Lebaran oh, Lebaran.
Hanya datang sekali dalam setahun, tapi "teror"-nya luar biasa
Bukan hanya perkara duit/ materi. Tapi "teror" aneka tanya yang menyeruak dari para saudara, yang bahkan kita nggak tahu mereka itu sebenarnya siapa. Saban mudik ke Pacitan, saya bersua banyaaaaaakkkk banget orang, dan Ibu selalu bilang, "Ini tuh saudara, loh Dek. Anaknya besannya sepupunya eyang kakung kamu..." BHAIIIQ. Dan si (so called) saudara itu, memasang senyum setengah seringai, sembari berujar, "Wah, putrinya udah gede ya. KAPAN NIKAH?"
Jlegeeerrr, maaf ya Om, Anda nih siapaaaaa yhaa? Penyokong dana rumah tangga saya ke depannya atau bagaimana?
Kali lain, ada bude-bude dengan jilbab punuk unta (masih musim nggak seehhh?) dan make up ala orkes dangdut, yang tetiba menyerudukku, cipika cipiki, sambil melengking nyaring, "Ya ampuuun, Nduk. Kok wis perawan ngene tho tibakno? Wis siap rabi ikii? Ndi calon-e? Kapan di-cangking mrene? Trus saiki kerjo nang endi? Isih nang kantor rokok kuwi, tho? Owalaaahh Nduk, kowe ki Muslimah, ha nyapooo kerjo nang pabrik rokok? Isih mending anakku tho... kerjo nang Kementerian BUMN, gajine duwur, opo kowe arep tak jodohke ambek anakku?"
(translate: Ya ampun, Nak. Kok udah jadi gadis perawan gini ternyata? Dah siap nikah nih? Mana calonnya? Kapan dibawa ke sini? Trus, sekarang kerja di mana? Masih di kantor rokok itu, ya? Owalaah, Nak, kamu kan Muslimah, ngapain sih kerja di pabrik rokok? Ya mending anakku dong.. dia kerja di Kementerian BUMN, gajinya tinggi. Atau, kamu mau kan kujodohkan dengan anakku?
Secara psikis, berondongan pertanyaan basa-basi busuk tuh emang ganggu banget yhaa. Apalagi, kala itu saya masih umur 20-an. Single, asyik berkarir, anak urban banget, lah dalaahh, kok diberondong pertanyaan yang bernada "menuntut"
Jiwa savage-ku meronta-ronta. Ingin rasanya membalas semua ocehan "saudara ketemu setahun sekali" itu dengan kalimat yang julid - nyinyir -- pedes setara ayam richeese level 5.
"Eh, Bude. Ngapain sih repot amat ngurusin hidup eikeh? Emangnya Bude selama ini bayarin tagihan hidup aku? Kagak, kaann? Lagian, siapa juga yang ngemis minta dijodohin, Budeee? Emangnya ini jaman Siti Nurbaya? Capek deehhh!"
Tapi itu semua aku telan. Kami hanya bersua sekali dalam setahun. Nggak pernah saling bikin dosa apapun. Ya masaaa justru di momen Lebaran nan sakral, aku justru meledakkan "bom atom"? Ya jangan lah, kalo bisa.
Makanya, ni aku suggest ke adek-adek Gen Z. Ketika menerima berondongan tanya yang lumayan genggeus banget, saranku: ANGGAP AJA KALIMAT ITU SEBAGAI IKLAN LEWAT. Dah. Mirip kayak kalo kita lagi scrolling TikTok, trus ada iklan, biasanya kita skip aja kan? Pokoke, anggap semua itu sebagai kalimat yang netral. Nggak ada penting-pentingnya sama sekali. Abaikan.
Tapiii, atas nama sopan santun blablabla, ya kita memang kudu ngejawab sih ya. Kalau pengin merespon, please... atur air muka dulu, yes. Tampakkan wajah "I'm okay, gwenchanaaa..." kemudian pilihlah kalimat yang penuh attitude terpuji, seperti
"Wah, iya nih Bude. Calonnya belum ada. Mohon doanya ya."
"Ishhh, saya belum berani bawa cowok ke Pacitan, Bude. Kan belum sah."
"Nanti kalo ada info, Ibu pasti akan kabarin Bude kan?"
Atau, boleh juga lemparkan candaan yang bukan dark jokes ya gaes. Misal:
"Wah, akoh udah pantas buat kawin ya Bude? Kira-kira kawin kontrak apa kawin leasing?"
"Eymm, kayaknya kalo mau kawin, aku kudu siapin duit 271 Triliun deh, soalnya pengin ala-ala Princess Disney di Jepang gitu..."
"Waaa, aku mau suami yang modelannya kayak Nicholas Saputra gitu, Budee. Cariin dong, plis plisssss...."
"Btw, Bude dulu kawinnya umur berapa sih? Bude kok tetap glowing yaa, berarti pernikahan Bude Bahagia kayak di film-film yhaaa. Spill rahasia kulit glowing Bude, dong."
"Bude pokoknya sekarang siapin Tabungan ama deposito. Ntar kalo aku dah siap kawin, Bude yang modalin yaaak."
Tetap pasang wajah nice and casual. Percayalah, kita nggak perlu kok merespon dengan savage terhadap pertanyaan basa-basi khas Lebaran itu. Justru dengan respon yang sweet dan a lil bit funny, saudara-saudara akan melabeli kita dengan sebutan "Anak Kota yang Penuh Adab dan Sopan Santun."
Isn't it very nice?