Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Keindahan Novel: 'Fear and Loathing in Las Vegas' Karya Hunter S. Thompson

12 Juli 2021   17:09 Diperbarui: 12 Juli 2021   20:16 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pesan yang cukup terasa dalam buku ini adalah bagaimana Hunter S. Thompson menceritakan kehidupan Amerika di tahun 1960-an (masa di mana Amerika tengah memerangi Vietnam dan narkoba sangat menjamur di Amerika) dengan sarkasme yang cukup kental. 

Ia banyak menyentil banyak ranah di Amerika, bagaimana ruang lingkup sosial yang tertata, sampai setiap individu yang hidup di bawah bayang-bayang kemunafikan.

Diceritakan di akhir cerita, Duke yang terus menerus mabuk dan mabuk narkoba, berulang kali melewati tenggat waktu mengirimkan liputannya. Dia sering tidak tahu cerita apa yang harus dia liput, dan di akhir acara Mint 400, acara balapan gurun yang diliputnya, dia bahkan tidak ingat siapa yang memenangkan perlombaan. 

Duke kehilangan tanggung jawab utamanya, dan dengan penuh ketakutan (fear), ia mencari salinan dari majalah L.A. Times untuk mendapatkan beritanya. "Get the details. Cover myself," kata Duke. "Even on the Run, in the grip of a serious Fear..." Penggambaran sesosok jurnalis dalam Fear and Loathing di Las Vegas oleh Thompson tidak menempatkan jurnalisme dalam cahaya yang menyanjung. 

Melainkan menunjukkan bahwa, jurnalis adalah kelompok yang tidak bertanggung jawab dan tercela, dan pemberitaan mereka yang buruk tercermin dengan jelas dalam berita-berita yang terbit di surat kabar dan yang mengisi siaran televisi nasional.  

Menurut Thompson, jurnalis adalah sekumpulan homo yang kejam, jurnalisme bukanlah suatu pekerjaan atau alat perdagangan, melainkan sebuah tangkapan murah untuk mengatakan kepersetanan dan ketidakcocokan.

"The press is a gang of cruel faggots. Journalism is not a profession or a trade. It is a cheap catch-all for fuckoffs and misfits---a false doorway to the backside of life, a filthy piss-ridden little hole nailed off by the building inspector, but just deep enough for a wino to curl up from the sidewalk and masturbate like a chimp in a zoo-cage."

Dengan isi cerita yang menarik dan sangat menghibur, serta gaya penulisan yang sangat baik dan terbuka, saya dengan cukup bangga mengatakan bahwa buku ini adalah buku favorit saya hingga saat ini, juga buku ini lah yang menginspirasi saya untuk menjadi seorang jurnalis. 

Gara-gara buku ini, pengalaman menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi saya, hingga kini pengalaman menjadi tujuan utama perjalanan-perjalanan hidup selanjutnya, dan saya merasa cukup pantas bila pengalaman di bayar oleh waktu.

Meskipun berpuluh-puluh tahun lamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun