Mohon tunggu...
dewi wulansari
dewi wulansari Mohon Tunggu... Penulis - penulis

sastra Inggris UNDIP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mapaning Urip

6 Agustus 2020   00:05 Diperbarui: 6 Agustus 2020   01:02 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semua orang mencari dan mengejar kebahagiaan, yang mana definisi "bahagia" menurut kebanyakan orang adalah tercapainya cita-citanya atau impiannya, memiliki pekerjaan yang bergaji tinggi juga prestisius, memiliki harta yang melimpah serta keluarga yang harmonis, bisa keliling dunia, makan makanan yang lezat, punya mobil mewah dll. 

Kesimpulannya hidup yang bahagia menurut jaman sekarang adalah bisa jalan-jalan, makan-makan, dan senang-senang menikmati hidup tanpa batas. Padahal yang demikian itu hanyalah kebagiaan definitif bukan kebahagiaan yang hakiki.

Sebenarnya manusia hidup itu bukan semata-mata mencari kebahagiaan hidup tapi hakikat manusia hidup adalah "Mapaning Urip" atau "Kemapanan Hidup". 

Maksud dari filosofi jawa "Mapaning Urip" adalah hidup yang tertata dan memiliki tujuan hidup secara pribadi, sosial dan spiritual. Hal pokok yang berkaitan dengan "Mapaning Urip" ialah "papan" atau "rumah". Karena dari papan atau rumah lah bermulanya menata hidup. Dan hal inilah yang banyak terlupakan oleh manusia modern yaitu "Noto Urip" atau "Menata Hidup".

Di zaman yang tak mengenal ruang, waktu, dan jarak ini membuat manusia modern terjebak dalam kesibukan yang tiada henti, sehingga melupakan segalanya dan tidak ada ruang untuk menata pemikiran. Dampaknya banyak manusia modern yang menderita stress berat, rentan terserang penyakit, a sosial, hedonis, skeptis, egois, dll.

Kemapanan Hidup

Kemapanan hidup bermula dari sebuah kemapanan dalam berpikir, hal ini berkaitan erat dengan tujuan hidup, perencanaan hidup, tempat hidup, serta bagaimana membangun kehidupan. Untuk bisa mengenali tujuan hidup, merencanakan serta membangun kehidupan dibutuhkan sebuah prasyarat hidup yaitu "Rumah".

Manusia hidup tidak bisa merencakan hidupnya di sebuah cafe, di jalan, di kantor, atau di pasar. Karena tidak akan bisa fokus dalam perencanaan hidup yang sebenarnya. Dari rumahlah kemapanan berpikir itu dimulai.

Menurut Gunawan Tjahjono (dalam Santoso, 2000), rumah merupakan lahan untuk menetap; yang merupakan bentuk aktualisasi diri, baik pribadi maupun sosial. 

Konsep rumah menurut Gunawan tjahjono berarti rumah sebagai konsep berhuni yang mencerminkan hubungan vertikal dan horizontal, memiliki keseimbangan antara hak dan kewajiban yang berlangsung dalam ruang, waktu, makna dan pesan.

Rumah merupakan simbol "Mapaning Urip", memiliki tempat menetap, menentukan masa depan, membangun keluarga, berkarya, bersosialisasi serta melansungkan cerita kehidupan. 

Rumah merupakan pusat untuk melihat ke arah mana hidup itu harus dijalankan; ke arah Baratkah? Timurkah? Utarakah? Atau Selatan? Karena rumah adalah prasyarat "Mapaning Urip" maka sejatinya rumah merupakan sumber kebahagiaan.

Polemik Memiliki Rumah Sendiri

Semua orang mendambakan memiliki rumah sendiri, tapi karena banyak faktor seperti; minimnya lahan, harga lahan yang mahal, biaya membangun rumah yang tinggi, serta harga rumah yang kian hari semakin tak terjangkau maka pada akhirnya memiliki rumah sendiri itu hanya sebatas mimpi bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah. 

Lantas bagaimana "Mapaning Urip" atau "Kemapanan Hidup" masyarakat bisa terwujud? Sedangkan kemapanan hidup masyarakat menjadi penentu kemapanan sebuah negara.

Sebenarnya sudah banyak program pemerintah yang terkait dengan "rumah" seperti rusun, rumah bersubsidi, RTLH, TAPERA, rumah DP 0 persen, perumahan rakyat, perumahan untuk komunitas, dll. 

Namun itu pun masih sangat terbatas dan kurang diminati oleh masyarakat. Kualitas bangunan, letak, lingkungan sosial, keluasan bangunan, harga, menjadi alasan masyarakat enggan untuk melangsungkan program pemerintah.

Oleh karena itu diperlukan solusi antara kebutuhan masyarakat soal rumah dan keterlibatan pemerintah dalam mewujudkan harapan dan kesejahteraan rakyat. 

Untuk menjembatani antara kebutuhan masyarakat soal rumah dan program pemerintah mengenai "rumah" memerlukan kebijakan pendukung lainnya seperti kebijakan mengenai lahan, harga tanah dan bangunan, harga bahan bangunan, upah tukang bangunan, standar kualitas bangunan, dll. 

Harapannya dengan keterlibatan pemerintah tersebut akan menciptakan "harga yang terjangkau" bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah serta mewujudkan cita-cita masyarakat dalam "meraih rumah impian".

Ditulis oleh Dewi Wulansari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun