah satu bidang yang paling terdampak di masa pandemi. Dilarangnya pengumpulan orang banyak, membuat berbagai macam event kesenian panggung dibatalkan. Sehingga banyak dari pelaku-pelaku kesenian yang harus memutar otaknya untuk bertahan di era-era sulit seperti ini.

Salah satu yang mungkin dapat sedikit menolong adalah dengan melakukan pagelaran seni secara virtual, seperti yang dilakukan alm. Didi Kempot. Menggunakan Sistem Komunikasi Virtual, Didi Kempot berhasil menorehkan prestasi dengan berhasil mengumpulkan dana lebih dari 5 Miliar Rupiah. Sehingga dapat dikatakan bahwa konser virtual alm. Didi Kempot adalah salah satu konser virtual yang paling berhasil selama era pandemi.

Konser virtual pun semakin dinikmati. Tak hanya oleh pelaku pagelaran seni musik, tapi juga oleh pelaku kesenian lain, seperti teater. Pada tanggal 27 dan 28 Juni 2020, Teater Koma menampilkan rekaman pementasan bertajuk Tanda Cinta melalui sistem daring. Pada akhir desember lalu, Ditjen Kebudayaan Kemdikbud RI juga mengadakan pementasan monolog berbasis daring dengan tajuk ‘Aku dan Soekarno.’

Selain pementasan seni pertunjukan, seni perfilman yang sempat tersendat karena ditutupnya layanan bioskop, kini mengubah haluan dengan memanfaatkan layanan OTT (Over The Top). Walaupun di akhir Desember kemarin, layanan bioskop sudah boleh dibuka dengan protokol kesehatan yang ketat.

Setiap perubahan yang terjadi dalam suatu sistem masyarakat, tentunya akan memiliki dampak. Dampak yang terjadi pada masyarakat indonesia saat ini, secara perlahan mulai terbiasa dengan layanan sistem daring. Walau berbagai kelonggaran telah diberikan, namun tetap perlu waktu yang lama bagi industri kesenian di Indonesia untuk kembali ke normal.

Referensi:

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Digital#:~:text=Revolusi%20Digital%20adalah%20perubahan%20dari,lahir%20pada%20tahun%2080-an

https://www.google.com/amp/s/pakarkomunikasi.com/sejarah-tentang-komunikasi-daring/amp

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun