Mohon tunggu...
Nurvia Istiyani
Nurvia Istiyani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

Content Writer Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gempa Dahsyat Turki di Tengah Krisis Lira

12 Februari 2023   15:22 Diperbarui: 12 Februari 2023   15:54 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mata Uang Lira. (Pexels.com/Franco)

Gempa yang mengguncang Turki-Suriah pada Senin (6/02) telah merenggut korban lebih dari 28.000 jiwa. Gempa yang terjadi di dekat kota Gaziantep dini hari disertai susulan yang hampir sama besarnya seperti yang pertama dilansir dari MSN News, Wakil Presiden Turki Fuat Oktay menyatakan hingga Sabtu setidaknya 24.617 orang meninggal, dan korban luka mencapai 80.287. 

Mengapa gempa Turki sangat mematikan? Selain karena besarnya efek pergerakan lempengan bumi yang menghasilkan guncangan 7,8 Magnitudo, gempa Turki terjadi pada dini hari ketika orang-orang masih tertidur sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk mengevakuasi diri ke tempat yang aman.

Gempa dahsyat Turki datang pada saat kritis bagi masa depan negara, karena terhitung sejak tahun 2018 dan masih berlangsung hingga saat ini Turki diterpa krisis mata uang Lira dan utang.

Dampak ekonomi dari gempa bumi akan sangat besar, terutama akibat kerusakan pada infrastruktur yang menimbulkan biaya signifikan bagi pemerintah. Hal ini, memungkinkan bahwa bencana yang terjadi akan merugikan ekonomi Turki yang sedang berjuang, dengan berkurangnya kepercayaan konsumen dan bisnis yang akan berdampak pada perlambatan aktivitas ekonomi.

Krisis Mata Uang Lira


Krisis mata uang Lira terjadi ketika Presiden Recep Tayyip Erdogan memimpin kebijakan moneter baru dengan mempertahankan suku bunga rendah, hal ini dianggap oleh Erdogan bahwa dengan suku bunga yang tinggi justru akan meningkatkan inflasi. Padahal keputusan tersebut berlawanan dengan prinsip teori ekonomi tradisional. Sejak saat itu, Bank Sentral Turki yang sejalan dengan keinginan Erdogan memangkas suku bunga utama dari 16% ke 15%, di bawah tingkat inflasi mendekati 20% per tahun.

Terhitung hingga saat ini mata uang lira jatuh hingga 60% nilainya terhadap dolar AS. Walaupun Lira memburuk, Erdogan menyangkal semua tanggung jawab terhadap dirinya.  

Dilansir Archyde.com sebenarnya pengamat percaya bahwa sektor perbankan Turki jauh lebih kuat sejak krisis ekonomi 2011, namun mereka menekankan bahwa situasi bank justru memprihatinkan. Seorang analis Capital Economics Jasontovey, mengatakan Lira berisiko mengalami penurunan tajam berkelanjutan dan menyebabkan masalah di sektor perbankan, dan krisis kredit dapat terjadi hingga berdampak signifikan pada aktivitas ekonomi.

Ancaman lainnya juga datang dari simpanan mata uang asing. Sebagian besar simpanan di bank Turki dibuat dalam mata uang asing, khususnya dolar AS. Mengingat Turki sangat bergantung pada impor energi dan bahan mentah, depresiasi Lira menyebabkan inflasi berkelanjutan.

Selain itu, menjelang pemilihan umum Turki yang akan berlangsung pada 14 Mei mendatang. Kemerosotan ekonomi yang permanen ini dapat merusak popularitas Erdogan yang melemah akibat ketidaktepatan janji Erdogan terhadap kemakmuran Turki. Lalu bagaimana Turki menghadapi masa depan?

Masa Depan Turki

Melihat masa depan Turki di tengah krisis menjadi tahun balik kritis bagi Turki, karena mendekati pemilihan Presiden yang akan berlangsung pada 14 Mei 2023. Seperti yang diketahui publik, Erdogan memimpin Turki dengan sangat vokal terhadap isu-isu internasional, dan ketika guncangan yang meruntuhkan Turki pada Senin lalu tentu tanggapan Erdogan terhadap bencana memainkan peran utama dalam masa depan politiknya. 

Mengutip dari laporan CNBC, Mike Harris pendiri Cribstone Strategic Macro, mengatakan bahwa Erdogan saat ini justru menciptakan situasi aneh yang mana inflasi Turki hampir mencapai 80%, namun dia perlu menjaga mata uang tetap stabil antara sekarang dan pemilihan mendatang.

Polemik Rusia dan Ukraina juga mempengaruhi Turki untuk tumbuh di masa depan. Menjelang pemungutan suara, Erdogan sebenarnya berupaya untuk memperbaiki hubungan yang rusak dan memperkuat hubungan lama. Dia juga sangat ingin memanfaatkan keanggotaan NATO Turki dan memposisikan dirinya sebagai mediator dalam konflik Ukraina untuk mencapai kepentingan nasional dan mempromosikan dirinya sebagai pemimpin regional dan global.

Daftar Pustaka

BBC News. "Turkey earthquake: Where did it hit and why was it so deadly?"

Archyde. "What is the reason for the huge fall in the Turkish lira recently?"

CNBC. "Turkey earthquake comes at a critical time for the country's future"

The Media Line. "Quake To Impact Turkey's Already Hard-hit Economy, Analysts Say"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun