Mohon tunggu...
Nuzulul Nasoihul
Nuzulul Nasoihul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jangan Lupa Bersyukur

Melupakan adalah proses, Tapi ingat kembali adalah hasil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mayoritas Punya Posisi? Minoritas Sadar Diri!

1 April 2021   07:37 Diperbarui: 1 April 2021   07:41 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Malang, adalah salah satu kota yang ada di pulau Jawa dimana mayoritas penduduknya beragama islam. Terkhusus daerah-daerah yang ada di sekitar atau masih dalam satu kawasan ruang lingkup dunia pesantren, tidak menutup kemungkinan bahwa masih ada juga beberapa daerah dikota malang yang penduduk dengan agama islam pun jauh lebih sedikit dari pada agama yang dianut oleh masyarakat setempat. 

Melangsir ke daerah selatan atau pesisir kota malang, tepatnya di Kec. Tirtoyudo sekitar area Pujiharjo, saya menjumpai masyarakat yang mayoritas agamanya dominan nasrani/ Kristen, bagi orang luarpun yang baru pertama kalinya pergi kesana, mungkin tidak asing lagi dengan anggapan bahwa masyarakat setempatnya lebih dominan nasrani. Hal ini bisa dikatakan wajar menurut saya karena sepanjang perjalanan ke daerah tersebut, kita sulit menjumpai adanya surau-surau warga di samping kanan dan kiri jalan. 

Mungkin saja kita seempat menjumpainya akan tetapi, hal seperti itupun mungkin hanya ada dibeberapa rumah warga saja yang memang agama mereka merupakan agama islam dengan berbagai latar belakang misalakan leluhur mereka beragama islam, mereka merupakan penduduk baru didaeraah tersebut atau mungkin juga karena surau-surau yang ada disediakan bagi setiap wisatawan muslim yang pergi kesana, karena melihat lokasinya pun yang banyak terdapat tempat-tempat wisata terutama pantai. 

Melangsir dari pembahasan diatas, saya pun mencoba mengunjungi salah satu warga disana yang bergama islam, menurutunya menjadi masyarakat atau seseorang yang hidup dilingkungannya sebagai minoritas kerap kali juga menjadi konflik atas dirinya sendiri, Bukan soal agama tentunya, akan tetapi maksud daripada konflik yang dikatakan adalah bagaimana kita bisa memposisikan diri dan beradaptasi secara optimal dengan lingkungan kita. 

Karena pada dasarnya kebutuhan pangan dan sehari-harinya orang yang beragama muslim dengan orang yang beragama nasrani pastinya juga berbeda. Hal ini dijelaskan lagi oleh beliau selaku narasumber yang saya wawancarai. Beliau mengatakan bahwa tidak hanya hal semacam kebutuhan saja, bahkan beberapa aspek yang ada di masyarakat selama ini juga sebagian besar lebih dominan dijalankan oleh orang-orang mayoritas di tempat itu. Misalkan aspek sosial, ekonomi, peribadatan dan lain sebagainya. 

Beliau mengatakan seperti halnya saya mungkin juga tidak heran lagi ketika pergi kesana dari awal batas masuk ke daerah tersebut. Melihat banyaknya pertenakan-pertenakan hewan-hewan seperti babi, anjing dan semacamnya membuat orang luar pun berpikiran bahwa tidak mungkin pertenakan-pertenakan tersebut dikelola oleh orang-orang muslim. Selain itu dapat juga kita temui di sepanjang perjalanan orang-orang dan para warga yang menjual makanan-makanan olahan dari hewan-hewan diatas seperti contoh ; bakso, soto dan lain sebagainya. Orang-orang nasrani disana cenderung lebih mendominasi setiap aspek dan aktivitas yang ada dan diselenggarakan disana. Apalagi jika kita berbicara lebih kedalam mengenai konteks agama dan peribadatan, "tutur Narasumber". 

Tepat di tengah desa itu sendiri, kita akan melihat salah satu gereja terbesar yang digunakan oleh penduduk sana sebagai tempat peribadatan dan perayaan hari-hari besar mereka. Padahal secara sadar pun selama saya berkendara mengunjungi tempat itu sangat jarang sekali terdapat sebuah masjid yang dibangun dengan sedemikian megahnya oleh penduduk disana. Kalaupun ada semisal surau atau langgar milik salah satu warga, itupun bisa dikatakan lepas dari bantuan masyarakat yang beragama nasrani. 

Sehingga suaru-surau ataupun langgar yang dibangun oleh warga berama muslim pun juga tampak lebih sederhana daripada surau-surau yang biasa kita temui di tempat lain. Misalkan jika biasanya surau-surau kita temui seperti halnya bangunan masjid dengan ukuran yang lebih kecil, disana kita menjumpai surau-surau tersebut cenderung hanya menyerupai posko dan itupun juga kebanyakan dibuatnya dari kayu untuk meminimalisir waktu yang dibutuhkan dalam setiap pembangunan. 

Untuk perayaan hari-hari besar dalam islam sendiri pun disana juga jauh berbeda dengan yang ada ditempat lain. Misalkan waktu bulan Romadhon surau-surau yang ada pun juga keraap kali sepi karena yang melaksanakan sholat tarawih kebanyakan hanya keluarga-keluarga mereka sendiri yang beragama islam . 

Tadarus juga demikian, warga yang beraagama muslim, kebanyakan bertadarus di dalam rumah mereka sendiri ataupun kalau memang mereka melakukannya didalam surau, mereka tidak menggunakan microfon atau speaker seperti tadarus didaerah-daerah lain pada umumnya. Menurut nasarumber yang saya wawancari, beberapa hal yang kerap dilakukan oleh masyarakat minoritas disana seringkali membuahkan rasa sungkan tersendiri bagi mereka. Karena selama ini anggapan mayarakat mayoritas kepada mereka jauh lebih kearah tidak peduli atau bahkan acuh dengan setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat minoritas disana. 

Sehingga beberapa hal atau juga aspek yang ada pada masyarakat sendiri dianggap lebih menguntungkan dan berpihak pada kaum mayoritasnya sampai saat ini. Baik itu merupakan hal dengan konteks antar individu ataupun antar kelompok dan golongan yang ada didalam masyarakat pada umumnya.Tentunya dengan keadaan yang seperti ini, menurut narasumber "masyarakat yang menjadi minoritas mau tidak mau atau dalam kata lain memang dituntut untuk bisa berdamai dengan lingkungannya setiap hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun